Dua Puluh

202 19 1
                                    

Happy Reading!

“Lo terlalu pengecut tahu, nggak!”

“Terserah, lo mau bilang gue apa. Gue harus gimana lagi emang? Dia tuh hard to get,” gumamnya. Netranya tak lepas dari gadis di depan sana yang menyimak cerita atau entah apa dari sahabat gadis itu.

Alan menoleh dan berujar, “Si dia?” Ia tahu ‘dia’ yang dimaksud oleh sahabatnya. “Lo definisiin dia hard to get tuh atas dasar apa?”

Bibirnya melengkung ke bawah, tak ada senyum sama sekali. “Ya lo tahu sendiri, kan? Dia cuek, kalau sama orang yang nggak akrab pasti diam. Anaknya nggak banyak tingkah, tapi bikin penasaran.”

“Kalau yang gue lihat, dia gampang dibuat nyaman,” komentar Alan.

“Seyakin itu, lo?”

“Coba aja kalau nggak percaya.”

“Cewek kayak dia kalau dilihat-lihat nggak mau pacaran dulu. Hidupnya lurus, fokus belajar.” Menghela napas panjang, ia kembali berujar, “Satu lagi, dia terlalu rumit, Lan.”

Lawan bicaranya itu menolak mentah-mentah atas kalimat yang keluar dari sahabat. “Lo bahkan belum coba dekatin dia, tahu rumit dari mana?” Alan menggelengkan kepala, kalau dipikir-pikir, yang rumit itu justru sahabatnya. Disuruh dekatin malah tak mau. “Gue yakin, selurus-lurusnya hidup dia, pasti pernah ngerasain jatuh cita.”

“Gue malah mikir dia suka sama Lingga, dan Lingga suka dia. Lingga nggak akan segitunya kalau sama cewek, baru kali ini gue lihat dia beda banget kalau sama Jingga.”

Berbicara dengan Senja itu hanya berputar di situ saja, dan tak kunjung mendapat jawaban.

“Meski Lingga sering ngelak kalau nggak suka sama Jingga, gue ngerasa kalau dia bohongin perasaannya sendiri. Atau ... dia belum sadar aja,” sambung Senja.

“Tapi lo juga suka sama Jingga, kan? Atau cuma penasaran aja?” Alan memincangkan matanya, cowok itu menatap raut wajah sahabatnya lekat-lekat.

Diam sejenak, memikirkan perkataan Alan barusan. Meski hatinya sedikit ragu, ia berujar, “Iya, tapi gue nggak yakin kalau misal gue ungkapin perasaan ke dia. Takut gak dibalas.”

“Belum nyoba kenapa takut, sih. Yang penting perasaan lo itu yakin, kalau suka sama dia. Kalau Cuma penasaran dan main-main, mending nggak usah. Biar dia sama Lingga aja.”

“Kok gitu, sih!” Menekuk bibir ke bawah, ia menghela napas dengan lesu. “Lo gak tahu, Lan ... suka sama teman sekelas tuh takutnya canggung kalau misal udah nggak bareng lagi.”

Alan pusing sendiri memikirkan kisah cinta sahabatnya. “Ck, tahu ah! Ngomong sama lo ribet banget. Cuma muter-muter di situ. Daripada ngurus percintaan lo, mending gue ngerjain tugas PKN yang belum selesai.”

☼☼☼

“Kenapa perlu adanya hubungan internasioanl? Menurut lo penting gak?” tanya Mutia pada Aura.

“Ya, penting,” jawabnya. “Setiap negara termasuk Indonesia penting menjalin hubungan dengan internasional atau negara lain. Karena, hubungan tersebut memiliki keuntungan bagi suatu negara dan berdampak pada kesejahteraan rakyatnya.”

Yup, bahkan Indonesia juga bisa ikut serta dalam pengambilan kebijakan internasional. Bangsa Indonesia memiliki peran dalam hubungan internasional yang sudah terjalin. Peran Indonesia di internasional tidak hanya mencakup satu bidang, melainkan berbagai bidang, misal bidang politik, pendidikan, kesehatan, maritim maupun pangan,” sambung Jingga yang duduk di sebelah Aura.

Peran Indonesia di internasional—ada beberapa peran yang dimiliki oleh Indonesia dalam hubungan internasional, yakni hubungan internasional. Hubungan internasional merupakan kerjasama antara kedua negara sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatan. Hampir tiap negara memiliki hubunga internasional, salah satunya Indonesia. Secara umum, hubungan internasional diidentifikasi sebagai hubungan yang bersifat global yang meliputi semua hubungan yang terjadi dengan melampaui batas-batas ketatanegaraan.

Kombinasi | New VersionWhere stories live. Discover now