BAB 13. Kucing

35 5 3
                                    


Hari voting untuk pemilihan ketua osis telah tiba. Di mana sudah disediakan empat bilik untuk melakukan pencoblosan terhadap tiga kandidat yang sudah menyampaikan visi dan misi lusa kemarin.

Kini, giliran kelas Meimei. Cewek itu sangat bersemangat sekali. Seakan-akan melupakan kejadian lusa kemarin yang memalukan.

Ngomong-ngomong tentang memalukan, Meimei jadi teringat Renath yang menyebalkan. Bagaimana mungkin, cowok itu mempermalukannya lagi di depan semua orang. Lusa kemarin Renath sukses besar membuat wajah Meimei merah padam karena amarah.

"Iya, kamu ke sini, ke depan. Sekarang."

Meimei yang awalnya bingung akhirnya maju ke depan. Pasrah akan keadaan. Hari ini benar-benar ujian yang mengharuskan ia bersabar.

"Kamu tahu kan apa kesalahan kamu?"

Meimei memutar bola mata malas. Bukannya apa, tapi sikap Renath yang sok-sokan ini membuatnya jengah dan ingin kembali ke barisan. Toh, Renath cuma murid berprestasi, yang mencoba menyalonkan dirinya sebagai ketua osis. Tak ada pengaruh dalam hidupnya.

Meimei hendak melangkahkan kakinya kembali lagi, namun Renath menghentikannya. "Kamu mau ke mana? Kamu belum jawab pertanyaan saya," ujar Renath tegas membuat Meimei nyinyir di tempat.

Sumpah Renath itu nyebelin parah. Kalau dipikir-pikir, belum jadi ketos aja udah belagu, apalagi nanti kalau udah jadi ketos? Nambah belagu mungkin.

"Hallo, apakah saya sedang berbicara dengan patung saat ini?" Perlu kalian ingat, sedari tadi Renath tetap di atas mimbar dan berbicara masih dengan mic yang disediakan. Sementara Meimei di bawah, dengan sedikit dagu mendongak.

Suara cekikikan kecil mulai masuk ke telinga Meimei. Renath benar-benar membuatnya malu lagi. Sial!

"Lo mau apa sih?!" sewot Meimei yang sudah tidak tahan. Diam-diam netranya menangkap Renath yang tersenyum smirk. Sungguh, Meimei ingin memusnahkan Renath saat ini juga.

"Sedari tadi saya memperhatikan semua murid. Tapi, cuman kamu yang selalu ramai dan ngomong sendiri."

Meimei memutar bola matanya malas. Ia ingin menampik pernyataan Renath, namun di satu sisi itu ada benarnya. "Terus lo mau apa?"

Renath tersenyum miring. Perasaan Meimei sudah tidak enak. Pasti cowok itu sudah merencanakan sesuatu.

"Balik badan. Tarik telinga kiri dengan tangan kanan. Tarik telinga kanan dengan tangan kiri. Angkat kaki kiri. Dan bilang, saya menyesal tadi tidak memperhatikan dan asik berbicara sendiri."

Sorak sorai murid-murid Starlight terdengar begitu riuh. Ada yang terang-terangan memuji Renath atas sikap tegasnya, ada juga yang mencemooh Meimei secara terang-terangan. Jujur, Meimei dibuat mati kutu sekarang.

"Lo gila?" ucap Meimei tanpa suara.

Renath mengedikkan bahu acuh. Demi kucing anggora yang harganya sangat fantastis, bombastis dan mahal abis, mulut Renath sepertinya minta diiris.

Diam-diam Meimei mencuri-curi pandang ke arah Garin. Tatapan mereka bertemu. Meimei jadi merona lagi.

Berhubung Garis masih melihatnya, Meimei harus jaga image. Sekali ini saja. Ia harus melakukan keinginan si Renath sialan ini.

"Tunggu apa lagi?" tegur Renath lagi.

Meimei mengepalkan tangannya kesal. Ia mulai melakukan perintah Renath gila itu.

Renath sungguh menyebalkan.

Mata Meimei menangkap sosok menyebalkan itu lagi. Ia melengos saja, langsung menuju bilik untuk mencoblos.

Lima Detik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang