Monologue

533 54 2
                                    

Cast : Jeongyeon//Taehyung
Camping au, domestic, established relationship
Words : 901
Written by : Hiraethskies

Ide berkemah ala-ala ini muncul setelah Jeongyeon berselancar di internet. Mencari kegiatan menyenangkan yang bisa dia lakukan dengan kekasihnya. Rekomendasi berbagai tempat sudah dia dapatkan bahkan sampai habis dua lembar kertas hanya untuk menulisnya. Tapi pilihannya jatuh ke berkemah di pinggir danau.

Taehyung pun begitu semangat ketika Jeongyeon memberikan saran menghabiskan waktu berdua. Bahkan dia sampai membeli banyak selimut dan bantal.

Meskipun tidak bisa dibilang itu berkemah sungguhan karena alih-alih menggunakan tenda mereka menjadikan kursi belakang mobil sebagai tempat beristirahat. Dua kursi terbelakang mobil dipinggirkan sehingga mereka bisa menggelar selimut dan bantal. Seketika mobil itu terasa nyaman.

Kakak Taehyung, yang senang sekali bepergian mengeksplor tempat-tempat yang jarang dijamah, memberikan saran di sebuah danau dekat dengan pegunungan. Cuaca pun juga sangat bersahabat. Matahari bersinar terang namun suhu yang dingin memberikan rasa hangat yang menyenangkan.

Selimut melindungi mereka dari dinginnya udara. Pintu bagasi mobil dibuka lebar-lebar, memberikan mereka pemandangan danau yang tenang dengan pohon-pohon tinggi dan hijau yang mengelilingi danau dan gunung yang berdiri megah jauh dibelakang deretan pohon-pohon itu.

Jeongyeon menelusupkan dirinya lebih dalam ke dada Taehyung. Sedari dari mereka tidak bergerak dari posisi mereka. Tangan Jeongyeon merengkuh pinggang Taehyung yang tengah asik membaca. Asap dari teh panas yang dipegang tangan Taehyung lainnya mengebul, mentransfer hawa hangat ke wajah Jeongyeon. Kaki mereka menumpuk, mencari kehangatan lebih.

"Aku mengantuk," kata Jeongyeon yang sudah memejamkan matanya.

"Tidurlah. Perlu aku nyanyiin?"

Jeongyeon sontak terkekeh lemah, "Tidak, terima kasih. Biarkan pita suaramu istirahat."

Buku dan segelas teh itu pun akhirnya disisihkan oleh Taehyung. Lengannya bergerak melingkari bahu Jeongyeon, membawa Jeongyeon lebih dekat lagi dengannya. Senandung kecil dinyanyikan oleh Taehyung, menghantarkan Jeongyeon ke alam tidurnya.

"Jeongyeon," panggil Taehyung pelan setelah menyelesaikan senandung, memastikan apakah kekasihnya sudah tidur. Tidak ada respon apapun dari wanita itu. Wajah polosnya tampak tenang.

Taehyung menggunakan kesempatan itu untuk mengagumi wajah Jeongyeon. Senyum kecil terlepas dari bibirnya. Betapa beruntungnya dia bisa mendapatkan Jeongyeon.

"Akhirnya perjuanganku terbayar," gumam Taehyung, "kamu perempuan yang paling susah aku dapetin. Aku padahal seorang penyanyi yang sering tour ke sana kemari tidak sesibuk kamu.

Kamu susah banget dihubungin dulu. Rasanya kirim pesan seperti bertukar surat lewat merpati. Kamu jawab lama dan larut sekali. Aku nyaris kehilangan harapan. Awalnya aku mau menyudahi perjuanganku. Untung saja kamu sadar saat itu juga. Kamu jadi fast-respon, sering dateng ke showcase aku.

Sebetulnya sedikit lebih mending dari dulu. Sampe sekarang saja kamu lama sekali membalas pesanku."

Taehyung melirik kepada Jeongyeon yang masih memejamkan mata. Menyenangkan rasanya bisa menumpahkan keluh kesahnya terhadap Jeongyeon yang tertidur. Kalau saja Jeongyeon terbangun, cerita Taehyung sudah dari awal disangkal oleh Jeongyeon.

"Inget gak waktu aku lagi tour di Jepang dan kamu lagi rilis buku? Aku inget banget soalnya kamu marah gara-gara aku pulang.

'Kamu ngapain ke sini! Bikin cape aja!'" Taehyung menahan tawanya begitu dia mencontoh nada bicara Jeongyeon yang waktu itu mengomelinya habis-habisan.

"Aku cuman mau ngejutin kamu loh. Kapan lagi aku bisa ikut acara kamu? Dapet tanda tangan penulis best-seller. Aku gak paham kenapa kamu marah banget waktu itu. Amarahku jadi ikutan. Dan kita nyaris putus bukan?

Tapi gak tau kenapa tiba-tiba kita baikan lagi. Aneh sih. Aku sampe sekarang masih heran."

Jemari Jeongyeon dimainkan dengan lembut oleh Taehyung. Dia bisa merasapak napas Jeongyeon yang tenang di dadanya. Mengingat masa lalu yang penuh lika-liku itu membuat Taehyung malu sendiri. Dia dan Jeongyeon terlalu mempermasalahkan hal kecil.

"Sama yang paling aku inget. Kencan pertama kita di rumah sahabatmu. Kita pesan ayam dan temanmu sedang ada perayaan tetangga baru kalau ga salah. Sumpah, pertama kalinya aku kencan sesederhana itu. Aku biasanya membawa pasanganku yang dulu ke restoran mahal. Sedangkan kita, kencan bersama ayam di rumah orang.

Tapi meskipun gitu, kamu cantik banget. Rambut kamu baru dicat warna cokelat. Lalu sweater biru tuamu terlihat nyaman—"

"Sweater abu-abu!" suara gumaman dari Jeongyeon membuat Taehyung terhentak. Dia bicara terlalu banyak dan dimaksudkan untuk tidak didengar oleh Jeongyeon.

"Eh! Kamu bangun?!"

Jeongyeon mendongak memperlihatkan senyum jahilnya. Melihat kedua mata Taehyung yang membulat dan rahang pria itu yang jatuh ke bawah membuat Jeongyeon tergelitik, "Aku gak tidur dari tadi."

"Kamu dengerin dari awal dong?"

"Lengkap."

Taehyung menutup wajahnya dengan kedua tangannya, malu karena kini pipinya terasa memanas dan mulai mengeluarkan sembrutan merah.

Jeongyeon menarik tangan Taehyung, berusaha melepaskan tangan kekasihnya dari wajahnya, "Ayo dong cerita lagi."

"Engga ah! Malu!" suara Taehyung bergema akibat tangannya.

Kecupan singkat terasa di permukaan tangan Taehyung. Perlahan Taehyung menurunkan tangannya dan mendapati Jeongyeon memperhatikannya dengan senyum kecil.

"Maaf ya, kalau waktu itu bikin kesel. Aku cuman takut kamu sakit," kata Jeongyeon, merapihkan rambut Taehyung yang berantakan, "aku marah banget karena kamu tuh besoknya harus ke Jepang lagi. Konser kamu dua hari berturut-turut dan kamu nekat datang ke acara rilis bukuku."

Taehyung menghela napasnya sengaja dengan keras, "Masa ga boleh? Aku keterlaluan kangen sama kamu."

Taehyung menahan tangan Jeongyeon tepat di pipinya. Lantas dia balik mengecup tangan Jeongyeon dengan lembut dan mengembalikannya tepat di pipinya.

"Bertemu denganmu lagi memberikanku kekuatan."

Jeongyeon tak mampu menahan senyuman lebarnya. Dulu ketika dia mendengar kata-kata itu di drama, dia merinding karena aneh. Namun begitu dia merasakan sendiri dadanya berdebat karna kata manis itu, membuat dia yakin cinta itu bisa merubah berbagai hal.

Jeongyeon menampar pelan pipi Taehyung. Dia tidak tahu bagaimana harus menyikapi tindakan Taehyung. Membalas dengan gombalan lainnya? Mana bisa. Hanya tamparan itu yang terlintas di kepalanya dan langsung ia lakukan.

"Halah. Dasar gombal."

"Berantem lagi yuk?"

𝐰𝐢𝐧𝐞 | 𝐛𝐚𝐧𝐠𝐭𝐰𝐢𝐜𝐞 ✔️Where stories live. Discover now