3. Diantar pulang

1K 312 180
                                    

"Untung aja ini cuman permainan. Kalau enggak, gue bakalan jatuh cinta sama lo."

~Zefanya Putri~

🦋🦋🦋

Akhirnya yang ditunggu-tunggu para siswa pun tiba, bel pulang berbunyi. Seluruh siswa langsung berhamburan keluar kelasnya masing-masing. Tak terkecuali Zefanya dan Nabila. Mereka berdua tengah berjalan di koridor sekolah yang mulai kosong. Mereka sengaja pulang lebih lambat karena tak ingin berdesak-desakan
dengan siswa lainnya.

"Ze, lo pulang sama siapa?" tanya Nabila.

"Naik taksi, maybe."

"Loh, gimana kalau bareng gue aja?"

"Enggak ah, kita kan beda arah," tolak Zefanya.

Tak terasa mereka pun sampai di depan gerbang sekolah. Di sana sudah ada sopir yang ingin menjemput Nabila.

"Beneran gak mau bareng nih?"

"Hmm."

"Yaudah, gue--"

"Yuk pulang!" belum sempat Nabila menyelesaikan kalimatnya, seseorang sudah memotongnya.

"Alfarel?" kaget Zefanya dan Nabila bersamaan.

"Ayo pulang!" ulang Alfarel tanpa menghiraukan keterkejutan mereka. Ia menggenggam tangan Zefanya berniat menariknya menuju parkiran.

"Eh, gue pulangnya bareng Nabila," Zefanya melepaskan genggaman Alfarel dari tangannya.

"Loh, bukannya tadi lo gak mau bareng gue ya?" Nabila mengerutkan keningnya bingung.

Zefanya yang mendengar itu memelototkan matanya berharap Nabila mengerti. Ia sedang tak ingin deket-deket dengan cowok itu. Tetapi, bukannya mengerti Nabila malah melanjutkan kalimatnya. Difinisi temen gak peka ya gini, Zefanya menghela nafas pasrah.

"Katanya tadi mau naik taksi."

Mendengar itu, Alfarel terkekeh pelan. Ia menarik tangan Zefanya membawanya keparkiran sekolah tempat dia memarkirkan motor kesayangannya.

"Buat apa naik taksi kalau udah punya pacar?"

"Naik taksi itu cuman untuk para jomblo," lanjutnya.

Zefanya yang mendengar itu hanya bisa mendengus pelan.

"Entar ngerepotin," jawab Zefanya seadanya.

"Gak ada istilahnya pacar yang ngerepotin," seru Alfarel sambil memakaikan helm di kepala Zefanya.

"Ayo naik!" lanjutnya.

Mendengar itu, Zefanya langsung naik ke atas motor Alfarel, ia ingin lekas pulang kerumah. Setelah dirasa Zefanya sudah naik, Alfarel menarik kedua tangan Zefanya melingkarkannya dipingangnya.
Zefanya yang diperlakukan seperti itu tersentak kaget. Ia menarik kedua
tangannya, tetapi langsung di tahan oleh Alfarel.

"Pegangan, masa udah pacaran gak romantis sih?" Alfarel memberi alasan.

Zefanya memutar bola matanyaa malas. ”Modus,” gumamnya pelan.

Alfarel yang mendengar itu terkekeh pelan. Setelah memastikan Zefanya tetap memeluknya, ia pun menjalankan motornya menembus jalan raya. Sudah 20 menit perjalanan, tetapi tidak ada yang memulai percakapan. Sebenarnya Zefanya tidak nyaman dengan keheningan ini. Karena ia tak suka
keheningan. Ia akhirnya membuka suara memecahkan keheningan.

"Gue boleh nanya gak?" seru Zefanya memulai pembicaraan.

"Apa?" tanya Alfarel.

"Emm, kenapa lo bisa suka sama gue?" tanya Zefanya pura-pura ragu
mangucapkannya. Sebenarnya dia hanya ingin mengetes Alfarel saja.

"Lo tau? Cinta itu tak butuh alasan," jawab Alfarel santai.

"Alasan yang klise," batin Zefanya tersenyum miring.

Setelah itu, keadaan menjadi hening. Zefanya yang merasa lelah menyenderkan kepalanya kebahu Alfarel. Alfarel yang merasakan itu tersentak kaget, tapi ia mencoba menormalkan ekspresinya.
Saking asiknya menyenderkan kepalanya di bahu Alfarel, Zefanya tidak sadar bahwa mereka sudah sampai di depan rumahnya.

"Betah banget ya meluknya, sampai gak sadar udah sampai rumah," goda Alfarel, ia terkekeh geli.

Zefanya tersentak kaget, ia langsung melepaskan pelukannya dan turun dari motor.

"Kok lo tau rumah gue sih?" tanya Zefanya mengalihkan pembicaraan.

"Apasih yang gak gue tau dari lo?" tanya Alfarel balik.

"Kok nanya balik sih?" kesal Zefanya. Ia pun mencoba melepas helm yang dia pakai.

Melihat Zefanya yang kesulitan melepaskan helmnya. Alfarel pun membantu melepaskannya.
Zefanya yang diperlakukan seperti itu diam membeku. Tatapan mereka bertemu, saling mengunci. Sampai Zefanya mengalihkan tatapannya terlebih dahulu. Pipinya bersemu merah, Alfarel yang melihat itu langsung mengacak rambut
Zefanya gemas.

Ciee.. Blushing," goda Alfarel.

"Apasih, pulang sana!" kesal Zefanya.

"Ngusir nih?" Alfarel menaik turunkan alisnya.

"Udah sana pulang!" ketus Zefanya.

"Ngambek?"

"Enggak."

"Yaudah, gue pulang. Besok gue jemput."

"Gak ada penolakan!" lanjutnya,
ketika melihat Zefanya ingin protes.

"Iya," pasrah Zefanya.

Setelah itu, Alfarel pun melajukan motornya menjauh dari pekarangan rumah Zefanya.

"Sial! Kenapa gue salting sih? Gila banget. Untung aja ini cuman permainan. Kalau enggak, gue bakalan jatuh cinta beneran sama dia," batin Zefanya. Ia pun memasuki rumahnya.

 Ia pun memasuki rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

gimana? next?

jangan lupaa kasih vote dan komen disetiap paragraf nyaa

salam cinta,
tia💕

Love GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang