Part 5 | Reason

871 85 3
                                    

"Coba kalian melihat dari sudut pandangku. Agar kalian tau, betapa sakitnya menjadi diriku dulu, kini atau bahkan sampai selamanya."

•••••

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

•••••


Sejak kejadian minggu lalu yang membuat keadaan Adiba semakin terpuruk. Saat ini, seakan harapan untuk sembuh ‘tak ada lagi.

“Tepat sasaran, mereka semua memang gak sayang sama Adiba. Karna Diba itu cuman jadi aib keluarga.” Ucapan itu membuat dirinya sendiri merasakan sensasi perih dalam hati.

Dengan sendu, gadis itu memandang lekat dirinya di pantulan kaca.
“Diba gak akan pernah menyalahkan kalian, karna memang Diba itu gak berguna. Diba cuman jadi aib,” ujarnya terkekeh perih.

Saat ini, hanya dia yang merasakan betapa sakitnya menjadi seorang Adiba.
Betapa sakitnya jatuh bangkit atas usaha sendiri tanpa ada bantuan orang lain.

Sebuah notifikasi menghentikan lamunannya.
“Jangan sedih, Aiden akan selalu melindungi Adiba. Ingat, aku pelindungmu. Kalau mau sembuh cukup kasih senyuman dari wajah kamu.”

Begitu isi pesan yang dikirimkan oleh seseorang. Sudah dapat dipastikan bahwa orang yang menuliskan pesan itu adalah sang pelindung.
Aiden Matthew namanya.

Setelah lama memandang pesan itu dengan tatapan kosong, gadis itu pun mulai tersenyum kaku. Senyum yang ada tanpa sadar.
Senyum yang mampu membuat Aiden yang berada di balkon terkekeh geli.

“Dasar, cewek kaku,” cetusnya terus memandang wajah gadis cantik yang masih saja tersenyum aneh.

Dengan lega lelaki itu pun mulai mengetikkan sebuah pesan.
“Kamu mau sembuh, berarti kamu harus kasih aku izin untuk membantu kamu.”

Adiba yang membaca pesan itu terdiam kaku. Matanya memencar liar ke segala arah. Lelaki itu pasti berada di sekelilingnya.
Melihat itu, dengan cepat, Aiden bersembunyi di balik dinding balkon.

Gadis itu pasti ketakutan saat ini.
Saat menolehkan kepala ke dalam, gadis itu terlihat meringkuk ketakutan di bawah meja belajar.
Aiden yang melihat itu terlihat menghela nafas pelan.

"Aku pergi, jaga diri baik-baik.”
Pesan itu ia kita sebagai penutup pertemuan kali ini.

“Maaf, aku masih takut,” gumamnya saat mengetahui bahwa lelaki itu sudah pergi. Mungkin karna melihatnya meringkuk ketakutan.

“Dasar bodoh!” makinya dalam hati.
Meremas erat kepalan tangannya berusaha mengalirkan emosi pada dirinya sendiri.

                           •••••

Pagi ini masih sama seperti pagi sebelumnya. ‘Tak ada ucapan selamat pagi, sapaan atau bahkan sekedar lengkungan bibir memberi senyum.
Semua hampa setiap harinya.

Adiba phobia [Complete]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz