chapter nine

14.4K 2K 109
                                    

Apakah updatenya terlalu cepat? LOL
.
.
Happy reading~

.
.

Lan Wangji gelisah.

Ia menatap amplop yang ada ditangannya dengan gundah. Pikirannya terasa kusut, tak ubahnya jalinan benang yang sulit untuk diurai, ia merasa bimbang akan sebuah keputusan yang harus dia ambil.

Wangji menghela napas berat, ia membuka amplop ditangannya dengan sedikit berat hati kemudian memindai jajaran paragraf didalamnya.

Bibir bawahnya tergigit tanpa sadar, dengan jantung yang bertalu dalam tempo berlebihan.

Sekali lagi napas berat keluar dari mulutnya, ia memilih menepikan amplop itu dan memasukannya kedalam laci meja nakas. Tubuhnya merebah pada sandaran ranjang lalu mengusap wajahnya dengan kedua tekapak tangannya, iris emasnya menatap langit-langit yang gelap.

Malam sudah merangkak ke puncak, rumah besar ini telah sepenuhnya hening dan yang bisa ia dengar hanya ketukan jarum jam yang konstan.

Ia memikirkan apa yang sang kakak katakan beberapa hari yang lalu. Mengenai pilihan yang akan dia ambil.

Apakah, dia harus mendengafkan kata hatinya? Untuk kali ini saja?

Tapi, Lan Wangji adalah orang yang terlalu kaku.

Ketika ia memutuskan sesuatu, maka itu yang akan dia ambil, tak peduli jika masih ada pilihan yang lebih baik sekalipun,

Tidak peduli bahkan jika harus mengorbankan perasaannya sendiri.

Wangji menhibak selimutnya, ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya yang terasa pengap oleh beban abstrak yang berputar-putar. Begitu keluar, mata emasnya secara otimatis melirik pintu didepannya,

Kamar seseorang yang sudah dengan kurang ajar menjungkir balikan perasaannya hingga membuatnya bimbang.

Ia terdiam selama beberapa saat, berpikir apakah ia harus mengetuknya atau melewatinya begitu saja.

Tapi, sepertinya Wei Wuxian sudah tertidur pulas. Sebaiknya, Wangji tidak mengganggunya-

"Lan Zhan, apa yang kau lakukan didepan kamarku?"

Tubuhnya secara refleks berbalik pada sumber suara barusan, ia terkejut saat melihat Wei Wuxian datang dengan segelas air ditangannya, "kupikir kau sudah tidur." Katanya mencoba menetralkan rasa terkejutnya.

Pemuda Wei mengangkat gelasnya, "aku sudah tidur, tapi aku merasa haus jadi aku keluar sebentar untuk mengambil ini." Jelasnya.

"Apa yang kau lakukan didepan kamarku?" Tanyanya kemudian.

Lan Wangji terlihat salah tingkah, ia bahkan menghindari tatapan Wei Wuxian yang menunggu jawabannya,

"Kau merindukanku ya? Aw, manis sekali." Namun Wei Wuxian tak tahan untuk tidak menggoda kekasihnya itu, ia menoel pipi Wangji dengan diiringi senyuman genit.

"Wei Ying, hentikan!" Ujar Wangji galak, Wei Wuxian hanya mencebikan bibirnya untuk mencomooh,

"Aku akan kembali ke kamarku."

Silly MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang