29. Akhir dari masalah

57.7K 6.3K 164
                                    

Author pov:)

Tiga hari setelah malam itu Gibran dan Naya tak pernah bertemu lagi. Gibran masih emosi ketika perkataan Naya malam itu terngiang-ngiang di kepalanya, Naya tak tau bagaimana seberusahanya Gibran agar kembali percaya diri dan dengan permintaan Naya malam itu kembali membuatnya  merasa kehilangan kepercayaan diri.

Kalau saja Naya mau mendengarkan penjelasan Gibran waktu itu. Semuanya berawal dari waktu mereka menjenguk Alan, Gibran mendengar semua yang dikatakan oleh Alan, awalnya ia hanya marah karena melihat Naya dipeluk namun saat Alan mengatakan bahwa Naya tak bahagia dengan pernikahan mereka Gibran semakin panas.

Gibran tak mau berbicara apapun saat ia tengah marah, ia takut menyakiti orang-orang disekitarnya karena ucapannya, makanya saat bersama Naya waktu itu ia hanya diam saja, membentak Naya untuk diam saja Gibran sangat menyesalinya sampai sekarang. Ia lebih memilih diam dan menyendiri di kamar, setelah emosinya mulai mereda ia sebenarnya mencari keberadaan Naya namun ia tak menemukan keberadaannya istrinya dan ia tak sengaja melihat Naya pergi bersama Rasya membuatnya semakin emosi.

Gibran merasa tak dihargai sebagai seorang suami oleh Naya, istrinya itu tidak peka kalau suaminya tengah cemburu dan hilang kepercayaan diri karena ucapan Alan kemarin, ia merasa tidak pantas menjadi suami Naya. Hasutan syetan kian berhasil karena ulah Gibran malam itu, beruntung Naya menyadarkannya hingga menbuatnya merasa sangat bersalah makanya ia memeluk Naya dan meminta maaf.

Entah dari sejak kapan tapi yang Gibran rasakan saat ini ia sangat nyaman pada Naya, ia cemburu saat perempuan itu berdekatan dengan laki-laki tapi karena Gibran tak mau Naya merasa tidak nyaman dengan perlakuannya makanya ia berusaha untuk menahan diri. Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta, iyakah? Kalau begitu Gibran sudah cinta pada Naya.

Mengenai Dila, sebenarnya Gibran tidak ada niatan bertemu dengan perempuan itu. Waktu itu ia ada janji bersama sahabatnya, namun sahabatnya membatalkan janji tersebut karena ada urusan dan waktu itu Gibran tidak sengaja bertemu Dila alhasil mereka duduk satu meja.

Dila berkata ia sebentar lagi akan dikhitbah oleh seseorang dan saat Naya mendengar jawaban Gibran ia tidak mendengar sampai habis, melainkan hanya setengah.

Flashback on

"Apa Mas Gibran masih punya rasa sama aku?" tanya Dila yang masih bisa ku dengar.

"Ada!" Gibran menjeda ucapannya.

"Tapi itu dulu waktu aku berencana menikah denganmu, tapi sebelum mengucap ijab qobul dengan Naya aku pastikan rasa itu sudah aku hilangkan untukmu dan aku berikan pada istriku, rasa cinta, harta benda bahkan jiwa raga semuanya sudah menjadi milik Naya dan aku mencintainya, hanya dia, tidak ada perempuan lain."

Sayup-sayup Gibran mendengar suara orang yang tengah dibentak, ternyata Naya. Gibran terkejut bukan main, ia takut terjadi kesalah pahaman. Tapi saat ia akan mengejar Naya, dering telfonnya berbunyi ternyata dari teman sekerjanya di rumah sakit, mengatakan ada urusan urgent di rumah sakit, akhirnya ia tidak jadi mengejar Naya.

Begitu kronologis sebenarnya.

Flashback off

Hari ini Gibran sedang berada dikampus, ia baru saja keluar dari kelas. Sampai diruangannya Gibran langsung duduk di kursi dan memijit pelipisnya pelan, kalau mau tau keadaannya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Ucapan Naya malam hari benar-benar menganggunya, bagaimana kalau Naya tetap kekeuh ingin berpisah darinya? Apakah Naya tidak bahagia menikah dengannya? Haruskah ia melepas Naya agar istrinya itu bisa bahagia dengan pilihannya? Tapi dulu Naya mengatakan bahwa ia mentai Gibran. Argh, kepala Gibran rasanya ingin pecah memikirkan semuanya.

"Pusing bro?" tanya Alam yang mejanya bersebelahan dengan Gibran.

Refleks Gibran langsung membuka matanya.

Sepupuku Suamiku Where stories live. Discover now