3. Identitas

7.1K 558 12
                                    

"Pertapa enam jalan, Hagoromo dan adiknya, Hamura. Merekalah yang membangkitkan kami, Naruto." Ucap Itachi.

Naruto mematung ketika mendengar nama kakek tua yang dulu memberinya kekuatan untuk melawan Kaguya itu disebut kembali, kalimat itu memberinya harapan tanpa dia sadari.

Shikamaru yang seorang genius dengan cepat menangkap maksud Itachi, "Tunggu, kalian mengatakan pertapa enam jalan dan adiknya, yang sudah meninggal ratusan tahun lalu. Mereka... mereka membangkitkan kalian? apakah itu masuk akal? untuk apa pula mereka melakukan hal yang dapat merusak kedamaian seperti ini?" Tanya Shikamaru menuntut.

Hinata menatap Shikamaru dan menggelengkan kepalanya. Walaupun semua yang dikatakan Shikamaru adalah pertanyaan yang logis, namun cara penyampaiannya terdengar sangat kasar. Seakan-akan dia tidak ingin mempercayai apa yang ada dihadapannya.

"Sebelum dibangkitkan, kami ditunjukkan kilasan tentang apa yang terjadi di dunia ini. Sejak pertempuran Naruto dan Sasuke, penculikan Hanabi, Peristiwa yang melibatkan Otsusuki Momoshiki. Hagoromo menunjukkan semuanya." Neji memulai penjelasan.

"Beliau mengatakan bahwa musuh-musuh yang akan datang, dimasa depan nanti, kemungkinan besar akan jauh lebih kuat dibandingkan Kaguya. Itulah sebabnya mereka membangkitkan kami, sebagai bentuk dukungan dan juga bantuan." Lanjut Neji.

"Apakah kalian dapat membuktikan ini?" Hinata bertanya kepada mereka dengan sopan. Karena dia tahu, tanpa adanya bukti yang konkret, Naruto dan Shikamaru tidak akan mempercayai apa yang mereka katakan.

"Kami tidak dapat membuktikan apapun. Tuhan! Ini bahkan terasa sangat tidak waras di kepala kami!" Asuma berkata sembari tertawa sarkas. Dia sendiri masih memproses apa yang terjadi pada dirinya dan respon negatif yang diberikan Shikamaru serta Naruto tidak membantunya sama sekali.

"Hinata, kau bisa membedakan manusia dengan Edo tensei bukan?" Neji bertanya pada Hinata, meminta pertolongan.

Hinata menghela napasnya, Naruto menoleh. Dia menatap istrinya dengan memelas, "Tidak, Hinata. Jangan katakan apapun."

Naruto tahu, dia lemah terhadap istrinya. Jika Istrinya itu terus mengatakan bahwa orang-orang didepannya bukanlah Edo tensei, dia akan mempercayainya.

"Naruto-kun, itu kenyataannya." Hinata berucap dengan lembut. Matanya menatap kearah safir milik Naruto, berharap dia dapat meyakinkan suaminya.

"Shikamaru, panggil Ino. Aku ingin melihat ingatan mereka. Panggil Kakashi-sensei juga. Setelah itu, kirim panggilan darurat kepada Sasuke." Naruto mengeluarkan perintah mutlak.

Shikamaru bergegas melakukan tugasnya. Sementara itu, Hinata menghela napas lega. Dia bersyukur atas kepercayaan Naruto terhadapnya.

Orang-orang yang dibangkitkan tetap berdiri diam, mereka merasa situasi yang mereka tempati saat ini sangatlah tegang. Bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit. Inoichi sendiri menatap lantai dengan fokus, pikirannya kemana-mana. Mengingat jika sebentar lagi dia akan bertemu dengan putrinya, yang sekarang sudah menjadi ketua divisi pertahanan Konoha. Putrinya yang sudah menikah dan mempunyai cucu. Ini semua terasa seperti mimpi.

Naruto, sang Hokage ketujuh itu memilih untuk berbalik menatap pemandangan Desa Konoha. Napasnya tidak beraturan karena menahan emosi yang tercampur aduk. Perasaan sedih, marah, rindu, bahagia, semuanya bercampur menjadi satu. Dibelakangnya, berdiri kedua orang tuanya, mereka yang mengorbankan nyawa supaya Naruto dapat hidup. Jiraiya, gurunya yang meninggalkannya tanpa mengucapkan selamat tinggal. Neji, yang menerima serangan untuknya. Naruto tidak tau apa yang akan dia lakukan jika orang-orang ini dibangkitkan dengan tujuan yang salah.

Hanya butuh waktu beberapa menit, Ino akhirnya tiba di kantor Hokage bersama Shikamaru. Matanya membelalak lebar begitu melihat orang-orang yang dibangkitkan.

THEY'RE ALIVE Where stories live. Discover now