Part 18 || Nehemia

524 57 1
                                    

"Ibumu memang menerimaku. Namun, jika putranya membenci, apa yang bisa kuperbuat?"

•••••

~Happy Reading~

“Dia kenapa, Nak?” tanya seorang wanita yang sedang membawa Alkitab dengan kaca mata bertengger.

Ya, Aiden memutuskan untuk membawa Adiba ke rumahnya. Mendengar ucapan dalam tangisan Adiba tadi membuat lelaki itu mengurungkan niat membawa Adiba kembali ke rumah kediaman keluarga Vernandes.

“Bu, tolongin Adiba. Dia pingsan karna kehujanan,” ujarnya membawa Adiba naik ke atas. Lelaki itu segera membawa Adiba ke dalam kamarnya. Melihat itu, Nehemia menyipitkan matanya bingung.
Bukannya putranya ini ‘tak suka orang memasuki kamarnya? Bahkan Ara kekasihnya tidak diperbolehkan masuk ke dalam.

“Kenapa ke kamar kamu, Nak? Bukanya kamu gak suka ada orang lain masuk ke kamar kamu?” Mendengar pertanyaan sang Ibu, Aiden menggaruk tengkuknya bingung. Bahkan dia baru menyadari apa yang ia lakukan.

“Sudah, gak papa, kok. Biar Diba di sini. Sebentar, Ibu gantikan bajunya. Kamu keluar dulu,” titahnya yang langsung dengan cepat Aiden turuti.

Saat sudah berada di depan pintu kamarnya lelaki itu kembali mengusap tengkuknya bingung. Bagaimana bisa dengan mudah dirinya memasukkan sembarang orang ke dalam privasi yang paling ia jaga.

Lamunannya buyar saat mendengar panggilan dari Nehemia.
“Nak, tolong ambilkan minta kayu putih di kamar Ibu. Biar Adiba sedikit hangat,” suruhnya membuat Aiden mengangguk mengerti.

Aiden masuk tanpa ragu ke dalam kamarnya saat minyak kayu putih itu sudah berada dalam genggamannya.
“Ini, Bu.” Ditatapnya dengan lamat sang Ibu yang mengoleskan minyak kayu putih itu dengan lembut ke telapak tangan Adiba. Bahkan dirinya dilanda kebingungan saat melihat senyuman Ibunya saat melihat wajah tenang Adiba.

“Dia gak papa ‘kan, Bu?” tanyanya membuat Nehemia tersenyum menenangkan.

“Dia oke, kok. Ibu suka sama Diba,” cetusnya membuat alis Aiden curam pertanda bingung. Lelaki itu tampak menunggu kelanjutan ucapan yang dilontarkan oleh Ibunya.

“Diba anak yang baik. Ibu bisa lihat dari wajahnya. Ibu akan lebih bahagia kalau kamu sama Diba daripada sama Ara, Nak.” Ungkapan itu membuat Aiden tersenyum pahit. Jika saja ibunya tau apa yang sudah ia lakukan pasti wanita ini akan sangat marah besar padanya.

“Wajahnya gak asing bagi Ibu. Rasanya Ibu pernah lihat dia. Atau mungkin Ibu mengenalnya?” tanyanya bingung sambil mengusap kerutan di kening gadis itu.

“Ibu gak kenal dia. Dia orang asing. Lagian Ibu juga pasti tau, kalau Aiden itu sayang dan cinta banget sama Ara. Ara itu gadis satu-satunya yang buat Aiden jatuh cinta.” Tanpa ada yang menyadari bahwa Adiba telah sadar saat keduanya berbicara ringan. Air matanya menetes saat mendengar ucapan yang Aiden lontarkan di akhir.

“Kamu bangun, Nak?” Adiba memilih membuka matanya daripada terus berpura-pura tidur.

“Pelan-pelan. Ada yang sakit?” Adiba menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kaku. Gadis itu menatap lamat Nehemia yang terlihat aura keibuannya.

“Terimakasih, Bu, Aiden. Maaf sudah merepotkan,” cetusnya sarat dengan nada tidak enaknya.

Melihat itu Nehemia tersenyum menenangkan. Gadis itu terlihat sangat canggung padanya.
“Kembali kasih, Nak. Ibu senang direpotkan sama kamu.” Atensi Adiba ‘tak pernah lepas dari Nehemia.
Dan Aiden dapat melihat tatapan penuh kerinduan dari mata ibunya dan Adiba.
Entahlah, keduanya terlihat aneh dan menghangatkan. Tatapan Ibunya sangat jauh berbeda jika menatap Adiba dan Ara.

Adiba phobia [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang