Drama Kantin

422 13 2
                                    

Cast : Jihyo//Hoseok
Lokal au, campus life, stalker
Words : 1.6k
Written by : Hiraethskies

"Kalo menurut gue, durasi penampilnya dilamain lagi. Takutnya kayak tahun lalu beliau telat."

Hoseok yang baru datang dengan semangkuk siomay tak bisa menahan senyumnya mendengar usulan Namjoon. Begitu serius pria berkacamata itu menyatakan pendapatnya. Di seberangnya Jimin tampak jengah dan bertahan mendengarkan Namjoon yang tidak ada habis-habisnya mengoreksi susunan acara.

Memang berada di jabatan atas acara kampus membuat ketiganya harus mereview banyak hal. Apalagi pembicara yang mereka undang adalah seorang Menteri Keuangan. Tak heran jika mereka terus mereview dan memastikan acara akan berjalan dengan lancar. Nama kampus dipegang oleh mereka, salah sedikit saja nama kampus akan tercoreng.

Amanah nama kampus tersebut membuat mereka terpaksa siang dan malam membahas ini dan itu. Bahkan hingga rapat di kost teman sampai subuh menjelang.

Sebetulnya Hoseok yang mengemban beban terberat secara dia merupakan ketua divisi acara, membuatnya sering kali ikut rapat internal berbagai divisi untuk menyampaikan jalan acara. Tapi yang paling sering adalah berembuk dengannya adalah Jimin dan Namjoon.

Untung saja ketiganya berada di semester yang sama. Kecanggungan luruh meskipun mereka beda jurusan.

"Makan dulu kali. Gak pada laper apa?"

Hoseok mendudukkan dirinya tepat di sebelah Namjoon yang masih membaca ulang hasil rapat bersama kemarin. Untuk seorang ketua, Namjoon sosok yang cukup disiplin dan teliti. Sedikit lubang kesalahan saja bisa langsung ia temui. Ada yang pernah berkata kalau Namjoon menyatakan pendapat, tidak akan bisa diganggu gugat lagi. Saking tiap pendapatnya itu terlalu benar dan tidak mampu menimbulkan sanggahan.

"Bagi ya," Jimin mengambil sepotong siomay dan langsung melahapnya.

Meskipun hanya wakil ketua, Jimin lebih memahami seluk beluk acara. Karena memang sudah dekat dengan Hoseok sejak sekolah menengah, Jimin sering ikut dengan Hoseok rapat dengan berbagai divisi. Berbeda dari Namjoon, Jimin memiliki otak yang kreatif dan sering menyumbangkan banyak ide.

Hari ini Namjoon meminta pemaparan detail dari Jimin dan Hoseok. Sudah dua jam mereka berdiskusi dan tidak ada tanda-tanda akan berakhir.

"Ini harus banget moderatornya influencer ini?" Namjoon bertanya, masih dengan serius membaca modul acara yang bawahanku susun, "fakultas kita juga punya orang yang followers-nya sebanyak ini. Atau gak kita pakai dosen aja."

"Kita pakai mbak influencer ini biar bisa relate sama materinya. Dia sering bahas finance juga di sosmednya," Hoseok menjelaskan setelah gagal menyentuh makanan pertamanya untuk hari ini.

"Tapi tarifnya mahal banget, Hoseok. Lo enggak bandingin dulu apa sebelumnya?" nada bicara Namjoon yang meninggi sontak membuat Hoseok tersulut. Perut lapar dan diomeli tiba-tiba adalah kombinasi yang hebat untuk membuat seseorang mengamuk.

"Apaan sih, kok mahal?! Lo mikir juga dong aturan kalo kita pake mbaknya, acara kita tuh bakal lebih dilirik sama eksternal!"

"Sia-sia tau gak duitnya. Mending buat alokasi ke yang lain," ujar Namjoon, berdecak.

Amarah tak mampu dibendung oleh Hoseok. Garpu yang dipegang Hoseok dilempar begitu saja. Suara temu antara besi dan piring terdengar nyaring menarik perhatian seisi kantin.

Namjoon tak bergerak, hanya diam dan memandang kosong kertas di tangannya.

"Guys, udah-udah ," Jimin menengahi, tak nyaman karena semua orang menatap penasaran, "jangan berantem dulu. Ring tinjunya belum siap."

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang