51.Program Gapara

Start from the beginning
                                    

"Kenapa?" tanya Anya lebih dulu. Abigel meronggoh sakunya dan memperlihatkan tiket nonton.

"Yuk, castnya para aktor best nya. Ada Reza Rahardian, Jefri nic-"

"Stttt! Oke-oke nanti ya, Anya mau ketemu Galang dulu," ucap Anya.

Abigel mengangguk lalu menunjukan senyum jahilnya. "Cie Son-"

"Dia temen Anya Bigel, Anya duluan," balas Anya lalu berjalan menuju tempat biasa.

Galang tengah duduk sambil makan, ia sungguh menikmati makanannya, sambil makan Galang memegang ponsel di tangan kirinya.

"Kenapa?" tanya Anya setelah duduk di hadapan Galang.

"Ya ya ya Galang manusia keren," ucap Galang membeo, kening Anya berkerut mendengarnya. "Ayo ulang," perintah Galang.

"Aihsss anak ini, Anya kesini cuma buat itu?" tanya Anya terlihat kesal, sejujurnya saat Galang memfotokan roti Anya sangat tergiur.

"Emang maunya apa?" tanya balik Galang.

"Ya nggak ada hal serius gitu?" tanya Anya.

Galang menganggukan kepalanya. "Oh hal serius? apa kita harus jadi pengabdi negara dulu supaya bisa bicara hal-hal serius?"

"Pengabdi negara nggak setiap saat serius," balas Anya ketus.

"Tapi pengabdi negara bisanya serius sama pasangannya, jadi apa perlu kita jadi pasangan dulu biar serius?" tanya Galang menggoda.

Sial, Galang membuat detak jantung Anya tak karuan. "Nggak dulu deh," kata Anya membuat Galang terkekeh kecil, ia menyodorkan bungkus roti dan susu pada Anya.

"Kalau sama yang itu lo pasti nggak bisa nolak," kata Galang. Anya tersenyum lebar.

"Oh ya dong! di luar sana banyak yang nggak bisa makan, masa iya ada makanan Anya tolak sama aja menyia-nyiakan makanan," balas Anya.

Jawaban dari Anya membuat Galang tersenyum simpul, ada yang terlintas di pikirannya. "Soal semalem...." Galang menggantungkan ucapannya, Anya menoleh pada wajah Galang. "Maaf kalau gue berlebihan atau terkesan alay," kata Galang.

Kale bilang semalam itu Galang mengaku kalau Anya pacarnya, mungkin untuk alasan itu Galang meminta maaf. "Nggak terlalu masalah buat Any-"

"Gue nggak tahu lo pernah denger atau nggak tentang kasus gue yang dikabarin LGBT sama Fahri, tapi kalau lo belum denger sekarang lo udah denger langsung dari gue," kata Galang. Seketika Anya langsung menghentikan menguyahnya.

"Kasus itu? hm ... Anya sejujurnya pernah denger...." Galang langsung memasang wajah datar, entah ia malu atau apa. "Ta-tapi Anya ... Anya bener-bener yakin kalau Galang nggak gitu," lanjutnya membuat Galang kembali tersenyum tipis.

"Gue emang nggak gitu dan gue bener-bener masih normal, sejujurnya itu yang bikin hubungan gue sama Ayah dan Kakak gue berjarak, mereka yang mulai itu." Galang menceritkannya pada Anya.

Mungkin ini alasan mengapa Galang semalam bersikap manis pada Anya, ia ingin menunjukan pada Ayahnya kalau ia ini normal. "Jadi berasa males ya Lang deket sama orang kaya gitu padahal itu keluarga sendiri," balas Anya. Galang mengangguk.

"Iya, gue dari situ mulai menjauh dan mencari orang-orang yang lebih bisa menghargai gue layaknya manusia normal, ya dimana lagi kalau bukan di sekolah," kata Galang.

"Anya jadi inget saat Galang bilang 'sampah bisa bernilai tinggi di tangan orang yang tepat' hal itu bener-bener terjadi ya Lang di hidup kita," ujar Anya.

Galang mengangguk, "Sebenarnya itu bukan kata-kata dari gue tapi dari guru prakarya gue, makin dewasa gue makin bisa aplikasikan kata-kata pelajaran kedalam masalah yang gue punya," balas Galang.

KALE [END]Where stories live. Discover now