Chapter 32

945 173 0
                                    

Chapter 32
————————————————————

Saat kami sampai di kamp, ​​hari sudah tengah malam. Jingyang, yang diduduki oleh tentara Negeri Wei, hanya berjarak dua puluh mil.  Saat Chu Kong tiba di kamp, ​​dia mulai bersiap untuk perang. Aku berbaring di tenda jenderal, memegangi perutku, dan beristirahat dengan hati yang damai.

Di luar tenda, semua orang sibuk. Aku tidak perlu menggerakkan jari. Aku merasa jauh lebih bahagia. Hidup seperti ini yang ingin aku perjuangkan dalam hidup, ah.

Dengan keadaan tubuhku saat ini, aku tidak cocok untuk tinggal dengan tentara lain. Jadi, aku tidur di tenda jenderal. Di malam hari, aku tidur dengan jenderal. Pada siang hari, Chu Kong sangat sibuk sehingga bayangannya pun tidak terlihat. Jadi, aku tidur di dalam tendanya. Tidak lama kemudian, ada desas-desus tentang sang jenderal yang menyukai seorang pria, dan dia bahkan tidak tega berpisah dengannya ketika pergi berperang.  Dalam hati, aku merasa bersalah atas almarhum jenderal Chu Qinghui. Ini benar-benar disebut tidak melindungi nama seseorang.

Setiap hari, aku terlalu santai. Chu Kong duduk sepanjang hari di samping lilinnya sambil memikirkan taktik perang. Dia lupa tentang melarikan diri dan aku juga tidak sengaja melupakannya ...

Mengenakan baju besi sepertinya membuatnya lebih serius. Dia sangat mirip dengan Lu Hai Kong dikehidupan pertama. Di masa kehidupan itu, Lu Hai Kong dibebani oleh perseteruan darah. Bahkan setengah senyumannya pun tidak pernah terlihat di wajahnya. Dia berpura-pura menjadi dewasa di usia yang begitu muda, itu membuat dia mengasingkan dirinya dari teman-temannya dan sulit untuk didekati. Setiap kali aku memikirkan tentang dia yang mencoba berjalan dengan punggung lurus, aku hanya bisa menghela nafas. Bahkan sampai sekarang, itu tidak berubah.

Saat itu, aku tidak tahu bagaimana bagaimana rasanya sakit seperti yang dirasakan orang lain. Aku tidak menghibur Lu Hai Kong. Bahkan tidak sekali (menghibur). Sekarang, aku takut perasaan itu masih sama.

Di siang hari, Chu Kong akan mengatur urusan militer di barak. Aku akan duduk diam di luar tenda dan mengawasinya. Saat bulan mengambil alih langit, dia mengerutkan kening saat begadang sepanjang malam. Aku akan berbaring di tempat tidur dan menatapnya dengan tatapan kosong. Ini adalah takdir yang aneh. Mereka adalah orang yang sama dan bukan orang yang sama (dia sama tapi berbeda). Kapanpun aku mengira orang itu telah menghilang (Lu Hai Kong) dari dunia ini, dia terkadang muncul lagi dalam wujud ini  (wujud Chu Kong yang sekarang) di hadapanku. Aku hampir tidak tahu siapa itu Chu Kong dan siapa Lu Hai Kong. (Hampir tidak bisa membedakan)

Yang juga membuat aku sangat bingung adalah aku tidak bisa membedakan perasaanku terhadap Chu Kong. Apakah ditinggalkan (perasaan) oleh Xiang yang bodoh, atau apakah karena hatiku tergerak secara tidak sengaja? Bagaimanapun, ada satu hal yang tidak bisa aku ... sangkal. (Dia bingung sama perasaannya apakah karena perasaan bergantung dan bersalah Xiang atau memang murni dari dirinya sendiri)

Xiang konyol dari kehidupan sebelumnya bergantung pada Shifu seperti bagaimana dia bergantung pada udara untuk hidup.  Perasaan ketergantungan seperti itu sangat dalam, menusuk di sumsum dan membanjiri pembuluh darah. Perasaan itu tidak bisa dikeluarkan lagi. Bersembunyi di belakangnya, menarik lengan bajunya akan membuatku merasa aman. Apakah diriku sendiri, atau apakahkarena aku Xiang yang bodoh? Akh tidak tahu lagi. Mungkin ini adalah sesuatu yang tidak jelas sepenuhnya. Aku adalah aku, orang bodoh (Xiang) itu juga aku.
(Intinya XXZ galau guys sama perasaannya yang muncul apa karena si bodoh Xiang atau karna XXZ sendiri. Intinya mereka berdua adalah orang yang sama)

Sebuah suara "pu" datang dari tempat Chu Kong yang duduk di mejanya. Dia meletakkan sikatnya, menoleh, menatapku, dan berkata, "Aku ingin bertanya padamu sejak kemarin, apakah aku mencuri dagingmu atau tidak memberimu tempat tidur untuk tidur di malam hari, atau apa? Kenapa kau menatapku dengan ekspresi suram di wajahmu sepanjang hari dan sepanjang malam?"

(END) Seven Unfortunate Lifetimes, All Thanks to a Single Moment of ImpulseWhere stories live. Discover now