28| Rencana Bella

394 27 2
                                    

Di cafe dekat sekolah, Bella dan Raka merayakan keberhasilan nya.

"Gue seneng banget bikin si Zura menderita." Ujar Bella sumringah.

Raka pun ikut senang, karena ia akan membuat Varo bertekuk lutut padanya. Dan membuat Zura menjadi miliknya.

"Gue yakin kita bakalan sukses bikin mereka pisah, Bell." Raka meyakini Bella dengan tatapan mata yang sulit dimengerti.

Mereka tidak tau ada yang merekam mereka. Orang itu menyeringai kemudian pergi dengan bukti itu.

*****

"Zura kamu udah enakan badannya? Jangan sekolah dulu ya." Bujuk Niken pada putri satu-satunya itu.

Zura menggeleng, ia tetap pada pendiriannya yang hari ini ingin bersekolah, "C'mon mom, aku udah sembuh. I'm fine."

Galvin dan Juna yang baru ingin berangkat kuliah menoleh ke arah ruang makan setelah mendengar perdebatan mommy dan adiknya.

"Hei pagi-pagi udah debat aja." Lerai Galvin pada mereka berdua.

Juna melihat adiknya yang memakai seragam sekolah rapih, mengerutkan keningnya, "Lo mau sekolah? Emang badan lo gak remuk abis di siksa nenek sihir?"

"Santai, badan gue kuat kayak hulk. Liat aja tar gue yang remukin tu si Bella!" Ujar Zura sungguh-sungguh. Ia dendam sekali pada Bella. Muka aja sok polos tapi kelakuan kayak tante girang, mau ngambil suami orang.

Zura pun berbalik dan kaget melihat suaminya sudah dibelakangnya.

Aduh, tadi dia denger gak sih apa yang gue bilang.

Dengan muka terkejutnya, ia melihat muka Varo yang sangat datar seperti lantai di mansion nya, "Var, ayo kita berangkat." Ujarnya sambil menetralkan mukanya. Varo pun mengangguk.

*****

Zura dan sahabatnya memasuki kelas 12 MIPA 1. Ya mereka sekarang sudah kelas 12 sedangkan kedua abangnya dan Clarissa sekarang sudah lulus.

Mereka bertiga akan berkuliah di universitas yang sama. Mereka sepakat agar bisa memantau adiknya.

Saat memasuki kelas, Zura melihat Keira yang terlihat murung. Ia tau penyebabnya, pasti karena Galvin.

"Kei, gak usah sedih. Lo bisa main ke mansion buat ketemu bang Galvin. Atau tar gue yang nyuruh abang gue ke rumah lo ya." Ujar Zura sembari mengelus punggung sahabatnya itu.

Zura celingak-celinguk dan tidak melihat 2 sahabatnya. "Jovita sama Elina mana?" Tanya nya.

"Biasa dia mah sarapan di kantin." Jawab Keira. Tiba-tiba kedua curut itu datang dan membuat kehebohan, "Woi gue liat anak baru cakep banget anjir!!" Langsung seisi kelas heboh kecuali para laki-laki tentunya.

"Dia masuk kelas mana Jov?" Tanya Dira, si centil yang kurang belaian.

"Lagi di ruang kepsek anjir." Ujar Jovita yang duduk dan bernapas dahulu. Ia sangat sesak karena berlari-larian ke kelas.

Bobby selaku ketua kelas menggelengkan kepalanya, kenapa semua cewek dikelas ini otaknya gesrek semua. "Wah jadi lo ngintip ruang kepsek? Parah lo." Ujarnya dengan menyipitkan matanya.

"Alah bacot, yang penting gue dapet cuci mata gratis." Gerutu Jovita yang disetujui oleh Elina. Zura dan Keira hanya menghela napas panjang. Sepertinya kedua sahabatnya harus ia jodohkan.

Saat pintu kelas terbuka, seisi kelas langsung duduk ditempatnya masing-masing. Bu Sri masuk dengan seorang anak baru. Seisi kelas langsung ricuh membuat Zura kesal mendegarnya.

Ia refleks memukul meja dan membuat seisi kelas langsung diam. "Bisa diem gak sih?! Udah kayak mau demo aja!"

"Terimakasih Zura atas bantuannya." Ujar Bu Sri yang tersenyum. Zura yang baru sadar langsung mengangguk kaku.

Elina berbisik, "Zur lo bikin gua jantungan anjir."

Beralih pada Bu Sri, ia mempersilahkan anak baru itu memperkenalkan diri.

"Hai, nama gue Devano Aditama. Senang bertemu kalian."

Seorang anak ada yang menunjuk tangan, "Ada pertanyaan Fani?"

Fani tersenyum, "Udah punya pacar belum?" Pertanyaan itu membuat seisi kelas menyoraki Fani.

"Gue single." Jawaban Devan membuat cewek-cewek berteriak histeris. Ya ampun, Zura sudah tidak tahan dikelas ini.

"Bu, saya boleh keluar aja gak? Disini udah kayak nonton konser K-Pop bu, pada histeris banget." Sontak ucapan Zura membuat mereka menoleh kearahnya. Zura pun melotot pada mereka.

"Sudah-sudah. Devan kamu bisa duduk dengan Bobby." Bu Sri menunjuk Bobby.

*****

Di siang hari yang terik, Varo mendribble bola untuk mencetak poin. Tiba-tiba suara peluit berbunyi, tanda permainan berakhir.

Ada uluran tangan dengan membawa air minum botol dingin, Varo mendongak dan itu Bella.

"Nih, pasti lo haus." Tetapi Varo tidak mengambil air dingin itu, ia tetap diam seribu bahasa.

Bella memaksa Varo untuk mengambilnya, bibir Bella yang pucat membuat pandangan Varo sedikit heran.

"Lo sakit?" Tanya Varo memandang Bella khawatir.

Ternyata lo emang masih peduli sama gue. Baguslah jadi gue gampang buat misahin kalian.

Bella tersenyum kecil, "Gue cuma pusing aja." Varo mengerutkan dahinya, "Kenapa gak ke UKS aja?"

"Gue kan mau ngasih minum ke lo." Ujar nya tersenyum. Mau tidak mau Varo menerima air dingin yang dibawa Bella.

Tiba-tiba Bella memegang kepalanya, kepalanya seperti berputar. Varo yang melihatnya pun khawatir dan seketika Bella pingsan dalam tangkapan Varo.

Varo langsung membawanya ke UKS. Perlakuan itu menarik perhatian banyak orang, mereka kaget. Dan itu pun tidak luput dari pandangan Zura dan sahabatnya.

Apa yang gue takutin selama ini bakalan terjadi.

"Anjir gue pengen nonjok muka cakepnya si Varo!" Umpat Elina dengan mengepalkan tangannya marah.

Keira mencoba menguatkan Zura. Ia tau apa yang dirasakan Zura, marah, kesal, sedih menjadi satu.

"I'm okay. Bella kan sakit leukimia dan Varo cuma bantuin dia, udah kok gue gak apa-apa."

Jovita menghela napas kasar, "Zur jujur aja, hati lo pasti sakit."

Sedangkan Varo menggendong Bella hingga UKS mengundang banyak perhatian orang. Tidak sedikit yang memotretnya yang sedang menggendong Bella.

Sampai UKS Varo membaringkan tubuh Bella dan keluar terlebih dulu. Sahabatnya datang dan langsung menepuk pundaknya, "Gila lo trending topik di grup angkatan."

"Lagian lo gak bisa ngejaga perasaan istri lo apa? Kalo dia liat gimana?" Tanya Rafael membuat Varo tersadar. Tetapi tadi ia tidak melihat ada Zura, semoga saja istrinya tidak melihat.

Pintu UKS pun terbuka dan terlihat perawat UKS menghampiri Varo, "Dia gak apa-apa cuma pusing aja." Tatapan perawat itu membuat Fadel merasa ada yang aneh. Tetapi pikiran itu buru-buru ditepis.

Bella diam-diam tersenyum penuh arti. Ternyata rencananya berhasil sedikit demi sedikit.

*****

TBC

Bad Girl is NerdyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang