Day 24: Racun

337 40 0
                                    

Hanya dari sorot mata, keduanya sudah bisa saling memahami apa yang ada di pikiran tanpa perlu diutarakan. Rajputana langsung memberikan titahnya, "Bawa Ibu Kepala Mohabbatein ke hadapanku!"

"Siap!" Imdad memberi hormat lalu keluar dari kamar sambil menyarungkan pedangnya.

Rajputana mengempas tubuhnya ke sebuah kursi selonjor, duduk memandangi jasad Lavanya sambil memutar-mutar sebilah belati. Matanya memicing tajam. Kejadian kali ini terlalu biasa jika disebut kebetulan. Lavanya, si pembunuh bayaran mati oleh serangan laba-laba gaib. Entah Lavanya dan laba-laba itu dikirim dua orang yang berbeda atau tindakan satu orang dalang. Rajputana benar-benar geram dibuatnya.

Imdad menuju balairung jamuan. Pesta dan hiburan masih berlangsung d ruangan itu. Para pria terbahak-bahak menikmati minuman diselingi tari-tarian para penari. Imdad mengamati dari tepi ruangan. Ia melirik ke balkon atas dan tidak terlihat lagi Putri Anuradha beserta pelayannya. Ia kembali mengamati orang-orang di lantai pertunjukan. Tampak Ibu Kepala Mohabbatein duduk di dipan dengan kepala digoyang-goyang mengikuti irama tarian dan gerakan anak-anaknya.

Imdad membisiki pelayan di belakang Ibu Kepala agar menyampaikan pesannya. Pesuruh itu segera mendekati Ibu Kepala dan berbisik, membuat wanita bertubuh tambun itu tersenyum dan menoleh pada Imdad. Ibu Kepala bergegas mendatangi Imdad.

Hanya ketika Imdad menyuruhnya mengiringi hingga ke kamar tidur Pangeran Rajputana malam itu, wajah Ibu Kepala berubah horor. Pintu kamar ditutup rapat. Dalam kamar dengan dekorasi indah dan ranjang empuk berlapis beledu, ada sesosok tubuh yang dikenalinya. Mata Ibu Kepala terbelalak dengan kulit pucat pasi, lalu terduduk lemas melihat jasad di tempat tidur. Lavanya seperti kayu arang yang hitam legam, tubuh penuh luka gigitan halus, mata dan mulut terbuka seakan mengalami kesakitan yang amat sangat saat kematiannya.

'La-Lavanya ... anakku ...," ratap Ibu Kepala di lantai kamar. Tangannya gemetaran ingin menjangkau jasad bergaun indah itu. "A-apa ... yang telah ... terjadi?" Rasanya baru sedetik yang lalu dia melihat Lavanya begitu cantik dan bahagia, sekarang terbujur kaku dalam kondisi mengenaskan.

Imdad berdiri berjaga dengan bersandar di pintu kamar yang tertutup rapat, sedangkan Rajputana duduk berselonjor dengan sebelah tangan memijit pelipisnya. Rajputana mengacungkan belati Lavanya agar Ibu Kepala melihatnya. "Kau mengenali benda ini, Nyonya?"

Ibu Kepala menarik napas terkejut. Dia terenyak tanpa bisa berkata-kata. Dia mengenali pisau itu. Seingatnya dia meninggalkannya di lemari kamarnya. Namun sekarang kenapa bisa berada di tangan Pangeran Rajputana? Dia kembali menatap jasad Lavanya. Kali ini dengan kening bertaut penuh tanda tanya. Sesaat kemudian dia memahami apa yang telah terjadi.

Ibu Kepala langsung beringsut di lantai dan meraung membela diri. "Hamba tidak tahu apa-apa, Yang Mulia. Sungguh .... Lavanya gadis baru di sanggar. Dia gadis yang sangat baik dan supel. Dia tidak mungkin berniat menyakiti yang Mulia."

Rajputana mengernyitkan keningnya. "Gadis baru? Bukankah penari bertopeng sudah lama mengadakan pertunjukan? Apa maksudmu dengan gadis baru?"

Ibu Kepala langsung menurunkan wajahnya ke lantai. "I-itu ka-karena gadis penari yang sebelumnya mengalami cedera, Yang Mulia. Dia cacat dengan luka yang sangat buruk di tubuhnya. Kami tidak mungkin mengirim gadis seperti itu untuk jadi selir, Yang Mulia."

Imdad tidak bereaksi mendengar hal itu. Ia tetap bersedekap dengan mulut tertutup rapat. Hanya Rajputana yang meneruskan interogasinya. "Jadi maksudmu kau telah menipuku? Kau mengirim gadis lain, bukannya gadis penari bertopeng yang sebenarnya."

Rajputana menurunkan tangannya dan menyelonjorkan tubuhnya ke sandaran. "Aku rasa aku sudah cukup jelas mengutarakan keinginanku menjadikan gadis itu sebagai selir bagaimana pun keadaannya. Sekarang lihatlah yang terjadi akibat aji mumpungmu. Aku akan menghukummu sebagai kaki tangan pembunuh bayaran ini!"

Play In Darkness 2: The Beginning (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang