Bab 11

14.5K 1.2K 77
                                    

Theo

Seperti penipu ahli, aku dapat menyembunyikan kegugupan dan serangan panik yang belakangan ini kurasakan dengan baik.

Dari luar, Theodore masih terlihat seperti Theo yang biasa, anak muda bertanggung jawab dan selalu bisa diandalkan. Papa memberi banyak tugas seperti berhubungan dengan perencana event, membooking hotel untuk keluarga besar kami yang datang dari luar kota, mengontak dan berurusan dengan berbagai vendor yang bertugas membersihkan rumah karena ijab qobul rencananya akan dilakukan secara tertutup di hotel agar tidak diliput oleh wartawan.

Terus terang akupun merasa takjub karena masih bisa berfungsi sebagaimana mestinya meskipun kurang tidur dan terus menerus mengonsumsi ibuprofen dan paracetamol tanpa jeda. Satu-satunya cahaya di ujung terowongan adalah keinginan untuk segara dipersatukan kembali dengan sumber ketenangan sekaligus kebahagiaanku.

"KUA-nya udah dikasih tahu, kan... kalau acara kita dimajuin sejam?" tanya papa sambil mengancingkan beskapnya. Juru rias berjongkok di dekat papa, membetulkan ikatan bawahan jarik yang ia kenakan.

Aku menggigit sisi mulutku sedikit, berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan kalimat sarkastik yang dapat menggambarkan betapa terkesima dibuatnya karena sikap acuh papa tentang detail paling penting di pernikahannya sendiri yang diserahkan padaku, anaknya yang baru berusia 18 tahun dan belum pernah menikah. Ck ck. Bahkan untuk prosesi pembacaan kalimat syahadat guna mendapat sertifikat, papa memintaku mengurusnya dengan ustad yang beroperasi di masjid agung.

Di saat-saat terakhir, aku berhasil menguasai diri, meskipun sepertinya sudah tiba saatnya untuk mengonsumsi pil pereda rasa sakitku karena migren yang kurasakan sejak pagi kini makin hebat rasa sakit kepala yang kualami. Satu-satunya hal yang menguatkanku adalah kemungkinan bahwa Egalita bakal kembali pulang ke rumah, setelah semua perayaan ini usai. Percakapan di grup whatsapp keluarga kami (beranggotakan empat orang saja) ini menjadi buktinya.

Egalita: sp yg uda g sabar besok?

Dina: aq aq

Abel: Biasa saja.

Dina: eleh, boong, abel uda ga sabar karena bisa ketemu ama giselle.

Egalita: Giselle?

Dina: kakak sepupu jauh kita rumahnya di jogja. ini anaknya uda nyampe jakarta, tapi baru besok bisa ketemu.

Abel: Bohong.

Dina: <<share gif>>

Egalita: waaaaw umurnya berapa Giselle?

Dina: kayak kamu, baru kemarin banget ultah k 15

Egalita: sama kaya Theo dong bulan ultahnya?

Theo: Not really.

Dina: iyes sama

Dina: ega, kamu kapan balik ke rumah? kangen nih. abel kangen banget, kak theo jg kan?

...

...

Egalita: nggak ada yang kangen gitu...

Abel: Q g bilang gitu

Theo: KANGEN

Dina: lmao. si abel langsung pake bahasa alay saking kecepetan nulis

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang