- - m e s s y - -

4K 366 167
                                    


SENENG KAN?!!

- - m e s s y - -

Perempuan itu tersenyum ketika rambutnya diacak pelan, setelahnya tangannya sudah mendarat mulus menampar pipi laki-laki di hadapannya itu. Tidak kuat, tapi cukup untuk membuatnya meringis dan mendengus kesal.

"Sayang!" Tegurnya.

"Mual gila dengernya!" Perempuan itu mendengus, meski begitu ia kembali tertawa.

"Lo doang emang kalo dipanggil sayang malah ngasih reaksi jijik gitu, heran! Yang romantis dong sayang."

"Geli banget!"

"Kangen banget sama lo, Kein," akunya jujur, ia meletakkan gelas es kopi susu yang tinggal setengah itu ke meja.

"Diem daripada gue gampar, Do!"

Laki-laki yang biasa disapa Aldo itu justru tertawa mendengar seruan Kein. Perempuan yang galaknya tidak pernah berubah, tapi baiknya pun tidak bisa dihitung. Yang galak tapi bisa jadi manis sekaligus seperti Kein itu memiliki daya tarik sendiri. Aldo benar-benar merasa senang setiap kali menemui Kein di coffee shop milik Kakak perempuan itu.

"Gimana rame?"

Kein mengangguk. "Ya lumayan lah, cukup."

"Gue nggak dapet gratisan apa gitu?" Aldo menaik-turunkan alisnya.

"Pintu keluar terbuka lebar, Do!"

"Hahaha." Bahu Aldo terguncang karena tidak kuasa menahan tawanya. "Enggak sayangku, tenang, gue gini-gini cukuplah buat bisa nafkahin lo."

Tangan Kein refleks memukul Aldo, ia benar-benar tidak habis pikir. Dari SMA dulu sampai sekarang, Aldo masih sama, senang sekali bercanda. Kalau bukan Aldo, mungkin es kopi susu itu sudah ia siramkan. Entahlah, keduanya semakin dekat bahkan setelah bertahun-tahun berlalu. Kein memang tidak mudah membuka dirinya pada orang lain, tapi Aldo cukup ia beri ruang.

"Ngomong lagi cepet!" Kein menatap tajam Aldo yang masih saja tertawa, "Kadal!"

"Kalo lagi galak gini cantik banget sih," kata Aldo dengan cengirannya itu.

"Ya Allah pengen nampar!"

"Serius," Aldo memperhatikan Kein, mata keduanya bertemu, "Lo tuh cantik, selalu."

Kein tersenyum tipis. "Lo tau? Setiap ada orang yang bilang gue cantik, gue sampe nggak tau harus percaya atau enggak. Gue selalu mikir kalo itu cuma omong kosong,"

Jawaban itu membuat Aldo tertegun, ia tidak pernah menyangka kalau jawaban seperti itu yang justru terlontar dari mulut Kein. Setelah sekian lama, ternyata perempuan itu masih saja tidak percaya dengan pujian. Seolah semua hanya basa-basi, padahal jelas itu pujian yang benar-benar ingin ia sampaikan.

Sedangkan menurut Kein, tidak semua ucapan orang lain yang meninggikan kita itu benar begitu, terkadang justru merendahkan. Kein tidak mengatakan semuanya, tapi hampir sebagian memang seperti itu. Rasanya begitu sulit percaya orang lain memujinya disaat dirinya sedang ada di titik paling tidak percaya terhadap dirinya sendiri. Mencintai diri sendiri belum sepenuhnya bisa ia lakukan, meskipun begitu ia tetap menyayangi dirinya sendiri. Satu-satunya yang ia punya di setiap malam menuju pagi yang ia habiskan dengan menghadapi semua.

Messy (COMPLETE)Where stories live. Discover now