Part 28 || Penderitaan Adiba

823 57 0
                                    

"Kamu gadis kuat. Percayalah, akan ada banyak kebahagiaan setelah penderitaan yang begitu menyesakkan ini."

~Happy Reading~

•••••


Setelah membersihkan semua bekas tepung dan telur yang mengotori seragamnya, kini Adiba sudah mengganti pakaian. Gadis itu kembali duduk dengan tenang di tempat duduknya di kelas. Kini, ‘tak ada lagi yang terlihat memberinya bisikan memaki, namun, tatapan sinis itu tetap saja ada.

“Panggilan kepada anak didik kami bernama Adiba kelas XI Mia 1 agar segera datang ke ruang BK.” Adiba menghela nafas pelan. Mengapa sehati ini tidak ada kedamaian di hidupnya.

Menghela nafas panjang, gadis itu segera berdiri. Berjalan dengan kepala tertunduk.

Saat sampai di ruang BK, gadis itu langsung mengetuk pintu itu.
“Masuk!” Dengan segera gadis itu memasuki ruangan yang auranya begitu mencekam.

“Duduk!” titahnya lagi dan lagi membuat Adiba hanya diam sambil menuruti perintah guru tersebut.

“Kamu tau apa salah kamu, Diba?” tanyanya dengan suara yang tegas. Adiba hanya bisa menundukkan kepala takut.

“Kamu sudah membuat nama baik sekolah ini tercemar. Belum lagi rekaman kedua video yang mengatakan kalau kamu murid yang tidak baik. Maka dari itu, tidak ada alasan lagi untuk kami tetap mempertahankan kamu di sekolah ini.”

Deg

Adiba menatap guru berkacamata itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kini, benaknya dipenuhi oleh pemikiran buruk yang akan terjadi nantinya. Jika dirinya dikeluarkan dari sekolah ini, otomatis yang kerepotan mengurus dirinya adalah Emily. Adiba sudah merasa sangat merepotkan wanita itu.

“Bu, saya mohon jangan keluarkan saya dari sekolah ini. Saya mohon, Bu. Apa pun akan saya lakukan,” gumamnya menatap penuh harap pada wanita itu. Mata gadis itu kini memerah menahan tangis. Dirinya tidak cukup kuat untuk segala cobaan ini.

“Saya juga sangat sulit mempertimbangkan keputusan ini. Namun, untuk saat ini, hanya ini jalan keluar satu-satunya. Mungkin sebentar lagi orang tua dari Ara akan datang. Karna itu kami memanggil kamu, selain membicarakan kamu yang akan dikeluarkan dari sekolah ini!” Adiba menggeleng pertanda tidak setuju.

Air mata itu perlahan luruh. Apa lagi sekarang? Orang tua Ara? Apa nanti mereka akan menuntutnya atas kesalahan yang tidak sepenuhnya kesalahannya.

“Bu, saya gak pernah berniat untuk menyakiti Ara. Tapi, perkataannya yang sudah keterlaluan membuat saya melakukan hal itu. Saya hanya menamparnya sekali. Selebihnya, itu perbuatannya sendiri. Dia udah fitnah saya, Bu,” belanya membuat guru tersebut menghela nafas pelan.

“Ibu bingung, Diba. Di kamar mandi tidak ada CCTV. Bukti satu-satunya hanya rekaman yang diberikan Abi. Ibu gak tau harus berbuat apa.”

Dengan cepat Adiba menghapus air matanya lalu mencoba memberikan sebuah penawaran.
“Saya janji akan secepatnya kasih bukti kalau saya tidak bersalah, Bu. Beri saya waktu. Jangan keluarkan saya dari sekolah ini, Bu. Saya mohon,” lirihnya dengan wajah sangat memohon membuat guru tersebut memilih mengiyakan.

“Baiklah, saya beri waktu satu minggu untuk kamu membuktikan ucapan kamu. Jangan lupa kembalikan nama baik sekolah ini. Selebihnya saya tidak akan beri dispensasi jika kamu tidak bisa mengumpulkan bukti.” Adiba hanya bisa tersenyum tipis. Sejujurnya, dirinya bahkan tidak yakin bisa menyelesaikan masalah ini seorang diri.

“Sekarang kita tunggu orang tua Ara. Katanya sebentar lagi sampai.” Adiba lagi dan lagi hanya bisa mengangguk kecil. Ada banyak perkiraan buruk yang mendatangi benaknya.

Adiba phobia [Complete]Där berättelser lever. Upptäck nu