50.Story night

Mulai dari awal
                                    

Kale tersenyum tipis mendengarnya. "Siapa yang bilang?" tanya Kale dengan suara plat.

"Epot!" jawab Bule dan Jawa secara bersamaan dengan suara lantang.

"Fitnahhhhhhh!" lanjut Epot.

"Gue juga ngerasa gitu," jawab Kale membuat Jawa tertawa renyah, Kale sadar ternyata banyaknya bulu di tubuh dan wajahnya membuat ia mirip dengan monyet.

"Jiaaah, ga asik lo ayo lah nistain Epot!" ucap Bule.

Epot tersenyum penuh kemenangan pada Bule. "Ya nggak-nggak aja le, marah si gue kalau jadi lo le, mending di samain kaya lele dari monyet, lele kan emang kaya cool-cool gitu lho," ucap Bule.

"Monyet salah satu hewan yang cerdas," kata Kale dengan santainya.

"Ah iya juga! Anya kenapa nggak ngasih lo julukan Kanyet aja ya le," ucap Epot.

Jawa lagi-lagi tertawa renyah membayangkan Kale berubah menjadi Kanyet.

Kale menjawab sambil memperhatikan Anya yang tengah mengobrol dengan Mang Dadung sambil sesekali tersenyum tipis. "Anya nggak asal-asalan ngasih nama panggilan ke gue itu, dia bilang...." Kale kembali mencoba mengingat masalalunya. "Ikan lele termasuk ke dalam jenis hewan nokturnal. Pada siang hari, mereka akan lebih sering bersembunyi di tempat gelap. Sementara pada malam hari mereka akan aktif bergerak untuk mencari makan, sama halnya dengan gue yang lebih tertutup sama orang-orang luar tapi saat di depan dia gue lebih aktif ya walau nggak terlalu banyak tingkah," tutur Kale menjelaskan sambil tersenyum tipis.

Niat ingin meledek Epot malah mendengarkan ucapan manis Kale, "Anya bener, lo emang lebih berekspresi depan dia dibanding kita-kita," ucap Bule yang menyadarinya begitupun Jawa dan Epot.

"Kale mau minum?" ucap Anya yang sudah berdiri di sebelah Kale.

"Gue tutup telponnya," ucap Kale. Ia langsung mematikan sambungan sepihak.

"Tukan bener lagi pacaran! Anjing ajib gile ramalan gue bener, besok gue kerja sampingan jadi dukun aja lah," ucap Jawa yang mendengar suara Anya.

Bule dan Epot hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Nggak," ucap Kale menjawab pertanyaan Anya dengan raut wajahnya yang kembali datar. Anya duduk kembali, Kale sepertinya masih marah.

"Ka-le marah sama Anya?" tanya Anya ragu-ragu.

Mata tajam Kale langsung memandang Anya. "Gue benci sama lo...." Ucap Kale menggantung.

Anya menelan saliva di mulutnya, ia coba untuk tidak terbawa emosi. "Anya ... nggak berharap apapun dari siapaun termasuk berharap di sayang sama Kale," ucap Anya dengan senyum sedihnya.

Rahang Kale mengeras mendengar jawaban Anya, ucapan Anya sekarang sudah mulai berbeda. "Gue benci sama lo saat ada orang yang nyamain perbuatan yang gue lakuin ke lo dan dia lakuin hal serupa," lanjut Kale. Anya paham, Galang tak boleh mengantikan posisi Kale.

Menatap wajah Kale rasanya sangat takut, Anya menunduk sambil mengaduk es doger yang masih tersisa sedikit. "Gue nggak suka lo nyebut nama si bajingan itu," ucap Kale, yang ia maksud adalah Galang.

"Hm, apa Anya harus nyebut dia pake nama panggilan kay-"

"Nggak! apa bedanya sama itu!" kesal Kale.

Anya langsung menunduk takut. "I-i-iya nggak," balas Anya. "Kale ... cemburu ya?" tanya Anya masih penasaran padahal ia sudah bertanya perihal ini.

"Ngapain gue cemburu ke lo," balas Kale berbohong. Mulut berkata tidak cemburu tapi sikapnya itu membuat Anya yakin Kale cemburu, dasar!

Ponsel Bule berdering. "Kenapa, Nek?" ucap Bule lebih dulu.

KALE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang