childhood sweethearts

685 46 5
                                    

---

childhood sweethearts
Cw: aboverse
.

.

.

Tepat seminggu setelah anak itu menjadi Omega, satu keluarga kaya mengadopsinya.

Anak itu seorang bocah lelaki yang cantik, anak dari penyanyi malam yang pernah bermimpi akan Broadway. Dari bayi ia sudah sebatang kara di sana, namun selalu bersikap tak tahu diri seperti kucing kecil dari ras mahal, dan sebagaimana kucing kecil dari ras mahal, anak itu luar biasa sinis, dingin, tidak menganggap siapapun pantas mendapat perhatiannya.

Sebelum menjadi Omega pun sudah banyak orangtua yang tertarik, namun selalu urung karena sikapnya tak bersahabat.

Anak itu tidak mau punya keluarga, namun statusnya sebagai Omega membuyarkan rencana; Kepala Panti yang panik segera pergi ke keluarga-keluarga terbaik, menjajakannya kemana-mana bagai barang, karena Panti Asuhan sekecil ini tidak bisa menjamin keselamatan seorang anak Omega.

Pengkhianatan ini akan ia ingat selamanya.

.

.

Sosok kecil berseragam kelasi berdiri di taman belakang, dibiarkan berkeliaran sebentar untuk mengucapkan selamat tinggal. Sebentar lagi ia pergi, tapi tidak ada siapapun yang ia sudi berikan kata-kata, baik itu terimakasih maupun maaf, sehingga anak itu pergi ke tempat paling sepi untuk mengutuk orang-orang dewasa.

Omega itu tidak mau pergi. Bukan karena menyukai panti asuhan tempatnya lahir, tapi karena ia membenci tempat tinggal barunya nanti. Omega itu sudah memutuskan akan membenci keluarga barunya, kehidupan selanjutnya. Ia tidak akan membuka hati dan sekarang meluapkan kekesalannya pada pohon mawar kesayangan Kepala Panti,  mencabik-cabik kelopak merah seperti hewan mengamuk.

"Kenapa merengut begitu?"

Suara itu berasal dari seorang kucing garong di atas pagar. Dan sebagaimana kucing garong berbulu lebat, ngeongnya begitu memekakkan telinga! Si Omega makin melotot pada kuntum-kuntum nan botak.

"Keluarga barumu kaya, seperti pejabat di film. Kau bisa sekolah di tempat bagus, setiap hari diantar mobil seperti Tuan Muda!"

Si Omega berpikir untuk memungut kerikil paling tajam dan menyambit kepala binatang di atas pagar.

"Aku akan benar-benar kangen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku akan benar-benar kangen."

Ia berlutut mengambil sebutir kerikil.

"Apa kau juga bakal kangen padaku?"

Menengok sambil memegangi kerikil, Omega itu menatap si Garong bermusuhan. Si kucing garong bermata biru dan berkulit tembaga, terbakar seperti kawan jalanan. Ia juga anak panti asuhan, namun dari kelompok anak yang berbeda. Sifat mereka tidak bisa lebih kontras lagi dibanding langit dan tanah; kucing Garong ini lincah, tak tahu sopan santun. Semua menyukainya.

Sebuah batu dilempar ke arah si Garong, meski meleset.

"Tapi... keluarga barumu tidak benar-benar menginginkanmu sebagai anak, kan? Semua bisa lihat kalau si Kepala Keluarga menginginkan wajahmu saja."

Di pertemuan pertama calon ayahnya merangkul sambil mengucapkan nama seorang wanita, memang. Bukan nama anak yang akan ia adopsi, tapi panggilan pada seorang hantu yang mati melahirkan di tempat ini, impian akan Broadway menghancurkan hidupnya.

"Mungkin kalau sudah cukup umur, kau malah dijadikan pengantinnya atau apa."

"Lalu?"

Si Omega mengeluh sarkatis. Karena siapa yang bakal menolongnya kalau itu terjadi? Jelas bukan Kepala Panti.

"Kalau kau mau, aku bisa menculikmu pergi."

Dari kejauhan, terdengar suara pengasuh panti asuhan memanggil-manggil. Sudah waktunya pergi. Si Omega terlambat menolak dan keraguan kecil itu sudah jadi jawaban untuk si Garong.

Begitu sang pengasuh menghampiri kebun belakang, kucing kampung itu meloncat turun ke sisi lain pagar.

.

Kata-kata terakhir mereka terdengar seperti janji. Mungkin karena itu, si Omega mengingatnya, berulangkali, terutama di masa-masa paling sepi.

Jangan salah sangka, ia tidak menunggu karena menunggu berarti berharap. Ia hanya mengingatnya dengan benci, bagai dendam. Si Omega sudah lama melupakan kamar lamanya di Panti Asuhan, tapi masih ingat jelas pagar bata di kebun belakang.

Jika di suatu malam ada tangan yang menculiknya pergi, akan ia bayar dendamnya sampai tuntas.

(end)










Almost Love, But Not Quite [BXB]Where stories live. Discover now