8. Yang Tertutupi

3.2K 294 40
                                    



- - m e s s y - -

Mobil mewah berwarna hitam itu berhenti tepat di sisi jalan rumah Kein. Deru mobilnya terdengar sampai beberapa meter jauhnya meski sudah tidak melaju. Ini pertama kalinya mobil itu mengantar Kein, karena biasanya Gale memilih membawa mobil berwarna silvernya.

Kein tersenyum ketika Gale memperhatikannya yang sedang melepaskan sabuk pengaman itu. "Jangan marah-marah lagi, ya," katanya dengan lembut.

Gale hanya berdehem pelan, ia belum mengizinkan Kein turun dari mobilnya. Matanya beralih pada tangan kiri Kein, benar saja, berarti gelang yang dipakai Nara dan ditunjukan padanya memanglah milik Kein. Meski menurut Kein, Gale tak peduli, namun, Gale selalu memperhatikan apapun yang berhubungan dengan Kein. Gelang itu, Gale yakin sebelum keduanya menjalin hubungan, sudah menemani Kein lebih dulu.

"Kenapa gelang Kein dikasih ke Nara?" Tanya Gale pada Kein.

Kein mengerti kenapa Gale menahannya untuk tidak langsung turun. Ternyata ada yang ingin cowok itu bahas. Melihat dari caranya berbicara, meski masih sama datarnya, setidaknya Kein tahu kalau Gale sedang dalam kondisi stabil secara emosional.

"Sebagai tanda pertemanan," jawab Kein dengan semangat.

Gale mengangkat sebelah alisnya. "Nyogok kamu?"

"Enggak lah," bantah Kein, mana mungkin ia melakukan itu. Ia benar-benar tulus menberikannya, Kein pun suka pada anak kecil. "Nara mau gelangnya, aku kasih pulpen unicorn ke ke Rocheska, nah yaudah gelangnya dikasih ke Nara."

"Itu gelang kesukaan kamu 'kan? Udah beberapa tahun nggak pernah kamu lepas."

"Kamu tau?"

Gale mengangguk singkat.

Kein tersipu, kapan lagi Gale mengetahui apa-apa saja yang melekat di dirinya. Memang gelang itu sudah ia pakai sejak SMP, menjadi kesukaannya selama ini. "Nggak apa-apa, buat Nara aja, ya meskipun nggak bagus banget. Aku bisanya ngasih itu."

"Itu gelang kesayangan kamu."

"Enggak ada gelang kesayangan, Le. Kalo gelang kesayangan, nanti kalo ilang, aku kehilangan. Kebetulan beberapa tahun aku pake aja, waktu itu dibeliin di bali," jelasnya dengan tersenyum. Jujur, Kein memang selalu merasa nyaman ketika menggunakan gelang itu. Hanya saja ketika Nara memintanya, entah kenapa ia merasa baik-baik saja saat melepaskan gelangnya.

Melihat ada kesempatan untuk membicarakan hal yang Kein sudah ingin katakan sejak tadi, ia menatap Gale yang hanya terdiam. Ya seperti itulah Gale, kalau tidak marah-marah, pasti hanya diam—selama apapun itu.

"Le," panggil Kein hati-hati.

"Hmm."

"Kalo di rumah, jangan marah-marah terus sama Nara, sama Rocheska juga." Melihat Gale yang masih diam dan tidak tersinggung atau marah, Kein melanjutkan ucapannya. "Mereka 'kan masih kecil, nggak baik buat psikologis mereka juga. Mereka sayang banget lho sama kamu. Gale kan biasanya marah ke Kein, yaudah ke Kein aja. Kalo ke mereka yang lembut, mereka adik kamu."

"Iya."

Kein terperangah, ia mengira Gale akan menyemprotnya atau bertindak kasar padanya. Ternyata tidak. Jawaban sesingkat itu lebih dari cukup untuk Kein. Sepertinya membiarkan Gale sendiri lebih dulu dalam waktu yang cukup bisa memperbaiki emosinya. Gale tidak ikut makan malam, ia mengurung diri. Ia keluar dan langsung mengajak Kein pulang tepat ketika Kein sedang membantu membereskan piring bekas makan.

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang