28. Isq Risk

310 43 5
                                    

Kereta yang membawa Imdad dan Ibu kepala tiba di halaman sanggar saat sekelompok penyanyi pria sedang berlatih. Mereka turun dari kereta lalu berjalan beriringan melintasi balairung sanggar.

Lagu sufi yang berkumandang dari para seniman seolah menyambut kedatangan Imdad. Mereka menyanyikan syair lagu tentang cinta diiringi tabuhan gendang dan akordeon dengan irama sufi yang mengalun gembira. Beberapa penari pria mengenakan baju putih lebar yang mengembang saat mereka berputar. Tangan kiri mereka terangkat dan mereka berputar tanpa henti seakan berputar bersama alam semesta. Pikiran mereka terpusat pada Pencipta karya terhebat di atas sana.

Koi bole dariya hai (kaisa kaisa hai isq)
Ada yang bilang ini adalah lautan (betapa uniknya cinta)

Koi maane sehra hai (kaisa kaisa hai isq)
Ada yang bilang ini sebuah padang pasir (betapa uniknya cinta)

Koi sone sa tole re
Ada yang menganggapnya sebagai emas

Koi matti sa bole re
Ada yang menganggapnya tak berharga seperti kotoran

Koi bole ke chaandi ka hai chhura
Ada yang bilang serupa pisau perak

Hota aise yeh mauke pe
Bisa terjadi tanpa diduga 

Roka jaaye na roke se
Tidak akan bisa berhenti bahkan jika kau ingin

Accha hota hai hota hai yeh bura
Kadang kala baik dan kadang kala buruk

Kaisa yeh isq hai, ajab sa risk hai
Betapa anehnya cinta ini, sebuah mara bahaya yang unik

Kaisa yeh isq hai, ajab sa risk hai, ajab sa risk hai
Betapa anehnya cinta ini, sebuah mara bahaya yang unik (*)

Apakah ini permainan cinta atau sebuah rasa penasaran semata? Imdad bukan orang yang mudah terbawa perasaan. Ia akan berusaha memandang segala sesuatunya secara logika. Akan tetapi jika melibatkan Chandni, ia tidak bisa menimbang antara perasaan dan logikanya. Instingnya mengatakan ada sesuatu pada gadis itu dan ia harus mendapatkannya sebelum didahului orang lain.

Melihat kedatangan Ibu kepala bersama Imdad, Sarasvati dan Akash segera menyambut mereka dan keempatnya menuju ruangan menerima tamu. Ruangan bersuasana santai dengan dipan empuk dilengkapi kelambu dan lantai ditutupi karpet tebal. Tirai-tirai tipis tergantung ditiup angin semilir yang masuk melalui jendela. Daun jendela terbuka lebar sehingga cahaya matahari masuk menerangi ruangan itu.

Ketiga orang paruh baya duduk di dipan, sedangkan Imdad berdiri menghadap jendela, memandangi taman dari kejauhan. Tampak anak-anak bermain dan berlarian di taman. Ada Chandni di sana dan seperti gadis itu pernah mengumpamakan dirinya bagai kupu-kupu yang terbang bebas, seperti itulah dia di taman itu. Menghinggapi satu bunga lalu berpindah ke bunga yang lain dan kupu-kupu kecil mengiringinya.

“Terima kasih, Tuan Imdad, telah meluruskan masalah Ibu Kepala,” ucap Sarasvati.

Imdad memutar tubuhnya menghadap nyonya itu. “Dengan senang hati, Nyonya. Ibu kepala memang tidak bersalah dan sudah sepantasnya dia dibebaskan. Itu semua karena informasi Chandni.”

Play In Darkness 2: The Beginning (END)Where stories live. Discover now