Tiga belas

50 3 0
                                    

Hai para pembaca setia Pariban Aishite Imasu. Terimakasih tetap menghargai hasil karya yang jauh dari kata sempurna ini dengan setia membaca setiap part yang saya publish.

Jujur, aku gak pernah nyangka kalau cerita ini bakal ada yang baca lagi karena ini sudah bukan publish perdana. Terimakasih juga bagi para pembaca yang dengan tulus hati telah memberikan vote untuk karya ini karena setiap vote yang kalian berikan menjadi bahan bakar bagi saya untuk kembali menulis dan menulis lagi.

***

Matahari bersinar cerah di langit kota yang dijuluki kota seribu industri itu. Secerah harapanku agar kegiatan hari ini dapat berjalan dengan lancar. Hari ini aku akan mendapatkan tanggung jawab dan pengalaman baru lagi dari kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan itu tak lain dan tak bukan adalah karyawisata. Menurut sahabatku, kegiatan ini adalah salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di SD Mutiara setiap tahunnya.

Aku sudah dapat membayangkan bahwa kegiatan kali ini pasti akan lebih menantang dari pada mengajar di dalam kelas. Membawa anak kecil dalam jumlah banyak ke tempat wisata terbuka itu butuh kesabaran ekstra. Rasa penasaran mereka yang cukup tinggi membuat mereka jarang duduk diam selama perjalanan bahkan ketika di tempat wisata. Teledor sedikit bisa berakibat fatal. Apalagi wisata kali ini berhubungan dengan binatang - binatang yang tidak semuanya bersahabat baik dengan manusia. 

Pagi ini, SD Mutiara terlihat lebih ramai dari biasanya. Bus berwarna biru putih sudah terparkir rapi di sepanjang jalan, area parkir bahkan halaman sekolah. Selain itu banyak juga orangtua yang sengaja menitipkan mobilnya di sekolah agar ketika pulang dari tempat karyawisata tidak sulit mencari kendaraan untuk pulang.

Sejak subuh semua guru sudah sibuk menyiapkan segala kebutuhan yang kemungkinan besar akan dipakai selama perjalanan atau bahkan di lokasi karyawisata. Aku yang diberi tanggung jawab oleh kepala sekolah sebagai koordinator bus 3 mulai mengecek satu per satu kebutuhan di perjalanan mulai dari air mineral, snack, obat - obatan dan sebagainya.

Setelah memastikan semua perlengkapan tersedia, aku mulai mengambil pengeras suara. Menyambungkannya ke salah satu bagian bus yang tidak ku ketahui namanya. Setelah memastikan bahwa pengeras suara itu berfungsi, aku pun mulai berbicara.

"Selamat pagi semua. Maaf mengganggu sebentar. Saya akan mulai mendata siswa yang sudah hadir. Jadi, mohon kerjasamanya agar tertib sejenak !"

"Baik Miss." sahut mereka kompak.

"Amel..." Aku mulai mengabsen dengan suara lantang.

"Hadir Miss." Aku tersenyum menanggapi balasan wanita cantik yang merupakan ibu dari murid yang bernama lengkap Amelia Zahra.

"Elyn..."

"Ada Miss."

"Wah, mama sama papanya ikut toh." Aku tersenyum senang melihat sepasang suami isteri itu ikut menemani puteri mereka mengikuti kegiatan kali ini.

"Anto, Bryan, Feli, Rumi..."

Satu persatu aku menyebut nama muridku itu yang dijawab dengan jawaban yang sama. "Hadir Miss."

"Randy..."

Tak ada suara balasan.

"Randy..."

Lagi - lagi tidak ada yang menyahut. Aku mendongak lalu melemparkan pandanganku ke sepenjuru bus untuk mencari sosok bocah bertubuh gempal itu.

"Randy ada tidak ya?"

Satu.
Dua.
Tiga.

"Hadir Miss."

Pariban "Aishite Imasu" ( TAMAT )Where stories live. Discover now