3. Kematian

531 55 2
                                    

Kondisi Juily sangat lemah, terlebih pendarahan yang dialaminya. Buah beri liar, umbi-umbian dan air sungai membantu Juily bertahan hidup. Bayinya dibungkus dengan dupatta agar terjaga dari udara dingin. Juily masih diberi kelapangan hidup. Melintasi hutan, Juily tiba di sebuah kota bernama Rajpur, di wilayah Kashmir, sebelah utara dataran India yang berdekatan dengan pegunungan Himalaya. Di kota itu, Juily mencari bibinya, Sarasvati, satu-satunya kerabat yang dikenalnya.

Rajpur adalah kota yang cukup ramai dan maju di bidang pendidikan dan perdagangan. Kota itu dipimpin oleh Kekaisaran Singh. Raja saat itu bergelar Maharana Udai Singh. Maharana Udai terkenal arif dan bijaksana. Sebagai raja, ia memiliki banyak istri dan putra-putri. Namun, posisinya kelak dilanjutkan oleh putra mahkota yang saat itu baru berusia 7 tahun, seorang bocah yang cerdas dan tangkas, bernama Rajputana.

Di kota Rajpur terdapat sanggar seni terkenal. Sanggar Mohabbatein. Sarasvati adalah wanita paruh baya yang menjadi guru tari di Mohabbatein, sebuah sanggar seni dan tempat hiburan bagi para saudagar, bangsawan dan tamu penting pemerintahan. Di usianya yang tidak lagi muda, Sarasvati masih terlihat cantik jelita dan bugar. Wanita itu gemar memakai sari India berwarna cerah dan sanggul berhias untaian bunga. Dia tinggal di paviliun sanggar bersama suaminya, Akash. Mereka tidak memiliki anak, sehingga kedatangan Juily membuat Sarasvati terkejut bukan main.

Juily datang ke paviliun bibinya melalui pintu belakang saat hari gelap. Wajahnya pucat pasi, tubuh kurus kering dan pakaiannya kotor. Tubuh Juily juga panas bak bara api karena demam tinggi. Sarasvati menangkap tubuh Juily yang limbung ketika memasuki rumahnya. "Anakku, apa yang terjadi padamu?" tanya Sarasvati prihatin melihat kondisi Juily yang mengenaskan.

"Aku baik-baik saja, Bibi, jangan khawatir," jawabnya lemah sambil mendekap erat buntalan kain. Sarasvati memapah Juily ke kamar tamu dan membantunya bersandar. Sarasvati terkejut ketika melihat buntalan kain yang dibawa Juily adalah seorang bayi mungil yang sangat manis. "Maha suci Tuhan, bayi ini ... anakmu?" Sarasvati mengambil bayi yang tertidur lelap itu dari dekapan Juily dan meletakkannya di dipan.

Juily mengangguk pelan. "Aku memberinya nama Chandni." Kelopak mata Juily bergetar lalu tertutup.

Melihat kondisi Juily melemah, Sarasvati bergegas ke dapur mengambil minum untuk Juily. Dia menyiapkan campuran susu dan madu. Juily meminumnya beberapa teguk sebagai penawar rasa lelahnya selama berkelana di hutan.

Sarasvati membersihkan bayi Juily sementara keponakannya itu beristirahat. Bayi itu dimandikan dan dipakaikan baju yang bersih serta selimut hangat. Sarasvati tidak memiliki anak, tetapi dia kerap mengurus anak-anak yang dipungut sanggar. Anak yatim piatu atau yang ditinggalkan seseorang di pintu depan.

"Siapa ayah bayi ini?" tanyanya.

"Majikanku," jawab Juily.

"Apa Sir Robert Lanchester tahu soal bayi ini?"

Juily mengangguk. "Kalau begitu kita harus memberitahu bahwa putrinya sudah lahir," tukas Sarasvati.

Namun Juily malah menggeleng kuat. "Tidak! Jangan!" tegasnya. "Jika mereka mengetahuinya, mereka akan membunuh anakku. Anakku tidak bersalah. Dia tidak tahu apa pun."

"Apa mereka tahu kau berhasil kabur?" Kecemasan Sarasvati menjadi-jadi.

Juily menggeleng. "Mereka berpikir aku sudah mati di hutan itu."
Sarasvati geleng kepala takjub. "Anakku, hidupmu benar-benar penuh rintangan," ujar Sarasvati prihatin.

"Tidak lama lagi," gumam Juily sambil memejamkan mata dan menarik napas dalam.

Sarasvati mendekati Juily. Dia dapat melihat jelas wajah Juily merah padam karena suhu tubuh yang semakin tinggi serta bernapas berat. Tubuhnya juga menggigil. Dia menyentuh kening Juily dan tersentak. "Anakku, aku akan memanggil dokter atau tabib untuk memeriksamu." Sarasvati beranjak, tetapi Juily menangkap pergelangan tangannya.

Play In Darkness 2: The Beginning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang