4. 🍂 Kepo Jilid 2

41K 5K 188
                                    

Dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan


🍁🍁

"Jadi begini..."

Aku memandang dua staf ku bergantian, keduanya menunggu penjelasan dariku begitu kami masuk ruangan departemen media. Pak Bram sih bodo amat, dia sudah melenggang kangkung keruangannya. Sultan mah bebas. Hamba sahaya ini yang keringetan menjelaskan.

"Kemarin itu, aku dan Pak Bram diminta menyusul Bu Titi untuk meeting dengan klien di Banjarmasin." Astaghfirullah, aku terpaksa berbohong demi keamanan bersama. Aku tidak mungkin cerita kalau kami menyusul Bu Titi hanya untuk menemaninya cari akik kan? Lagipula, status Bu Titi sebagai Bude nya Pak Bram harus tetap jadi rahasia Negara.

"Lalu, karena pulangnya malam, dan aku juga capek pulang-pergi Jawa-Kalimantan-Jawa, jadi beliau menawarkan untuk bareng sekalian, begitu ceritanya."Kuletakkan tas di meja dan duduk di kursi. "Kan kami sekota," lanjutku kemudian, memberi penekanan pada kata sekota. Semoga mereka percaya, toh aku tak sepenuhnya berbohong.

"Iya juga sih, Bu Titi memang suka dadakan gitu." Sandra duduk di kursinya, kedua alisnya yang tadi berkerut kembali normal, sepertinya dia percaya dengan penjelasan singkatku, "kita juga pernah ya Han, sama Bu Cahya nyusul ke Jakarta, dadakan Mbak jadi aku gak bawa persiapan apa-apa buat nginap."

Aku mengangguk, benar banget itu. Untung peralatan lenongku nggak ketinggalan, jadi bedak dan lipstik ku masih menempel paripurna.

"Tapi Mbak Karin aman sampai rumah?"

"Yo aman lah Han." Aku berkacak pinggang. "Lha ini buktinya masih hidup di depanmu."

Sandra tergelak, Johan hanya cengengesan.

"Ya sopo ngerti di bawa Pak Bram ke KUA, Mbak," jawabnya enteng. (sopo ngerti  = siapa tahu )

"Semprul!" Aku dan Sandra kompak mendelik. Sepertinya kondisi aman, mereka percaya penjelasanku.

"Btw..." aku memandang penuh selidik ke arah keduanya, "Kok kalian tumben sepagi ini sudah dikantor, janjian?" Lah, keduanya kok jadi salah tingkah? membuat jiwa kepo dan bully ku keluar saja.

"Nggak kok," elak Sandra tegas, tapi nada suaranya terkesan ngambang, aku hanya tersenyum geli, menyalakan laptopku,

"Bener juga gak papa kan? Banyak kok yang jatuh cinta sama teman sekantor," seloroh ku pelan, Johan terlihat mesam-mesem berbanding terbalik dengan Sandra.

"Yeee.. Mbak Karin justru yang harus hati-hati, awas kecantol Pak Bram nanti."

Aku tertawa, lha kok malah nyantolin aku sama Pak Bram, memangnya dia paku dan aku gombal pake kecantol segala.

"Wes ah, ayo meeting bertiga, ada banyak klien yang harus kita temui sekalian kita bahas persiapan raker tahunan untuk divisi kita." Ku sudahi obrolan unfaedah pagi itu, keduanya hormat layaknya prajurit. Kalau manut gini kan, aku jadi makin sayang.

**
Bramantyo Nugroho. 
Brams27

Sudah sejam ku scroll Facebook dan Instagram hanya untuk mencari siapa dia yang sudah menolak bosku. Namun, sampai tangan pegal tak kutemukan tanda-tanda. Media sosial Pak Bram jarang update, kalau toh update, isinya hanya seputar hal-hal berbau sepakbola atau terkadang tentang dunia politik. Tak ada foto lamaran terupload, tak ada juga foto bekas di tandai seseorang.

Sebenarnya aneh juga sih, kenapa juga aku kepo dengan masa lalunya. Nggak penting, tapi aku penasaran. Kira-kira Johan sudah dapat info terbaru gak ya? Ku lirik lelaki kriwil itu yang sedang merapikan map dan agenda kerjanya.

"Mbak, aku ada meeting dengan anak-anak pemasaran," pamitnya sambil melambaikan map di tangan, aku hanya mengangguk, menyandarkan punggungku yang pegal pada sandaran kursi. Ingatanku beralih pada lelaki yang pernah begitu indahnya memberi harapan.

"Bodo amat ah!" Kukibaskan perasaan melankolis yang tiba-tiba merayap. Mending nyusul Johan, siapa tahu ada info baru. Aku berdiri. Namun, duduk kembali ketika sebuah pesan Whatsapp masuk ke dalam ponselku

Minggu depan aku lamaran,
datang yo Mbak.

Dari Citra, sepupuku yang usianya 7 tahun di bawahku. Kuhela napas dalam-dalam. Tiba-tiba saja aku merasakan ada sesuatu yang melesak di dalam dada. Aku kapan?

bersambung
-------------

Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]Where stories live. Discover now