Chapter 1 - 5

636 22 5
                                    

"Tidak bermoral!? Hei! Ini tempat paling menakjubkan di seluruh dunia! Kita semua bebas di sini! Tak ada hukum! Tak ada aturan konyol soal Naga-naga! Di sini, tempatnya manusia menikmati menjadi manusia!" Seruan Edward tidak ditanggapi Kagura yang sibuk menutupi diri. Begitu kapal menyender dan jangkar diturunkan, Edward tanpa beban turun dari kapal, ingin menginjakkan kaki di pelabuhan. "Ayo!" Seru Edward.

"A- A- Aku ikut juga!?" Kagura panik berkeringat dingin. Mana mungkin ia ikut Edward berkeliaran dalam kondisinya yang seperti itu! Berpakaian pun, Kagura merasa harus dikawal minimal 10 penjaga untuk bisa berkeliaran di tempat yang disebut Kilimanjaya ini!

"Aku tidak percaya denganmu, bisa saja nanti kau mencuri kapalku lagi. Lagipula, kalau kau mau tinggal sendirian di kapal, kalau misalkan nanti ada orang Kilimanjaya yang menghampirimu, kamu bisa apa?"

Gulp... Kagura sontak menelan ludahnya, merinding membayangkan hal itu. Putri ke 6 Kerajaan Timur itu kembali teringat betapa menyeramkanya dua orang penjaga perbatasan tadi. Kalau misalkan dia harus menghadapi dua orang itu sendirian... Kagura yakin tak bakal sanggup dan tak berani. Kemungkinan terburuknya memang dibunuh mereka, tapi, bagaimana kalau misalkan Kagura harus dipaksa melayani nafsu bejat mereka terlebih dahulu?

"Mmmmm..." Bibir Kagura mengkerut.

"Kau tidak punya pilihan. Kau mau kuseret buat turun?"

Kagura menggeleng. Ia pun turun dari kapal dengan kakinya sendiri. Tentu saja, kedua tangannya masih gelagapan menutupi bagian penting tubuhnya, meskipun ia harus mengorbankan bagian belakang tubuhnya terbuka.

"Tenang, setelah urusanku ini selesai akan kucarikan pakaian di kota. Tuh lihat," Edward mengangguk ke arah seorang budak yang terlihat sedang dipaksa naik ke kapal. Kondisinya sama seperti Kagura, terantai dan dibiarkan tak tertutup apa-apa. Malah, lebih buruk. Di punggung perempuan itu terlihat luka-luka cambuk yang memerah. Melihatnya saja sudah membuat Kagura pedih. "Di sini sudah biasa ada budak. Selama wajahmu tidak terlihat, semua akan aman."

Mau tak mau, Kagura pun ikut berjalan membuntuti Edward yang menarik rantai di tubuhnya. Sekarang, terlihat Edward benar-benar berjalan bersama budaknya. Sama seperti beberapa orang lain yang Kagura temui di jalan keluar pelabuhan.

Memang, pulau Kilimanjaya ini benar-benar tempat bebas tanpa ada hukum sama sekali. Hanya berjalan di sekitar pelabuhan saja, Kagura sudah dua kali berpapasan dengan Tuan yang menyeret budaknya bersama. Belum lagi orang mabuk merajalela di mana-mana, saking banyaknya, yang tidak mabuk justru terlihat aneh. Kagura tak bisa membayangkan kalau situasi seperti ini ada di Kerajaan Timur. Sudah pasti, mereka semua ini akan dimasukkan ke penjara.

"Mmmhhh..." Lalu, sambil terus berjalan mengikuti Edward, Kagura menyadari sesuatu. Kebanyakan penghuni Kilimanjaya adalah orang Kerajaan Barat, dengan perawakan dan ciri khas seperti Edward. Rambut mereka ada yang coklat dan pirang. Kulit mereka putih kemerah mudaan, walau sedikit kotor. Mata mereka juga kadang berbagai warna dari coklat, sampai hijau. Tapi, tak ada yang memiliki warna biru langit selain Edward. "Sebenarnya... Ini tempat apa? Kenapa mereka membenci orang sepertiku?" Tanya Kagura sambil melihat sekeliling.

Bangunan-bangunannya terbuat dari kayu-kayu sederhana yang disusun seadanya. Tidak megah dan serumit bangunan Kerajaan Timur. Memang, Kagura pikir, pastilah orang-orang yang hidup di sini tidak punya pendidikan yang cukup seperti orang di Kerajaan Timur, sehingga apa yang ada semuanya sederhana. Pelabuhannya tadi saja hanya terdiri dari kayu-kayu yang disusun menanjang ke laut. Kapal-kapal besar sepertinya tak mampu bersandar di sana.

"Sebenarnya, di awal, Kilimanjaya adalah bagian dari Kepulauan Kerajaan Timur. Tapi, karena kalian rasis, mereka memilih untuk memisahkan diri. Lalu, salah satu pedagang Kerajaan Barat mampir ke sini, dan terbentuklah Kilimanjaya yang sekarang."

Dragon PrincessWhere stories live. Discover now