Part 27 || Prasangka

546 52 0
                                    

"Siapa diantara kalian tidak berdosa, boleh maju dan berdiri di hadapan saya. Maka, dengan senang hati saya akan mencium kaki orang suci itu!"

~Happy Reading~

•••••

“Jangan menangis, mulai saat ini kamu akan aku lindungi. Kamu gak sendiri, Sayang.”  Adiba mendongakkan kepalanya yang semula tertunduk. Atensinya beralih penuh pada seorang wanita yang kini tersenyum lembut ke arahnya.

“Ibu!” jeritnya dengan suara tertahan. Gadis itu terkejut dengan kedatangan Emily yang katanya sudah pergi meninggalkannya.

Wanita itu kemudian berjongkok, menghiraukan payung yang kini terbang ke sembarangan arah.

“Maafin Ibu, Diba. Coba aja kalau Ibu gak terpengaruh sama ancaman mereka. Mungkin Ibu masih bisa menemani kamu. Maaf, Ibu belum bisa melakukan hal yang terbaik untuk kamu,” ujarnya membuat air mata Adiba semakin menderas.

“Ibu gak salah. Takdir Diba yang terlalu menyakitkan. Terima kasih udah datang. Diba sayang sama Ibu,” lontarnya mempererat pelukan yang hangat itu.

Setidaknya, saat ini ada satu kebahagiaan yang sangat pantas ia syukuri.

“Ayok pulang ke rumah Ibu. Kita mulai hidup baru.” Adiba tersenyum perih. Entah mengapa, kehidupan baru begitu mengandung makna yang begitu menyakitkan.

Kilasan masa di mana keluarganya yang sempat menyayangi. Kilasan masa di mana saat kebersamaannya dengan Aiden membuatnya merasakan kembali perih dalam hati.

“Ayok, Bu. Kita bangun hidup baru,” ujarnya dengan senyuman paksa. Gadis itu bangkit berdiri lalu menerima rangkulan Emily di bahunya.

Keduanya berjalan berdampingan dengan mulut terkunci rapat. Mungkin kepedihan itu ‘tak bisa langsung menguap begitu saja. Namun, semua itu hanya masalah waktu. Waktu akan menjadikannya dewasa dengan segala luka.

                             •••••

“Diba, Ibu masuk, ya, Sayang.” Adiba menoleh ke arah pintu yang diketuk oleh Emily.
Degan cepat, gadis itu memberi izin.

“Kita makan, yuk!” ajak Emily lalu mengambil alih handuk yang berada di tangan gadis itu. Adiba tersenyum lemah melihat semua perhatian Emily yang notabenenya hanya Ibu pengajar dan penyembuh traumanya dulu.

“Ibu boleh nanya sesuatu?” cetusnya masih dengan tangan mengusap rambut basah Adiba.

“Boleh, Bu,” balas Adiba kemudian membuat Emily tersenyum pedih.

“Ibu udah tau apa yang terjadi sama kamu. Ibu tau kalau Ayah kamu juga usir kamu dari rumah. Sekarang, Ibu tanya. Kenapa itu semua bisa terjadi? Ada yang jahatin kamu?” tanya Emily tanpa sadar mengungkit kembali luka itu.

Dengan penuh keraguan gadis itu menceritakan semua yang terjadi tanpa ditutupi sedikit pun.

“Mau Ibu bantu untuk ungkap semua kebenarannya? Kalau ini terus dibiarin, Ibu gak akan tega lihat kamu menderita gini. Bahkan Ibu kecewa sama Aiden atas perbuatannya dia. Ibu mau kasih pelajaran sama mereka. Ibu mau buat mereka menyesal udah sakitin Dibanya Ibu. Kamu gak keberatan ‘kan kalau Ibu kasih mereka sedikit permainan?” Adiba yang mendengarnya sangat terharu. Gadis itu hanya tersenyum lembut.

“Ibu, untuk masalah yang ini Adiba yang bakalan handle. Nanti kalau Diba gak sanggup, baru Diba minta bantuan Ibu. Maaf udah buat Ibu repot,” lirihnya membuat Emily tersenyum lembut.

Wanita itu tersenyum lembut sambil mengusap surai hitam Adiba. Menatap wajah gadis itu dengan lamat. Selalu bertanya mengapa gadis itu diberi cobaan sebesar ini dan ‘tak akan pernah berhenti berdoa agar kebahagiaan dan cinta sebenarnya datang.

Adiba phobia [Complete]Where stories live. Discover now