Lima Puluh Tiga - Pembuat Masalah

319 22 2
                                    

Pagi itu Seruni pulang ke rumah dengan diantar oleh taksi. Ia menurunkan sebuah koper besar di teras rumah bertepatan dengan Kania yang hendak berangkat ke sekolah. Gadis itu terlihat acuh, ia malah pura-pura tidak melihat keberadaan adik kandungnya di sana.

Seruni berjalan pelan sambil mendorong koper miliknya, ia lalu berhenti tepat di depan Kania. "Sampai kapan harus kayak gini?"

Hening, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Kania.

"Kak." Seruni menepuk pundak Kania cukup keras, "Kak Kania!"

"Nggak usah pegang-pegang gue kenapa sih?" Kania mundur beberapa langkah untuk menghindari Seruni. "Najis lo!"

Mengacuhkan perkataan buruk kakaknya, Seruni malah makin mendekat. "Sampai kapan mau kayak gini, Kak?"

"Sampai abis rasa sakit hati gue ke elo!" ketus Kania. Ia lalu berjalan sedikit ke arah jalanan luar, "Buset mana sih taksinya lama banget!"

"Papa ke mana?" Seruni bertanya lagi, "Memangnya Papa nggak mau nganterin Kak Kania ke sekolah?"

"Nanya mulu gue sumpel sepatu lama-lama tuh mulut! Bisa gak sih nanya dengan kata-kata yang sopan? Gue ini Kakak lo!"

Mata Seruni berbinar mendengar hal itu, "Kak Kania masih nganggep kita saudara, kan?"

Lah, Kania lantas menepuk jidatnya. Ia salah bicara! Astaga pantas saja ucapan itu membuat Seruni kegirangan. Tapi tak lama Kania kembali memasang tampang jutek, "Gak usah kepedean lo, gue tarik lagi kata-kata tadi. Ngerti gak lo!" hardiknya keras.

"Anjir gue bisa telat kalau lama gini," Kania menghentakkan kakinya ke tanah. Ia berjalan sedikit lebih jauh dari rumah.

Seruni yang melihat hal itu buru-buru mengejar Kania dan menariknya. "Aku telpon Kak Kemal buat jemput ya?"

"Apa?!" Kania melepaskan pegangan Seruni dengan kasar, "Ogah! Lagian ngapain lo peduli sama gue? Masih punya muka ya lo!"

"Ini," Seruni berkata sambil menunjuk wajahnya dengan tampang tak bersalah. Hal itu sukses membuat Kania naik pitam, "Gue gak buta ya anjir!"

Tiiinnn. Sebuah mobil berhenti di dekat Kania dan Seruni, seseorang di dalam membuka kaca mobil dan menegur mereka. "Kania, Seruni, masih pagi jangan berisik, kalian mengganggu pengendara yang lain."

"Maaf Pak," Seruni menunduk hormat pada seorang laki-laki paruh baya yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggal mereka. "Lain kali kami akan selesaikan masalah kami di rumah, terima kasih."

Laki-laki itu kembali menutup kaca jendela mobilnya dan pergi. Kania sudah bete maksimal gara-gara tingkah adik kandungnya yang selalu cari perhatian.

"Jangan bikin gue tambah benci sama lo."

Seruni terkejut, "Kenapa? Apa kata maaf dari kami berdua gak cukup bikin Kak Kania puas?"

"Udah-udah, lo gak usah banyak omong yang ada bikin gue tambah pusing. Gini ya Seruni, gue cuma mau hidup tenang jadi lo jauh-jauh deh dari gue. Masalah memaafkan atau dimaafkan itu biar jadi urusan gue, nah sekarang lo urusin tuh urusan lo sendiri. Gak usah lo ngemis-ngemis minta perhatian dari gue, paham?"

Seruni menganga mendengar ucapan Kania barusan. Ia hanya merespon dengan menggelengkan kepalanya karena hanya itu yang ia bisa. Tidak biasanya Kania bicara panjang lebar seperti ini padanya.

"Dasar lemot!" Kania berjalan lebih jauh meninggalkan Seruni. Gadis itu hanya bisa menatap tas dan punggung kakaknya dari kejauhan karena tak lama taksi yang ditunggu Kania datang, membawa Kania pergi dari hadapan Seruni.

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang