22. Kita Bicara

2.7K 266 44
                                    


- - m e s s y - -

Dengan hati-hati Kein membuka pintu itu, di dalam sana ada Gale yang terduduk di lantai. Tangannya mengapit sebatang rokok, sekelilingnya terasa sesak karena asap dari rokok itu. Namun, Gale sama sekali tidak terganggu, bahkan setelah berbatang-batang ia habiskan bersama kebisuannya.

Sedangkan Gale, ia tetap di tempatnya, tidak menunjukkan reaksi apapun. Tidak menoleh barang sedetikpun padahal ia tahu kalau seseorang masuk ke dalam kamar itu. Dihisapnya dengan kuat batang nikotin yang ada di sela-sela jarinya, ia tidak peduli siapapun yang ada di ambang pintu itu, pikirannya begitu kalut.

"Le," panggil Kein dengan lembut, mata sendunya menatap Gale yang sudah menoleh ke arahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Le," panggil Kein dengan lembut, mata sendunya menatap Gale yang sudah menoleh ke arahnya.

Meskipun sedikit terkejut dengan kedatangan Kein, namun Gale bersikap biasa saja. Segala ekspresi di dalam dirinya menguar entah kemana, hanya wajah datar cenderung kaku itulah yang tersisa. Matanya menyorot dingin pada mata sendu milik Kein.

Melihat Kein yang berjalan mendekatinya, Gale mematikan bara api dari batang nikotin itu. Ia lalu mengibaskan tangannya ke udara untuk menjauhkan asap rokok yang ada di sekitarnya. Beruntung balkon itu terbuka sehingga asap rokoknya tidak berlama-lama ada di dekatnya. Karena sejujurnya Gale tidak pernah bisa tenang merokok di hadapan Kein.

Kein duduk di sebelah Gale yang menyandarkan tubuhnya pada ranjang itu. Ia tersenyum ketika Gale menatapnya dingin. "Kamu kenapa?" Tanyanya kemudian.

Gale tidak memberikan respon apapun, ia tetap diam. Baginya pertanyaan itu tidak penting dan tidak perlu dijawab.

Tangan Kein menjulur untuk menjauhkan asbak yang sudah penuh itu. Di saat bersamaan, Gale menyingkirkan pemantik juga bungkusan rokoknya baik yang masih utuh maupun yang sudah kosong. Ia lalu melemparkan bungkusan kosong itu ke sudut ruangan dimana terletak tempat sampah mini itu berada.

"Tumben ngerokok gini," kata Kein mencoba mencairkan suasana. Meskipun sangatlah sulit mengajak makhluk satu ini berbicara di saat dia memilih diam. Dalam hatinya Kein merapalkan kesabaran untuk menghadapi Gale. "Ngerokok kamu kalo lagi kayak gini kuat banget sih, nanti malah kamu tambah stres."

"Hmm." Gale menanggapi.

Kein tetap tersenyum. "Kok nggak bales chat aku?"

"Males," jawab Gale dengan santai. Cowok itu tidak berniat untuk mengabari siapapun, baik Kein maupun orang tuanya. Namun Gale yakin kalau diantara ketiga sahabatnya itu, sudah pasti ada yang mengabari Mora kalau dirinya ada di apartemen Jege dari semalam. Dan Gale yakin kalau Kein pun tahu keberadaannya pastilah dari salah satu sahabatnya itu.

"Kalo ada apa-apa, cerita ke aku, Le. Dari dulu kita bareng-bareng juga untuk saling berbagi 'kan?"

Gale menoleh ke arah Kein yang duduk di sebelahnya, ia lalu menggenggam tangan Kein dengan erat.

Messy (COMPLETE)Where stories live. Discover now