Chapter 1 - 1

910 26 1
                                    

Kagura berjalan terseok-seok. Kakinya lemas. Bukan, bukan karena letih. Lelah jelas dirasa, sampai seluruh ototnya mati rasa dan kesemutan, tapi bukan itu. "Asuka..." Tangan Kagura masih gemetar. Potongan situasi di mana Asuka telah disembelih itu terus berulang, mengikuti langkah kaki Kagura yang mencoba menjauh dari kota, melarikan diri sebelum ada Ksatria Kerajaan Barat yang sedang berpatroli melihatnya.

Sesaat sebelum Kagura menemukan kekuatan untuk berbalik, ia sempat melihat apa yang selanjutnya terjadi kepada para penduduk Boda yang tertangkap bersembunyi. Mereka semua dikumpulkan ke panggung tempat Asuka dieksekusi, entah untuk selanjutnya apa yang akan mereka lalui. Tampaknya, hanya ada nasib buruk yang akan menanti rakyat Kagura yang ada di sana.

Semuanya bersujud, menangis, meminta ampunn dengan berbagai alasan. Ibu-ibu yang tidak ikut berperang, dengan erat memeluk anaknya yang menangis kencang, melihat mayat Sang Ayah tergeletak di jalanan. Tak berharga. Kagura tak sanggup untuk melihat lebih lanjut. Asuka... Asuka... Asuka... Ia berlari dari sana, menolak kenyataan, berharap kalau yang dilihatnya adalah halusinasi dan ia masih bisa menemukan Asuka di danau di belakang Istana.

Tapi, kenyataan jelas berkata lain. Tak ada Asuka. Tak ada Shiro. Hanya ada Kagura sendirian di sana.

Zi Qi. Carilah Zi Qi. Kalimat yang keluar dari mulut Asuka saat peperangan ini baru dimulai kembali terputar di dalam kepala Kagura, memberinya tujuan untuk lanjut melangkah, hingga akhirnya, ia sekarang berada di sini, di tengah hutan, masuk semakin dalam menuju cahaya biru yang dipantulkan lautan.

"Hei! Cepat!" Pelabuhan Provinsi Boda sedang dalam keadaan kacau. Perang yang terjadi di kota membuat semua kapal yang sedang berlabuh beramai-ramai menarik jangkar dan pergi dari sana. Beberapa penduduk sekitar yang melihat kekacauan di Kota dan melihat pertempuran Shiro juga terlihat di sana, sibuk membawa barang-barang berharga dan terlihat sedang bernegosiasi dengan para pemilik kapal.

Kagura pun lanjut melangkah, memasuki area pelabuhan Provinsi Boda. Satu persatu kapal telah pergi, tak ingin terjebak di dalam medan perang. Memang, semua kapal yang berlabuh saat ini hanyalah kapal transportasi dan kapal para pedagang yang singgah. Tak ada sama sekali kapal militer Kerajaan Timur. Semua kekuatan Kerajaan Timur yang ada di Boda ada di kota, dan semuanya telah habis dibantai.

"Aku akan membayar berapa saja! Tolong! Bawa kami!" Seorang pria bersujud menciumi seorang pria pemilik kapal yang siap berangkat. Di belakangnya, ada seorang anak kecil yang sedang digendong seorang perempuan. Istri pria yang sedang bersujud itu terlihat sampai ingin ikut bersujud, hanya saja, anaknya yang tidak mengerti apa-apa tidak bisa ia lepas dari gendongannya.

"1000 koin emas, maka kubiarkan kalian masuk ke kapalku." Pemilik kapal itu mengapit dagu sambil tersenyum. Rupanya, ketika ada seseorang yang sedang sangat membutuhkan sesuatu, bisa diperas sedemikian rupa, dan ia memanfaatkan hal itu.

"Se- seribu!? Ta- tapi itu..." Pria yang minta tolong itu bangkit dan menatap wajah Sang Istri. Mereka tak punya uang sebanyak itu. Mereka hanyalah rakyat biasa, yang tinggal di Provinsi pinggiran. Seumur hidup bekerja sebagai petani pun, belum tentu mereka mempunyai tabungan sebanyak itu.

"Kenapa? Tak ada uang, kau tidak boleh naik. Cepat bayar di depan, kami mau segera berangkat!"

Pasangan suami istri itu pun saling bertapan kebingungan. Mereka mengeluarkan semua isi kantong mereka dan berhasil mengumpulkan beberapa puluh koin emas. Mereka berdua lalu menatap Sang Pemilik Kapal dengan tatapan memelas. "Cuma ini yang kami punya Tuan... Tolong kami... A- Aku siap melakukan apa saja!"

"Tak ada uang, tak boleh naik. Hei Zou! Cepat angkat jangkar!" Begitu jangkar mulai ditarik dari lautan, rasa panik dan putus asa akhirnya memberikan ide kepada pria itu.

Dragon PrincessWhere stories live. Discover now