Day 17: Pengumuman Penting

347 56 5
                                    

Sepengetahuan Udai Singh, Rajputana adalah Rajputana, anak yang suka main-main dan menyepelekan segala sesuatu, bahkan dalam memilih selir pun, dia sempat menjadikan hal itu layaknya permainan. Seharusnya ia tidak terkejut lagi dengan rencana putranya itu, tetapi tetap saja ia marah dan berpikir itu tindakan yang ceroboh.

"Maksudku apa bedanya kalau pada kenyataannya aku tidak bisa mengingat dengan baik wajah para wanita haremku dan aku bahkan tidak ingat nama-nama mereka karena saking banyaknya," kilah Rajputana setelah diomeli ayahnya. "Tetapi toh aku masih bisa ingat wajah Anuradha, karena dia wanita pertamaku ... dan juga calon ratuku," lanjutnya.

"Kau ... kau .... Ugh!" Jemari Udai Singh mengambang di udara tidak tahu harus berkata apa lagi terhadap keinginan putranya.

"Ayahanda sendiri yang berucap aku bisa memilih sendiri selirku kali ini," tambah Rajputana dan Udai Singh tidak berkutik. Pria tua itu menarik lengannya hingga berkaitan di balik tubuhnya.

Udai Singh melangkah memunggungi Rajputana. "Katakan padaku bahwa ini bukan keisengan yang tiba-tiba muncul di kepalamu," gumamnya.

Rajputana menggerak-gerakkan bola matanya memberi kode pada Imdad. Imdad buka mulut membela sahabatnya. "Sebenarnya ... Tuanku Rajputana sudah merencanakan hal ini semenjak keberangkatan ke Manapur. Pangeran ingin melakukan tradisi dengan cara yang berbeda. Pengeran yakin ini akan membawa pembaruan suasana."

Udai Singh mendesah panjang, lalu tertunduk seraya geleng-geleng kepala. "Ya, sudahlah kalau itu yang ingin ia lakukan." Udai Singh berbalik dengan cepat dan menatap tajam putranya. "Hanya saja pastikan wanita barumu tidak ada kontak dengan Anuradha. Kau harus mengusahakan bisa membuat hamil selir yang baru. Meskipun nanti anak itu tidak bisa menjadi putra mahkota, tetapi lebih baik daripada tidak memiliki keturunan sama sekali."

Rajputana menyengir membuat ekspresi kemenangan.

Jadi, pengumuman itu dibuat. Rajputana mengutus Imdad ke Sanggar Mohabbatein untuk menyampaikan kabar itu langsung kepada penghuni sanggar. Menjadikan Imdad sebagai utusan karena orang-orang sudah tahu Imdad adalah tangan kanan Rajputana, sehingga apa yang disampaikannya tidak mungkin bahan candaan atau kabar bohong.

Siang itu, Imdad memacu kuda putihnya menuju Sanggar Mohabbatein. Sampai di halaman depan, penjaga pintu gerbang memberi hormat padanya dan memarkirkan kudanya sementara Imdad masuk ke pesanggrahan untuk bicara dengan kepala sanggar.

Orang-orang yang melihat kedatangan sosok Imdad jadi bertanya-tanya. "Waaah, ada apa Imdad-ji datang kemari? Apa mungkin ia ingin mengatur pertemuan khusus dengan penari? Apa di istana akan ada perayaan? Atau mungkin raja atau pangeran akan memilih selir lagi? Ataukah Tuan Imdad sedang mencari selir untuk dirinya sendiri?"

Bocah-bocah berlarian ke taman samping pesanggrahan dan menyebarkan kedatangan Panglima Imdad. "Panglima Imdad datang! Panglima Imdad datang! Ia pasti akan mengundang kita ke istana lagi!" ujar mereka riang.

Chandni yang sedang bermain petak umpet keluar dari persembunyiannya di kolong jembatan kecil. Dia berdiri mematung. "Panglima Imdad datang?" lirihnya.

"Chandni ketemu!" seru seorang gadis yang berjaga menyadarkan Chandni dari lamunannya.

"Ah, aku berhenti. Ada yang harus kulakukan," pungkasnya seraya berlari meninggalkan taman.

"Ah, Chandni curang, curang! Seharusnya giliranmu jaga!" protes teman-temannya yang semuanya lebih muda darinya.

"Nanti akan kuganti. Aku benar-benar ada yang harus dilakukan," pekiknya sambil berlari menuju paviliun kediamannya.

Mendengar pelayannya memberitahukan kedatangan Panglima Imdad yang tiba-tiba, Ibu Kepala bergegas keluar dari kamarnya untuk menyambut pria itu. Ibu kepala membenahi sarinya sambil berjalan cepat.

Play In Darkness 2: The Beginning (END)Where stories live. Discover now