Know Better

1.1K 131 30
                                    


Alex menatap Taiga dengan ragu. Perasaan Alex dipenuhi dengan kekhawatiran. "Kenapa kau bertanya tentang dia? Kau terlibat dengan orang itu?"

"Tidak bisa dibilang terlibat sih, tapi mungkin. Hanya saja, temanku dibawa kabur olehnya"

"Dengar Taiga, Aku ingin kau menjauhi orang itu. Jangan mencoba-coba untuk mendekatinya. Aku tidak tau motifnya apa ia ke Jepang beberapa waktu lalu, dan aku yakin itu tidak baik" celoteh Alex.

Ryōta menelan pelan salivanya. Sedangkan Daiki sedikit membenarkan posisi duduknya yang sembrono. Hal yang baru saja Alex katakan terdengar sangat menegangkan dan berbahaya. Wajah Taiga lebih tegang dari sebelumnya.

"Kami sangat ingin menolong Kuroko, Alex. Walaupun Akashi sudah mengambil alih untuk menolong Kuroko, tapi kami tetap ingin membantu karena Kuroko teman kami."

"Ehm, gebetan-ku" koreksi Ryōta.

Daiki berdecih dan menatap geli pada si budak cinta ini.

Alex menghela nafas. Ia tahu jika Taiga sudah berniat di awal, dia akan melakukan hal yang ia inginkan hinggal berhasil dengan cara apapun.

"Aku tahu tempat Nash di NY, dan beberapa informasi tentang dia dan kelompoknya. Tapi kuharap kalian tidak gegabah dalam hal ini, paham?"

Mereka bertiga mengangguk, Alex menjelaskan tentang Nash kepada mereka.

Nash Gold Jr., putra dari bos mafia yang menetap di NY. Keahliannya di bidang bola basket tidak perlu dipertanyakan lagi. Tingkatnya menyamai dengan Akashi Seijūrō. Nash termasuk orang yang bar-bar, dan melakukan apapun dengan kekerasan. Ia juga akan melakukan cara ilegal untuk mendapatkan apa yang ia mau. Lebih jelas lagi, dia itu gila.

//

Setelah memasak untuk Nash, Tetsuya pergi ke kamar mandi. Dia menatap dirinya di cermin. Sebenarnya, ia memahami situasinya sedikit.

Ia dikurung oleh Nash.

Tetsuya berusaha berpikir keras tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi kepalanya hanya merespon dengan rasa sakit. Sungguh naif dulu ia mempercayai Nash adalah orang yang memiliki kebaikan dalam dirinya.

Tetsuya keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa emosinya.

"Tetsuya" panggil Nash, dan menepuk pahanya. Memberi tanda pada Tetsuya untuk duduk di pahanya. Tetsuya menghembuskan nafasnya, dan duduk di pahanya.

"Ada apa?" tanya Tetsuya.

"Tidak ada. Hanya saja, aku sangat sangat mencintaimu, Tetsuya"

Tetsuya diam, tidak merespon apapun pada ucapan Nash, atau pun menunjukan ekspresi.

"Kau tidak ingin membalas ucapanku, Tetsuya?"

"Aku harus jawab apa, Nash-kun?"

"Jawab kalau kau juga mencintaiku, Tetsuya"

"Aku tidak ingat pernah mencintaimu, Nash-kun."

Wajah Nash yang tadinya tersenyum menikmati momennya bersama Tetsuya langsung kehilangan senyum bahagianya. Nash tidak senang dengan balasan Tetsuya padanya.

"Aku tidak mengizinkanmu untuk tidak mencintaiku, Tetsuya."

"Kau tidak bisa memaksa orang untuk mencintaimu, Nash-kun"

The Bully Prince [paused]Where stories live. Discover now