Lima Puluh Tiga

87 5 0
                                    

Happy Reading!

"Anjir banget, gue tadi ngisinya asal dong."

"Lah, orang kertas coret-coretan gue aja kosong kagak ada ngitung apa-apa."

"Goblok, terus ngerjainnya gimana?"

"Tinggal klik menurut insting aja gue tadi."

"Akhirnya UN udah selesai!"

"Udah lah, gue nggak peduli. Datang kerjakan, pulang lupakan."

"Nggak nyangka aja gue, kita udah bebas."

"Yuhuuu ... selamat menjadi pengangguran selama beberapa hari guys!"

"Woy, woy! Kita di detik-detik jadi pengangguran!"

"Jajan soto ceker sama ayam krispi ayo! Besok-besok kita udah nggak nikmatin makanan kantin sekolah lagi!"

"Heh! Ayo foto dulu njir, buat di upload instastory sama WhatsApp Story."

Teriakan-teriakan itu keluar dari mulut anak Bahasa yang telah keluar dari ruang ujian, padahal di dalam masih ada pengawas yang sedang berberes. Sedikit informasi bahwa anak Bahasa yang ada di ruang 0.4 keluar duluan dan menunggu di depan ruang 0.2. Makanya, ruang 0.2 begitu riuh dari biasanya.

Rasa senang membuncah terlihat dari pancaran wajah mereka. Ujian Nasional telah selesai, itu artinya hanya menunggu beberapa waktu status mereka menjadi pelajar SMA akan berakhir. Akhirnya sudah tidak lagi mengerjakan PR dan tugas yang bejibun, ya meski mereka lebih sering mengerjakan di sekolah jika ada PR. Tidak lagi dikejar-kejar untuk membayar kas, tidak lagi piket kelas meski ujung-ujungnya hanya Kintan dan Jingga yang sukarela membersihkan kelas meski bukan jadwal keduanya, tidak ada lagi makan bekal bersama saat istirahat tiba dan masih banyak kata tidak yang ke depan tak mungkin mereka lakukan bersama.

"

Guys! Jangan lupa besok jam delapan ke sekolah ya, kita mau bikin video mapping. Seragamnya pakai baju OSIS," peringat Isha di tengah-tengah selebrasi mereka. Seharusnya mereka sudah tidak melakukan apa-apa selepas Ujian Nasional, namun karena kesepakatan pembuatan buku tahunan sangat mendadak akhirnya belum usai juga. Pembuatan buku tahunan harusnya lagi selesai sebelum UN.

Satu per satu murid 12 Bahasa meninggalkan ruangan, ada yang melipir ke kantin ada juga yang duduk di depan lab Fisika untuk menumpang wifi, dan ada yang langsung pulang-entah ke rumah atau mampir dulu di suatu tempat.

"Mau langsung pulang nggak kalian?" tanya Jeni pada sahabatnya. Mereka berjalan beriringan melewati lapangan basket.

"Kalau gue iya. Lagian Lingga udah nunggu di parkiran." Jingga memperlihatkan layar ponsel yang menampilkan pesan dari Lingga-meski Jeni tidak dapat melihat dengan jelas karena ponsel Jingga pencahayaannya gelap.

"Ya udah deh, gue duluan! Di depan angkotnya dah nungguin, sampai ketemu besok!" Jeni lantas berlari menuju angkot yang ada di depan. Padahal tak perlu lari juga angkotnya masih menunggu.

Meninggalkan Aura dan Jeni jalan bersama. Aura menoleh, menatap sahabatnya yang tangannya sekarang sudah ada susu kotak milo. Jingga tidak menawarkan ke Aura, sebab sahabatnya itu tidak menyukai susu.

"Lo pernah ngerasain nggak kalau persahabatan antara cewek sama cowok itu pasti salah satunya nyimpan rasa." Adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Aura. Gadis itu bersedekap, menunggu jawaban.

"Nggak tuh, buktinya gue sama Lingga nggak," jawabnya santai sambil meminum susu.

Dia mendengus tidak percaya. "Lo yang ngelak kalau Lingga nggak suka sama lo atau emang lo nggak ngerasa?"

Kombinasi | New VersionWhere stories live. Discover now