"Gue ga akan biarin lo bahagia. Lo harus rasain apa yang gue rasain." Ucapnya berlalu. Aku yang sedari tadi menahan emosi hanya bisa mengepal tanganku.

Prilly Prov

Ku lihat Al berdiri sambil berbisik kepada Ali.

Raut wajah Ali yang berubah drastis dari senang menjadi kesal membuatku bertanya-tanya. Apa yang dikatakan Al hingga Ali kesal dan mengepal tangannya.

"Honey." Ucapku menarik ujung bajunya, namun Ali masih asik dengan kekesalannya hingga tak menyadari aku memanggilnya.

"Ali heyy honey." Ucapku sedikit keras.

"Hhmmm." Sahutnya sambil duduk disebelahku.

"Kamu kenapa ? Kok kaya orang marah?" Tanyaku memandangnya.

"Ga." Sahutnya tanpa melihatku.

"Honey boong ahhh." Sahutku manja.

"Ga ya ga! Apaan sih. Udah deh ga usah manja." Sepertinya Ali memang sangat emosi. Aku mencoba menahan airmataku karena aku tak ingin terlihat lemah lagi.

"Ya udah kalo kamu ga mau cerita sekarang ga papa. Aku balik ke kamar ya. Sebentar lagi kan pulang." Ucapku tapi Ali hanya bungkam.

Aku melangkahkan kakiku perlahan. Berharap Ali menahanku. Tapi nihil !

Aku memasuki ruanganku. Duduk di atas bangsal menutup wajahku dengan tangan, ku rasa sesegukkan ku dapat terdengar hingga ke pintu. Baru tadi malam kertas putihku berwarna pelangi tapi kenapa sekarang sudah kusam lagi.

Tiba-tiba ponselku berdering. Tertera nama mama menelponku.

"Hallo ma. Ass." Ucapku mencoba menahan tangis agar mama tidak curiga.

"Ws. Sayang. Bentar lagi mama jemput kalian ya." Ucap mama.

"Iya ma." Jawabku malas. Lalu ku matikan telponku bahkan tanpa salam. Aku benar-benar tidak enak hati dan sekujur tubuhku terasa lemas apabila Ali marah. Aku berbaring dan menyelimuti seluruh tubuhku. Ku dengar ada yang bergerak ke arahku.

"Sayang,maafin aku. Aku ga maksud bentak kamu. Tapi aku kesal kamu kaya gitu sama Al. Terus dia juga bilang bakal rusak kebahagiaan aku. Dia bilang bakal balas aku. Kayanya aku kenal sama dia deh. Tapi aku ga tau siapa sayang. Maafin aku ya. Selamat istirahat Illyku. Jangan tinggalin aku. Ali love Illy." Ucapnya lirih kemudian mencium kepalaku dari luar selimut. Aku hanya diam menahan airmataku agar dia tidak tau kalau aku tidak tidur.
Maafin aku juga Li. Aku sayang kamu. Aku ga bakal kemana-mana aku ga bakal ladenin Al. Aku juga ga mau kehilangan kamu. Batinku.

-SKIP-

Sekarang sudah jam 11 siang. Mamaku dan mama resi yang sudah selesai membereskan pakaian dan papa yang sudah selesai bayar administrasi, aku dan alipun sudah berganti pakaian dengan wajah yang masing-masing ditekuk.

"Lo kok anak mama pada cemberut. Ga mau dipisahin ya, emmm keenakan satu kamar sih." Ledek mama resi menggoda kami namun tak dapat tanggapan dari ali dan aku hanya tersenyum.

"Yaudah pulang yuk." Ajak papa syarief.

Kami berjalan menuju parkiran tanpa ada kata yang terselip dibalik kebersamaan aku dan ali.

"Ya udah kami pulang dulu ya. Kalian hati-hati." Ujar mamaku.

"Iya kalian juga ya. Ali pamit dulu." Jawab mama resi.

"Ali pulang ma pa." Pamitnya mencium punggung tangan mama dan papaku. Aku pun melakukan sebaliknya.

Saat mata kami saling bertemu ali masih bungkam. Akupun berlalu bergegas menuju mobil papa meninggalkan mereka.

Jalan Pulang CintaWhere stories live. Discover now