Aksi 4 - Semoga Nggak Galak

11.1K 1.7K 47
                                    

Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Oceana bisa dikenal lebih banyak orang💛

Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.

Selamat baca!

Selamat baca!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

OBELIX SELALU berpikir nama Asherano Kameo terlalu "gagah" untuk seorang perempuan. Jadi, tanpa sadar otaknya mulai melahirkan teori cocoklogi antara tingkah laku dengan nama adiknya. Bukan salahnya, sebab tingkah Shera ini selalu bikin Obelix pusing.

Adakah perempuan yang lebih suka berada di jalanan ketimbang hilir mudik ke mal? Atau bersatu padu dengan debu, asap jalanan—serta benda-benda untuk berkelahi seperti: batu besar, rantai, celurit, tongkat besbol?

Hal ini tentu berisiko. Bukan hanya sekali pihak sekolah menghubungi Obelix atas tindakan Shera. Ada beragam kasus seperti: memecahkan kaca kantor, membuat bokong kepala sekolah merekat dengan kursi, melakukan tindakan provokatif berupa tawuran—sehingga Obelix memaksa untuk segera tutup kasus tersebut tanpa diketahui pihak keluarganya.

Setidaknya ini lebih baik, karena imej Shera merupakan tanggung jawab Obelix.

Jadi, ketika teman Shera memberi kabar bahwa Shera sekarang berakhir di rumah sakit, Obelix segera menghubungi Om Putra, manajernya, untuk mengurus bagian kasus di sekolah—sedangkan ia menuju rumah sakit. Ini yang Obelix tidak suka tentang hobi aneh Shera. Risikonya tidak main-main sebab bisa membahayakan keselamatan.

Tiba di parkiran, Obelix disambut kedua remaja laki-laki yang berpenampilan agak urakan yang dia duga teman Shera. Mereka tak mengatakan apa pun selain memberi informasi letak ruang inap Shera. Antara takut atau tak ingin bersikap lancang, Obelix tak peduli. Sekarang yang utama adalah menyaksikan kondisi sang adik.

"Jadi ini kegiatan yang biasa dilakuin orang sakit?" sembur Obelix begitu masuk. Ada Shera yang memangku seloyang pizza dengan cup es soda di tangan kiri. "Nyantai banget. Mas pikir kamu lagi pingsan atau minimalnya tidur. Terus, kok, wajahmu masih biasa aja, sih? Mana yang luka? Nggak ada yang diperban gitu?"

"Aduh, kalau Mas langsung nyerocos begitu, aku nggak ngerti. Ngomong apa, sih?"

"Ini kamu nggak normal banget? Masih bisa makan pizza dan soda?"

"Mas, kalau mau mah bilang aja langsung. Nggak perlu pake sarkas-sarkas dulu. Nggak cocok. Mas bukan Bang Jason." Shera mencomot satu iris dari bundaran pizza yang bentuknya sudah tidak sempurna. Obelix menerima suapannya. "Lagian yang sakit cuma kaki, nggak nyampe tangan atau mulut. Apalagi organ-organ dalam."

"Kakinya kenapa? Parah nggak?" Obelix baru menyadari ada perban di bagian tungkai kaki kiri Shera.

"Paling harus pakai kruk dulu buat beberapa hari," jawab Shera. "Bagus deh. Aku bisa libur sekolah tanpa harus jadi aktris dulu. Bosen sekolah melulu, nggak bakal jadi presiden."

Pop the QuestionWhere stories live. Discover now