Part 20 || Rencana Busuk

503 52 2
                                    

"Sudah kukatakan dari awal. Aku 'tak akan pernah membiarkanmu bahagia."

~Happy Reading~


Aiden menatap lamat Adiba yang baru saja turun dari sebuah mobil sedan yang ia ketahui adalah milik Vernandes.
Namun, bukan itu yang membuatnya bingung. Wajah Adiba yang terlihat pucat atau bahkan sangat pucat membuatnya merasa aneh.

Bahkan sweater yang jarang ia pakai kini dipakai lagi. Kalau memang gadis itu sakit mengapa harus memaksa berangkat sekolah?
“Ngapain kami perhatiin dia,” sentak seseorang dari belakang sana dengan wajah cemberut.
Melihat itu Aiden terkekeh, ekspresi gadisnya bisa membuatnya gemas seperti ini.

“Cemburu, hm?” tanyanya dengan lembut.

“Jangan cemburu. Di hati aku cuman ada kamu.”

“Gombal,” ketusnya sambil mengulum senyumnya. Gadis itu menerima dengan senang hati tangan yang menggenggamnya.

Kehangatan keduanya ‘tak lepas dari pengawasan Diba. Gadis itu mendesis pelan saat hatinya bahkan belum menerima kenyataan yang ada. Dirinya sampai saat ini bahkan belum bisa melepaskan Aiden. Karena sebelumnya dia dengan berani mengklaim Aiden sebagai miliknya.
Bodoh memang, masih menyimpan rasa pada orang yang sangat membencinya.
Ya, Aiden memang membencinya. Kilasan kejadian malam itu membuatnya sangat paham.

Flashback on

“Apa yang udah kamu lakukan ke adik saya? Katanya kamu yang mengantarkan dia pulang?” Saat ini ada Azka dan Aiden yang bertemu di taman. Gadis itu langsung bersembunyi di balik pohon agar keduanya tidak tau keberadaannya.

“Cih, udah untung gue pulangin adik lo. Gimana kalau gue biarin dia tetap di sana. Oh, atau memang seharusnya gue tinggalkan dia di sana. Biar para preman yang ada di sekitar situ bawa dia dan memperkosa adik lo. Pasti bayanginnya menyenangkan. Gue suka, gue suka penderitaan anggota keluarga Vernandes. Keluarga picik dan naif. Menghalalkan segala cara untuk kebaikan kalian. Ingat! Gue gak akan pernah lupa sama apa yang udah kalian perbuat ke Ara,” desisnya membuat Azka terdiam. Aiden tidak mengetahui satu hal yang sangat penting. Lelaki itu hanya tau satu poin yang membuatnya kian membenci keluarga Vernandes.

“Kamu gak tau semaunya. Kamu hanya tau beberapa hal. Kalau seandainya kamu tau, mungkin semua akan berbanding terbalik.” Azka memilih pergi meninggalkan lelaki keras kepala itu.

Aiden terlihat bingung dan frustasi.
“Apa yang gak gue tau? Hahaha, keluarga gila. Gue gak akan pernah mau berurusan sama cewek gila itu.” Tajam memang. Namun, apa lagi yang bisa Dibantu lakukan?

Kini dirinya pasrah sudah dibenci oleh Aiden. Lelaki yang ia kira akan menjadi pelindungnya, ternyata orang yang memberikannya luka yang ‘tak akan ia lupakan seumur hidup.

Flashback off

•••••

“Abi,” panggil seseorang membuat Abigail yang tadinya berjalan santai menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap aneh pada Ara yang kini tengah berlari kecil menujunya.

“Kenapa?” tanyanya pada Ara yang menatapnya penuh ambisi.

“Gue punya cara. Cara yang paling ampuh buat Diba menderita. Mungkin cara ini akan buat keluarga lo benci sama dia,” gumamnya membisikkan kalimat yang ia lontarkan. Karna keadaan masih diisi oleh beberapa orang, membuatnya harus lebih berhati-hati.

Mendengar itu Abigail menghela nafasnya pelan.
“Terserah mau lo apain, yang penting jangan lakuin hal yang keterlaluan. Dia masih sakit.” Ara terkekeh mendengarnya.

“Jangan bilang lo udah nyerah buat benci dia. Oh, ayolah. Ini akan menyenangkan. Lo gak mau ‘kan kalau dia nantinya rebut perhatian keluarga lo? Tadi aja gue liat dia udah berhasil rebut perhatian ayah lo. Mungkin memang mereka semua udah sayang sama Diba? Dan lo, akan dicampakkan,” sinis Ara membuat Abigail mengepalkan tangannya kuat.

“Dari mana lo tau kalau dia berhasil rebut perhatian ayah?” tanyanya dengan ekspresi seolah-olah tidak peduli. Nyatanya? Hatinya terbakar kecemburuan.

“Tadi gue liat ayah kalian antar dia kata sekolah. Jangan-jangan, lo gak tau? Ck, ini kayak awal penyingkiran gitu. Kenapa coba, kalian gak berangkat bareng aja. Lo diajak gitu. Mungkin mereka udah gak peduli,” ocehnya membuat Abigail merasa dihina. Dirinya memang tidak tau bahwa Diba diantar oleh Ayahnya. Karna dia tadi berangkat terlalu pagi.
Melihat tatapan dingin semua anggota keluarganya cukup membuat gadis itu merasa sakit.

“Bilang rencana yang udah lo susun,” titahnya yang dengan cepat diangguki oleh Ara yang memang sangat bersemangat melihat Adiba sengsara. Melihat tatapan Aiden saat menatap Adiba sudah membuatnya yakin bahwa Aiden memang sangat menyayangi gadis itu.

“Kita buat dia benci sama Aiden. Setelah itu, semuanya akan lebih mudah.”

                             •••••

“Kamu tau gak bedanya kamu sama jam 12 siang?” tanya Gara pada Adiba yang kini dengan tenang memakan bakso miliknya. Gadis itu menatap jengah pada Anggara yang terus saja menggodanya.

Wajah lelaki itu tampak sangat menjengkelkan. Lesung pipinya memang membuat para gadis menyukainya. Apalagi tahi lalat yang tepat berada di atas hidungnya menambah kesan istimewa. Namun, semua itu ‘tak akan pernah membuat Adiba mengubah rasa jengkelnya.

“Bodo!” ketua Adiba membuat Gara mengerucutkan bibirnya kesal. Namun, ternyata efek cinta seorang Adiba membuatnya ‘tak bisa marah pada gadis ini.

“Kalau jam 12 kesiangan, kalau kamu, mah kesayangan. Ahuy,” ujarnya diakhiri dengan tawa menjengkelkan itu. Adiba menatapnya dengan wajah memerah. Lelaki ini membuatnya risih dan emosi. Karna Gara, mereka berdua menjadi bahan perhatian dari semua penghuni kantin itu.
Anggara memang murid baru di sini. Wajahnya yang manis membuat banyak para gadis ingin meleleh. Pernah sekali, saat lelaki itu menjumpai Adiba ke dalam kelasnya. Katanya ingin memperkenalkan diri. Hal itu tentu saja membuat Adiba jengkel setengah mati.

Kini, Adiba sudah mulai menerima lelaki di kelasnya. Gadis itu bahkan meminta agar tidak hanya ada perempuan berada di kelasnya. Karna kebanyakan dari mereka protes terhadap keputusan ini. Bahkan Adiba sering menjadi bahan bulan-bulanan orang yang ada di kelasnya. Mengejek dan mengatakan Adiba memiliki kelainan.

Kembali lagi pada Anggara, lelaki itu kemarin sangat santai memperkenalkan diri. Kebetulan yang mengajar di kelas Diba merupakan guru yang santai dan baik sehingga memperbolehkan lelaki itu. Saat sang Guru bertanya alasan mengapa Anggara pindah sekolah, maka lelaki itu menjawab dengan kalimat nyang membuat Adiba malu setengah mati.

“Saya pindah sekolah karena ingin menemui jodoh saya, Bu. Adiba namanya. Saya gak bisa jauh-jauh dari dia. Nanti rindu katanya. Makanya saya maksa Bapak saya buat pindah sekolah.” Kalau saja Adiba masih mengingat ucapan itu, maka saat itu Adiba ingin menenggelamkan wajah sok polos Anggara ke dalam perut paus.

“Diem-diem bae. Ngopi ngapa ngopi,” teriak Anggara yang kali ini membuat Adiba menatap berang ke arahnya.

Adiba menghela nafas sebelum menyampaikan sesuatu kalimat yang membuat Anggara terdiam sesaat.
“Kamu punya masalah apa, sih sama Diba. Muak banget tau gak. Diba risih. Kamu buat Diba malu. Tolong, jangan buat Diba benci sama kamu.” Ungkapan itu diucapkan dengan keras. Membuat perhatian seluruh penghuni kantin menatap iba padanya.

Kecuali satu orang. Dia adalah Aiden. Menatap Anggara dengan senyum remeh.
“Mampus lo.”

Sedangkan Anggara menatap kepergian Adiba dengan tatapan sendunya.
"Gue tau lo sedih dan butuh temen. Makanya gue berusaha deketin lo. Maaf udah buat lo risih," gumamnya lalu pergi meninggalkan kantin.

•••••

~To Be continue~

Hai, yuli kembali lagi.
Gak akan bosen buat ingetin kalian untuk selalu dukung cerita ini.
Jangan lupa kasih vote dan komennya, Sayang.

Salam
yuli_sitorus








Adiba phobia [Complete]Where stories live. Discover now