Sembilan Belas - Memohon

1.2K 151 220
                                    

Selamat membaca, jangan lupa vote kata Papa Fauzan :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca, jangan lupa vote kata Papa Fauzan :)

***

Fauzan menarik tangan Kania menjauh dari ruang tamu, ia mengajak Kania ke suatu tempat di dalam rumah itu. Mereka masuk ke sebuah kamar dan Fauzan menyuruh Kania untuk tetap diam disana sampai Fauzan kembali.

"Jangan sampai Papa Aldan bawa Kania balik, Pa! Kania nggak mau!"

Fauzan mengangguk, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan Kania. Dengan satu hentakan, ia membuka pintu rumahnya dengan amarah yang meluap-luap. "Dasar brengsek! Apa kau tidak pernah di ajarkan sopan-santun hah?!"

Aldan membuang topinya ke lantai, ia kemudian menarik kerah Fauzan dengan kedua tangannya, "dimana Kania?!"

"Setelah menampar Kania, kau masih berani mencarinya sampai kesini Aldan?! Suami macam apa kau ini?!"

"Cuih, kau tidak punya kaca, ya? Bukannya sejak awal kau yang brengsek, Fauzan!"

Bug!!!

Aldan membogem rahang kanan Fauzan hingga laki-laki itu meringis, ia kemudian mendekatkan wajahnya ke depan Fauzan, "dimana Kania!!!"

"Oh, kau masih mau bermain-main rupanya sobat kecil?!" Fauzan tertawa meremehkan. "Habisi aku sepuasnya, lalu kita lihat siapa yang akan Kania pilih. Kau atau aku."

Aldan melepaskan cengkeramannya, ia kemudian masuk ke dalam rumah Fauzan tanpa permisi.

"Kania!"

"Papa Aldan!" Kania berlari ke arah Aldan. Mata Aldan berbinar melihat Kania, ia hendak memeluk Kania, namun dengan cepat ditepis oleh Fauzan. "Berani kau menyentuhnya!"

"Sialan! Jangan menghalangiku Fauzan!"

"Stop!!!" Kania berteriak kencang, membuat mereka berdua berhenti berdebat.

"Papa Aldan apa-apaan sih! Mau ngapain lagi kesini? Apa Papa belum puas menampar Kania?!"

"Kania, Mama Sharena khawatir dengan keadaanmu ..."

"Persetan dengan Mama! Kalian berdua sama saja, kalian jahat!!!" Kania memeluk lengan kiri Fauzan.

"Hah, jahat? Kau dengar sendiri kan, Aldan? Kau jahat!" Fauzan tertawa mengejek.

"Tidak Kania! Papa minta maaf soal kejadian sore tadi, Papa benar-benar merasa bersalah, Papa kacau sekali ketika mendengarmu mengatakan itu." ucap Aldan dengan tegas.

"Papa Aldan memang tidak pernah menyayangi Kania!"

Aldan menggeleng kuat-kuat, "itu tidak benar! Oh ayolah ... percaya pada Papa Kania, kita kembali ke rumah sakit dan menemui Mama Sharena."

"Kania nggak akan kembali bersama kalian!"

"Bagaimana jika kami membatalkan rencana itu? Kami tidak akan memindahkanmu dari sekolah lama, Kania."

My Cool DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang