Cinderella Panties 01

54 11 0
                                    

Author's Note: Cerita iseng yang tadinya mau saya bikin multichapter, tapi mager. Jadi pajang sini aja /yha

---

CINDERELLA PANTIES 1

Daichi, enam belas tahun, kelas satu SMA. (Mengaku) Ace di klub sepakbola. Sering dipanggil beruk lapangan.

Kadang-kadang monyet, dan kalau sedang baik hati, para gadis memanggilnya bekantan. Itulah gambaran besar popularitas cowok itu di SMA Tujuh; sebenarnya penampilannya nggak buruk-buruk amat, tapi memang sifatnya berisik dan kulitnya teruk terbakar matahari. Di tim bola juga, masih ada beberapa atlet yang penampilannya lebih keren.

Dibanding Daichi, rival abadinya yang bernama Taka dipuja-puja. Pangeran basket. Taka no basuke. Rambutnya terang karena perawatan yang bagus, bukan dicuci sinar matahari seperti Daichi. Senyumnya juga mulus. Cewek-cewek suka padanya, termasuk Akemi si manajer basket.

Terutama Akemi si manajer basket.

Daichi itu, dari SD, sudah suka pada Akemi si manajer basket. Menurut Daichi, rambut pendek Akemi yang dijepit rapi, jauh lebih menarik dibanding ikal akal-akalan cewek abg yang sedang ngetren. Bahkan Daichi mulai serius main sepakbola karena Akemi ada di grup pemandu sorak waktu SD.

Tapi siapa yang tahu, di masa SMA ini Akemi banting setir jadi manager klub basket...! Tolong jangan bilang, gadis itu terhanyut mata toska Taka.

Didasari dendam akibat cinta, ggak heran kalau Daichi menganggap Taka musuh bebuyutannya. Padahal, Taka sendiri-- biasa saja. Malah sepertinya, pada Daichi dia lumayan suka.

Misalnya, dua minggu lalu. Taka sudah mulai beken sebagai anak baru yang fresh dan ganteng. Anak baru dengan jersey basket warna biru. Bintang harapan tim basket. Cewek-cewek gaul mulai mengajaknya ngeceng di Shibuya.

Sedangkan Taka, mengajak Daichi. Daichi tentu saja tidak mau. Tidak sudi. Tidak peduli. Walau Daichi agak terhasut ketika tahu Akemi mungkin ikut.

... tapi ketika Daichi ikut ke Shibuya minggu itu, yang ia terima cuma tatapan dingin cewek-cewek. Yah, sebenarnya wajar sih. Daichi ini rencana tak terduga. Tamu tak diundang. Monyet lepas gelantungan. Mulai beredar isu kalau Daichi yang tak populer itu memaksa Taka mengundangnya. Tentu Taka sudah menampik isu itu, sudah bilang kalau dia yang memaksa Daichi ikut, tapi penjelasan Taka cuma membuatnya kelihatan makin baik di mata cewek.

Ya ampun, Taka, baik sekali dia, memperhatikan sesama...! Melihat mata cewek-cewek mulai kira-kira, Daichi hadap belakang dan pura-pura muntah. Beberapa cowok lainnya sepertinya simpatik pada Daichi.

Tapi kalau cuma perbedaan perlakuan antara tampan dan beruk rupa, Daichi nggak bakal sesakit hati ini.

...

Yang bikin sakit hati, selain dicueki cewek-cewek, sepanjang hari itu Daichi juga harus lihat kemesraan Akemi dan Taka. Akemi yang asyik mengobrol dengan Taka. Akemi yang kelihatannya agak (sangat) cemburu ketika Taka bersama cewek yang lain. Akemi yang ikut mengajak Taka ketika Daichi menjebak Akemi dengan obrolan nostalgia.

(Ya, ya. Si Taka ini juga satu SD dengan Daichi dan Akemi, walau ketiganya beda SMP. Aah, bahkan dari angle teman masa kecil Akemi pun Daichi nggak bisa menang. Karena si Taka juga ada!)

"Taka, masih ingat nggak? Waktu festival olahraga di kelas lima, kita jadi atlet balap tiga kaki!" sahut Akemi dengan senyuman yang manis sekali, ketika mereka mengobrol akan kenangan masa SD di restoran shabu-shabu.

"Wah, ingat dong. Waktu itu kita nyaris kalah! Kamu bahkan sempat mau jatuh kan, Akemi?"

"Iya, hahaha. Untung juga aku ditolong sama kamu! Medali kemenangan kita masih kusimpan, loh."

Almost Love, But Not Quite [BXB]Onde histórias criam vida. Descubra agora