Part 10 || Thanks for all

602 70 2
                                    

"untukmu, lelaki yang sudah mau menjaga dan melindungiku di tiap harinya. Terimakasih, semoga kita tetap bersama sampai nanti."

•••••

~Happy Reading~

“Ibu berangkat dulu, ya. Kalian baik-baik. Saling menjaga,” pesannya saat kedua remaja itu berpamitan padanya.

Saat Aiden sudah keluar mobil, Ibu Emily menahan lengan gadis itu.
“Diba, dengerin ucapan Ibu, ya. Jangan sampai Aiden sedih dan ngerasa gagal jagain Diba. Intinya, ingat semua pesan Ibu. Ketakutan Diba sudah hilang, ingat itu!” ujarnya tegas membuat Adiba mengangguk paham.

Saat ini, ‘tak akan ada keraguan lagi. Diba yang dulu sudah lenyap berganti degan Diba pemberani.
“Sekarang keluar. Aiden uda nunggu,” ujarnya sambil melirik Aiden yang sengaja menunggu gadis itu turun.

“Makasih, Bu,” balasnya tulus lalu turun dari mobil. Atensinya terhenti pada seorang lelaki yang sabar menunggunya.

“Uda selesai?” tanya Aiden lembut. Melihat anggukan kaku dari Adiba membuatnya peka. Dengan segera lelaki itu berjalan menjauh dari Adiba yang mentalnya belum bisa dipaksakan.
Namun, sebuah suara menghentikan pergerakannya. Rasanya bahagia dan hari meletup-letup dalam dadanya.

“Aiden antar Diba ke kelas. Adiba mau sama Aiden,” cicit gadis itu pelan sambil terus menunduk.

Sebuah tangan bertengger di hadapannya.
“Pegang tangan Aiden. Jangan takut, kita harus lawan rasa takut Diba. Kalau Diba sembuh, Aiden akan senang banget,” ujarnya dengan semangat yang membara.

Mendengar itu Adiba sedikit termangu, ada satu hal yang membuat hatinya gundah saat ini. Melihat keraguan itu, Aiden mengangkat rahang gadis itu agar menoleh padanya.
“Apa ada?” tanyanya lembut.

“Janji, ya, kalau Diba sembuh Aiden akan selalu ada di samping Adiba. Menjaga dan melindungi Diba seperti sebelum Adiba sembuh,” pintanya dengan suara bergetar.

“Aiden janji akan selalu merangkul, Diba. Jangan takut,” ujarnya mantap, walaupun, dalam hati terdapat keraguan yang amat besar. Setiap kali menatap gadis ini, maka rasa bersalah itu akan semakin membesar.

“Yuk,” ujar Diba semangat.
“Sepertinya ada yang sudah sembuh, nih,” goda Aiden menusuk pipi gadis itu.

“Cuman sama Aiden, yang lain belum tau. Ini juga berkat Ibu Emily dan Aiden,” balasnya dengan senyum malu.

Melihat itu, Aiden tersenyum paham. Kepercayaan itu sangat sulit didapat. Jadi, mungkin untuk mempercayai orang lain akan butuh usaha dan waktu.
“Kita jalanin semua bareng,” cetus Aiden lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari mungil gadis itu. Keduanya berjalan beriringan dengan senyum menawan yang ‘tak pernah muncul.

Semua siswa SMA Garuda heran dan kagum. Heran melihat kedekatan keduanya dan kagum dengan Aiden yang berhasil mendekati gadis yang katanya kurang waras itu.

Saat di Koridor, Adiba dan Aiden melihat Abigail yang terus saja menatap ke arah keduanya dengan tatapan tajam dan penuh makna.
Melihat itu, tangan Adiba meremas kuat tangan Aiden.
Dengan penuh perhatian dan  kemakluman, lelaki itu meremas tangan gadis itu menyalurkan keberanian.

“Jangan takut,” bisiknya dengan amat pelan. Seketika Adiba kembali sadar. Berusaha menghilangkan bayangan tatapan penuh luka Abigail melihat tangan keduanya yang saling menggenggam.

“Cih, dasar jalang. Katanya takut sama cowok, tapi nyatanya? Bullshit!” makinya pada Adiba yang juga menatap dalam ke arahnya.

Adiba segera melepaskan genggaman tangan Aiden. Melihat itu, Aiden takut jika nanti Adiba akan luluh dan merasa bersalah pada wanita licik yang sialnya adalah kakaknya sendiri.

Adiba phobia [Complete]Where stories live. Discover now