Part 34 || Kehidupan Ara

1.1K 58 1
                                    

"Terima kasih untuk nikmat yang kau berikan. Kebahagiaan dan semua orang berarti dalam hidupku"

~Happy Reading~

•••••

Dua tahun berlalu sejak kejadian yang mengenaskan itu. Kejadian di mana tangis dan penyesalan datang.
Ara kini sudah bahagia bersama dengan Ben adiknya.

Aiden dan keluarga Morello sudah membebaskan gadis itu dari tuntutan yang mereka buat. Mendengar penjelasan yang disertai dengan tangisan pilu itu membuat semuanya merasa sakit dan terpukul.

Namun, hal itu tidak berlaku pada orang tua Ara yang seraka pada harta. Kedua orang itu sudah ditahan di penjara selama dua tahun.

# Flashback On

“Maafin aku, aku gak bermaksud lakuin hal ini. Aku juga gak tega sama Adiba yang udah menderita banyak. Maaf,” lirihnya dengan tatapan memohon.

Gadis itu bahkan sudah berlutut siap mencium kaki Aiden. Semua mereka dikejutkan dengan keberadaan Ara yang datang menghampiri rumah sakit tempat Adiba dirawat.

Gadis itu terlihat sangat ketakutan saat kedua orang tuanya sudah ditahan satu hari yang lalu. Gadis itu khawatir dengan keadaan Ben jika nantinya dia akan ditahan di penjara.

“Aku gak suka dikhianati, Ra. Aku udah baik sama kamu. Tapi? Kamu malah buat aku kecewa. Maaf, aku gak bisa,” balasnya membuat Ara menangis dengan kuat. Semua orang hanya diam melihat reaksi gadis itu.

“Percaya atau gak percaya, aku lakuin ini semua karna adik aku. Ben, adik aku yang ditahan sama kedua orang tuaku sendiri. Hanya Ben yang aku punya. Dan mereka buat Ben sebagai umpan untuk memperdaya aku. Aku gak ada niat jahat sama Diba. Aku mohon.” Gadis itu terdiam sebentar. Rasanya semua akan sia-sia saat melihat reaksi mereka.

Dengan senyum perih, gadis itu bangkit berdiri. Menatap satu per satu orang yang ada di sana.
“Maaf, mungkin perbuatan saya gak bisa dimaafkan. Saya menyerah sekarang, kalian boleh penjara saya, tapi izinkan saya meminta sesuatu,” ujarnya dengan suara serak karna tangis.

“Aiden, aku mohon. Kalau aku nanti dimasukkan ke penjara tolong rawat Ben. Dia ada di kamar Ibu. Tolong kasih dia perawatan yang baik. Aku mohon, gantikan peranku sebagai kakaknya,” pintanya membuat orang yang ada di sana kini beralih menatap sendu pada gadis itu.

Aiden hanya bisa menghela nafasnya lelah. Bagaimana pun kelakuannya, gadis ini juga pernah menempati tempat istimewa di hatinya.

“Gue akan cabut tuntutan itu. Lo bisa hidup tenang sama adik lo. Dengan satu syarat, lo jangan pernah lakuin hal bodoh itu lagi. Gue juga akan kasih lo uang untuk biaya pengobatan Ben.” Tangisan itu ‘tak dapat ia tahan lagi. Semua orang terkejut mendengar penuturan Aiden.

“Gak bisa gitu. Dia udah buat adek gue menderita. Gue gak akan biarin dia hidup bahagia,” cetusnya menatap tajam Ara.

“Gue percaya sama dia.” Azka hanya diam dengan emosi yang berusaha ia tahan.

“Sekarang lo pulang!” Sebelum benar-benar pergi, Ara memberi senyum lemah pada semua orang di sana. Menundukkan badan seolah mengatakan terima kasih.

# Flashback Off

Ara tersenyum singkat mengingat kilasan masa itu. Mengucap syukur atas kebaikan Aiden pada dirinya.

“Ben! Sini, kita ketemu Kak Gio. Kita siap-siap dulu. Sebentar lagi kita dijemput,” teriak Ara pada Ben yang terus saja asyik bermain di taman depan rumah seorang diri. Adiknya sangat terlihat bahagia.

Hidup dengan tenang tanpa ada tekanan membuat dirinya merasa sangat tenang walau masih dikerubungi rasa bersalah. Ara sampai saat ini belum mendengar kabar baik tentang Adiba. Gadis itu masih cukup tau diri untuk menemui Aiden dan keluarga Adiba.

“Hey, ngelamun aja. Ben udah siap?” Ara dikejutkan dengan suara Gio yang begitu dekat di sampingnya. Gio, adalah laki-laki kedua setelah Aiden yang berhasil membuatnya merasa terlindungi. Gio, adalah laki-laki yang menerima dirinya dan Ben dengan sepenuh hati.

“Ben lagi siap-siap di dalem. Kamu mau minum?” tanyanya dibalas dengan gelengan kepala.

“Gak usah, kamu siap-siap juga. Biar aku bantu Ben ke dalam. Buruan, ya. Aku gak sabar mau bawa kamu ketemu sama nenek,” ujarnya sambil mengerlingkan matanya genit. Semua keluarganya menerima Ara dan Ben dengan baik.

Hal itu merupakan sebuah kebahagiaan yang sangat indah syukuri. Bersyukur pada Tuhan yang masih memberinya kesempatan bertobat. Bahkan, perbuatan buruknya dulu tidak dibalas setimpal pada hidupnya yang sekarang. Bahagia selalu ia rasakan. Membuat gadis itu tak memiliki alasan untuk mengeluh.

•••••

~To Be Continue~
Hai, aku kembali lagi!
Detik-detik menuju ending
Gimana, udah siap?
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
See you

Salam
yuli_sitorus

Adiba phobia [Complete]Onde histórias criam vida. Descubra agora