Aksi 23 - Artinya Kamu Manusia

6K 1.1K 244
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Oceana terlalu ambil risiko dengan meminta Obelix datang kembali. Ini sama saja menggantung harapan pada orang. Yang artinya, dia siap dikecewakan oleh ekspektasinya sendiri. Dan terbukti, tingkat terkabul yang dimiliki Oceana hanyalah 25%. Sedangkan 75% tersebut Oceana gunakan untuk menerima bahwa Obelix tidak bisa datang.

Panggilan band yang memaksa Obelix untuk pergi.

Meski agak kecewa, tetapi Oceana bisa apa selain menerima? Oceana bukan perempuan manja. Dia bisa menjalani hidup yang keras tanpa perlu menggantung lebih banyak harapan pada tangan seseorang. Termasuk Obelix.

Jadi, setelah meyakinkan bahwa Obelix tidak perlu merasa bersalah, Oceana menutup telepon. Tasnya terjatuh sampai isinya berserakan. Beruntungnya saat memungut satu persatu, tidak ada yang pecah. Buku yang sebelumnya dilempar oleh Milky masih ada di meja.

Tanpa sadar jemari Oceana menekan keras permukaan meja. Dentuman dadanya masih sekeras tadi, sehingga berulang kali dia menarik napas dalam dengan mata terpejam. Tenang ... tenang. Hidup masih terus berjalan meski persahabatannya agak retak....

Karena bekerja di bawah perasaan yang buruk hanya bikin kacau, Oceana memutuskan buat keluar. Dia berbelok menuju toilet dasar untuk mengecek penampilannya. Sewaktu berdebat dengan Casya serta Milky, Oceana merasa tangannya berkeringat banyak, sentakan dalam dadanya yang bertubi-tubi— yang terasa menyakitkan—makin membuatnya ingin menangis.

Dan sebelum semuanya terlambat, Oceana memutuskan segera menyalakan wastafel untuk mencuci wajahnya. Sampai entakan sepatu dari samping kirinya bikin dia menoleh.

"Bu Oceana," panggil Kanaya, menatap Oceana dari pantulan kaca. "Apa Anda baik-baik saja?"

Apa semuanya terlihat buruk? Oceana bahkan tidak tahu. Setelah mencangklongkan tasnya lagi, Oceana memutar badan ke kiri. Tidak ada sepatah kata yang keluar untuk beberapa detik ke depan. Yang bekerja hanyalah mata Oceana; memindai Kanaya dari atas hingga bawah.

"Oke," kata Oceana. "Dunia nggak perlu tahu seberapa nggak okenya dalam diri saya."

"Bu, tapi—"

"Kanaya, saya jujur," potong Oceana. "Karena saya paling nggak suka sama kebohongan."

Lalu, Oceana keluar begitu saja dan memutuskan buat pulang. Dia menemukan Mbok Minah di rumah. "Non, tumben banget nggak macem anak sekolah era 2018-an yang pergi pagi, pulangnya sore?"

Pop the QuestionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang