8. Mas Gibran lagi

57.2K 7.4K 240
                                    

"Ehm, Naya," panggil seseorang.

Aku terlonjak kaget dan menoleh ke sumber suara.

Dan alangkah terkejutnya aku bahwa yang memanggilku barusan adalah Mas Alan, laki-laki yang beberapa hari lalu meminta persetujuanku untuk datang ke rumah dan mengkhitbahku.

"Eh, Mas Alan." aku gugup.

"Boleh duduk?" tanya Mas Alan.

Aku mengerjapkan mata masih menatap laki-laki yang berjas rapi, khas orang kantoran. Kemudian aku mengangguk pelan.

"Sendirian aja," ucap Mas Alan memulai obrolan.

Aku hanya menanggapi dengan senyuman canggung.

"Mas Alan ngapain di sini?" tanyaku.

"Memangnya di sini selain makan bisa renang juga ya?"

Aku terkekeh pelan.

"Maksudku nggak gitu, Mas."

"Aku tadi habis meeting terus pas mau pulang aku nggak sengaja ngeliat kamu lagi duduk sendirian. Makanya aku samperin." aku mengangguk paham.

"Sekalian nagih jawaban, kapan aku bisa datang ke rumahmu?"

Deg!

Tubuhku terasa membeku. Mas Alan masih setia menunggu jawabanku, aku berdehem untuk menetralkan ekspresi terkejutku.

"Mas Alan serius mau sama aku?" tanyaku pelan.

"Di mana tempat becandaku, Na? Kasih tau aku. Apa selama ini aku kurang serius saat ngomong sama kamu? Apa karena aku tiba-tiba langsung ngomong mau menikah sama kamu, itu membuat kamu nggak percaya?"

Aku menghela nafas berat.

"Aku benar-benar serius, Na. Mau melamar kamu dan menjadikan kamu istriku."

Aku mencoba mencari kebohongan lewat sorot mata Mas Alan, namun nihil. Mas Alan terlihat benar-benar serius dengan ucapannya.

"Tapi sebelum itu aku mau meminta izin terlebih dahulu sama orang tua kamu."

"Naya!" kami menoleh.

Mas Gibran lagi. Sudah dua kali ini terjadi, saat aku dan Mas Alan tengah berbicara serius Mas Gibran datang membuat obrolan serius kami terputus.

Sebenarnya ada hal lain yang membuatku salah fokus, yaitu di belakang Mas Gibran ada Dila. Perempuan cantik yang Mas Gibran berencana untuk melamarnya.

"Eh, cowok yang waktu itu di rumah sakit sama Naya, ya?" tanya Mas Gibran pada Mas Alan.

Aku melihat Mas Alan mengangguk dan hanya tersenyum. Tak terlihat sedikitpun bahwa ia kesal, padahal Mas Gibran telah mengganggu obrolan kami dan itu tidak terjadi sekali.

"Lagi ngapain?" tanya Mas Gibran.

"Lagi makan-makan aja," jawabku tanpa ekspresi sedikitpun.

"Kebetulan banget. Karena Dila ada di sini juga, alangkah lebih baiknya kalian kenalan."

"Dila ini Naya sepupu saya. Dan Naya ini Dila," kata Mas Gibran memperkenalkan kami.

Aku membalas jabatan tangan dari Dila. Dapat aku rasakan bahwa kulit tangan Dila sangatlah lembut dan putih, sangat berbeda jauh denganku.

Dari segi wajah pun sama, Dila sangatlah jauh lebih cantik ketimbang aku, dan juga ia terkenal pintar. Mungkin itu yang membuat Mas Gibran tertarik padanya.

Aku yakin tidak hanya Mas Gibran yang akan terpincut dengan pesonanua Dila. Siapapun laki-laki yang menatapnya pasti akan terpesona dengan gadis berkulit putih dan berhijab di depanku ini.

Sepupuku Suamiku Where stories live. Discover now