Anya menyimpan tas nya dan meminta Abigel untuk berkata pada Galang kalau ia ada di tempat biasa belajar. Abigel mengangguk dengan tampang bingung.

"Kenapa dah tu anak? harusnya seneng dong masuk kelas unggulan," ucap Abigel karena berita Anya belum tersebar.

Galang membuka helemnya dan membaca pesan dari Kakaknya.

Kak Muti:
Nanti keruangan aku, ada manisan.

Senyum Kale terukir lebar, seperti itu lah kebiasan Mutiara dengan Galang bila ada kesuksesan yang tercapai selaku merayakan dengan membeli banyak manisan dan Galang sangat menyukai itu, apalagi Muti membelinya dari penjual yang enak.

Saat Galang masuk semua aneka manisan sudah Mutiara pajangkan di meja, Galang langsung memakannya, "Makasih Kak."

Mutiara menjawab dengan senyuman manisnya, terlepas dulu Galang pernah berseteru dengan Mutiara tapi ia tetap sama-sama saling sayang.

"Selamat buat kamu, Mama pasti makin bangga. Jangan lupa nanti pulang sekolah ke makam Mama," kata Mutiara.

"Iya, pasti."

Sambil memakan manisan tersebut Galang memperhatikan Kakaknya yang hampir sempurna itu, mengapa pula ia harus jatuh cinta pada Ray.

"Kenapa, Lang?" tanya Mutiara yang sedang sibuk dengan dokumennya, walaupun sibuk ia masih bisa liat menggunkan ekor matanya.

"Nggak," kata Galang.

Satu dokumen Mutiara berikan pada Galang. "Temen mu yang mirip Tapasya, kamu deket sama dia?"

"Iya." Jawab Galang. "Dokumen apa itu?" tanya Galang sambil memakan manisannya.

"Iya itu dokumen punya temanmu Sonya, dia semalam kirim pesan lewat e-mail pada kesiswaan untuk pengunduran diri dari kelas unggulan-"

"Khu-ek!" Galang langsung tersedak mendengarnya. Ia pun mengambil dokumen tersebut.

"Terus malam Kakak ngurusin surat-suratnya sebelum pembagian kelas jadi emang harus diurus secepetnya, dia bilang gantiin dia sama temen satu kelas yang namanya Desvilia," ucap Mutiara.

Hati Galang rasanya langsung hancur berkeping-keping saat membaca surat di dalam dokumen itu. "Itu dokumen tinggal dia tandatangi aja, kenapa ya Lang kira-kira padahal-"

Belum sempat ucapan Mutiara selesai Galang langsung pergi begitu saja membawa dokumen tersebut. "Galang, mau kemana?!" teriak Kakaknya.

Tujuan Galang adalah Desvilia, ia pasti memaksa Anya untuk mengundurkan diri dan menggantikannya, kebetulan sekali anak itu tengah berjalan ke arahnya.

"Lo Desvilia kan?" tanya Galang menahan emosinya.

Desvilia melihat pada Galang dan sepertinya ia tahu kenapa Galang menghampirinya. "Ikut gue," kata Galang.

Desvilia tanpa menjawab mengikitu langkah kaki Galang dan ia berhenti di belakang perpustakaan.

"Bilang sama gue apa maksud lo tuker sama Anya!" kata Galang.

"Gue nggak maksa." Jawab Desvilia.

Galang tersenyum kiri. "Oh ya? berarti dengan bodohnya Anya rela tukeran sama lo."

"Apa si, Lang." Kesal Desvilia.

"Jujur aja deh, pasti lo maksa dia buat tuker kan?" tanya Galang.

"Nggak!"

"Lo pikir gue nggak tahu lo sering mantau kita berdua dengan tatapan nggak suka? gue tahu tapi gue diem karena gue mau tahu sampai kapan lo mau natap gue sama Anya kaya gitu," ucap Galang membuat Desvilia terkejut jadi selama ini Galang mengetahuinya.

KALE [END]Where stories live. Discover now