Aksi 5 - Bukan Urusan Lo

9.9K 1.6K 42
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

SAYANGNYA, ITU sekadar imajinasi Obelix. Karena Oceana masih tidur dan nampak tidak terganggu.

Obelix menyentak napas kasar, bergerak mundur sambil memukul-mukul kepala ketika sudah berada di kamar mandi. "Bego! Bego!" desisnya. "Gimana bisa gue bayangin hal kotor ke temen sendiri?"

Tidak ada yang patut dibenarkan. Meski sekadar pemikiran, tetap saja itu tidak sopan. Apalagi sampai mengait-ngaitkan hal kotor dengan maskulinitas. Contoh pernyataannya: tidak berpikiran mesum artinya kau tidak jantan.

Itu luar biasa toksik. Obelix pria normal juga, seratus persen. Tetapi, apakah hidup di dunia hanya sebatas perkara selangkangan? Banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan, dan tentu positif. Daripada melemparkan siulan serta komentar berbau seksual alias catcalling. Atau melakukan pelecahan—lalu ketika disalahkan, malah berlindung di balik kalimat tampilan yang mengundang.

Setelah membilas wajahnya beberapa kali dengan harapan monster dalam kepalanya musnah, Obelix baru berani keluar. "Na," panggilnya saat berada di sebelah Oceana. "Andai kamu tadi bangun terus tahu kalau barusan aku pikirin hal kotor tentang kita, reaksimu bakal gimana? Semoga kamu marah atau sampai pukul gitu. Biar aku nggak ngerasa berdosa begini. Asli, aku kelewatan banget."

Oceana hanya menggeliat sembari mengubah posisi tidurnya menjadi miring kanan.

"Mirisnya, aku belum ada nyali sebesar itu buat jujur. Waktu kecil aja kamu udah galak banget, apalagi sekarang ya, Na? Bisa-bisa aku dilibas jadi kebab," ujar Obelix terkekeh sendiri. "Intinya maafin aku. Semoga alam bawah sadar kamu denger suaraku."

Obelix selalu punya kebiasaan tidur tanpa baju, tetapi dia selalu mengenakan selimut dan kaus kaki. Pendingin ruangan juga harus nyala. Namun, karena ada Oceana di sini, Obelix menghilangkan dua kebiasaannya. Tanpa selimut karena untuk Oceana dan tetap mengenakan baju. Dia tidak enak kalau harus bertelanjang dada karena masih ada Oceana. Sudah ada bantal di tangan, kaus kaki, kemudian Obelix menaruh semua itu ke sofa pojok ruangan.

"Close the door," perintah Obelix disertai tepuk tangan sekali. Namun, ketika ingin mengenakan kaus kaki satunya, Oceana mendadak bangun dan muntah. "Astaga!" Obelix langsung menghampiri perempuan itu yang muntahnya belum berhenti. "Na, how do you feel? Pusing? Mau diambilin minum?"

Alih-alih menjawab, yang ditanya hanya bangkit menuju kamar mandi. Obelix melongo beberapa detik dengan beragam tanda tanya. Apa Oceana sudah sadar sepenuhnya? Lalu, mengapa tidak ada respons padahal suaranya bukanlah bisikan? Ketika ingin menyusul, Obelix terlambat karena pintu lebih dulu tertutup. Disusul suara keran yang menyala.

Pop the QuestionWhere stories live. Discover now