Tiga Puluh Dua

101 14 1
                                    

Happy Reading!

Udara pagi tampak dingin, embun sisa semalam masih menempel pada dedaunan. Hari ini seluruh murid SMA Panorama sedang melakukan penilaian akhir semester. UAS akan dilakukan selama tujuh hari, pagi ini sampai selasa depan. Semua murid yang biasanya datang terlambat kini datang tepat waktu.

Depan kelas tampak ramai, beberapa murid ada yang belajar. Adapula yang membuat lingkaran kecil, menulis contekan pada kertas. Bahkan ada yang mengusulkan untuk memfotokopi catatan tapi diperkecil, agar lebih mudah membawanya. By the way, usulan itu diterima. Beberapa anak setuju, mereka iuran sebanyak tiga ribu. Dan Citra bersama Daniela bergegas ke tempat fotokopi.

Demi selai ubur-ubur yang katanya enak itu, hasil fotokopi begitu kecil. Mungkin ukuran tujuh kali delapan senti meter. Sumpah, kertasnya buram dan fotokopiannya bolak-balik, alias depan belakang. Mana tulisannya sangat kecil. Astaga ... niat dan licik ternyata beda tipis, ya.

“Eh awas ya, kalau nanti ditanya tapi nggak noleh, fix kita musuhan!” tukas Anggia lantang pada semua teman kelas Bahasanya. Dan mereka semua setuju dengan apa yang dikatakan gadis itu.

“Mohon kerja samanya guys. Awas aja kalau pura-pura nggak dengar. Hidup sendiri aja lo pada!” imbuh Isha.

Tepat pukul tujuh lebih lima belas menit, ruang ujian telah dibuka oleh pengawas ujian. Jadi sistem ujian di SMA Panorama itu setiap satu kelas dibagi menjadi dua. Biasanya setiap angkatan kelas sepuluh, sebelas maupun dua belas dicampur. Dan kali ini, kelas 12 Bahasa satu ruang dengan 11 Bahasa. Di kelas 12 Bahasa ada yang di ruang empat belas dan lima belas. Dan Jingga berada di ruang empat belas.

Jingga menggigit bibir bawahnya. Ia menatap soal Bahasa Indonesia baik-baik. Ada sepuluh soal pada kertas tersebut. Semua esai, tanpa pilihan ganda. Ia memutar otak, materi yang ia pelajari semalam banyak yang keluar. Tapi nasib buruk menimpa, ia lupa. Parahnya lagi jawaban bahasa Indonesia harus detail.

“Sttt, Jingga ... nomor tiga jawabanya apa?” tanya Jafa pelan yang kebetulan duduk di belakangnya.

Gadis itu bersandar pada kursi, netranya menatap dua pengawas yang sedang menandatangani data kehadiran siswa. Jingga menggeser lembar jawabnya dan sedikit menurunkan dari meja, agar Jafa bisa membaca.

“Set dah banyak amat jawabnnya. Tulisin di kertas aja deh, sekalian nomor tujuh,” kata Jafa. Jingga membalikkan badan, menerima kertas folio kosong dari Jafa. “Eh sama nomor sembilan.” Pemuda itu terkekeh pelan.

Duh, jadi pengen ngata-ngatain teman. Banyak amat permintaannya. Ngomong-ngomong, Daniela yang duduk di depan Jingga sudah membuka LKS. Sebelum menaruh tas di depan, gadis itu berhasil menyeludupkan LKSnya. Sesekali gadis itu bertanya pada Jingga, dan terkadang Daniela memberi contekan ke Jingga, meski Jingga tidak meminta.

Jujur, Jingga juga membawa contekan. Tapi tidak ada satu pun orang yang tahu. Contekan itu hanya ia remas-remas dengan tangan. Gadis itu tak membuka contekannya, ia sudah panik duluan. Takut ketahuan.

Ulangan maupun ujian memang seperti ini, mau sesempurna apapun orangnya, pasti pernah mencontek atau memberi contekan. Aika yang pintar saja tak segan-segan noleh kanan-kiri. Kalau Alan selalu bertanya dengan Jeni. Pemuda itu meemang hoki bisa duduk di belakang gadis itu, sementara Senja tidak ada di ruang ini, ia di ruang sebelah.

Kondisi ruangan sedikit berisik, bahkan pengawas ujian beberapa kali menegur mereka. Mereka tenang sebentar, tapi ribut lagi. Bahkan si Citra sudah menunduk, mengeluarkan ponselnya untuk searching di internet.

Dan Jafa lagi-lagi bertanya pada Jingga. Tetapi kalau Jingga belum mengerjakan, pemuda itu bertanya dengan yang lain. Meski begitu, Jafa membagi jawabanya pada Jingga setelah pemuda keturunan Arab itu selesai menulis. Jingga memang tak pernah tberanya pada teman-temannya meski dia ingin, namun teman-temannya akan membagi jawaban jika gadis itu belum menyelesaikan soal. Sungguh, ulangan ataupun ujian membawa solidaritas. Yang tadinya jarang bertegur dan tak akrab sekarang jadi sebaliknya.

Kombinasi | New VersionWhere stories live. Discover now