Kale berdecih saat melihat Galang mengusap rambut Anya seraya memandang lekat mata Anya. Tangan kiri Kale mengapal sedangkan yang kanan ia gunakan untuk memakan es doger. Mang Dadung jadi merasa bingung, Kale datang bersamaan dengan datangnya Anya dan Galang.

"Siapa dia, Mang?" tanya Kale penasaran.

Mang Dudung melihat kemana arah mata Kale. "Anya bilang temennya, Le."

"Oh." Jawab Kale datar. Mang Dadung mengetahui dari raut wajah Kale anak ini tengah cemburu.

"Nikah aja sama kambing, Anya mau sekolah dulu." Balas Anya pada ajakan Galang tadi.

Galang merubah posisi duduknya menjadi menghadap pada Anya. "Gimana kalau jawaban lo tadi itu bener, Nya."

"Yang mana?" tanya Anya dengan wajah polos.

Tangan Galang membentuk love. "Cinta."

"Nggak." Balas Anya.

"Kenapa nggak?" tanya Galang.

"Ya karena Anya kurang yakin," kata Anya.

Galang tersenyum simpul. "Di dunia ini nggak ada yang cuma-cuma, termasuk energi yang gue keluarin buat lo itu artinya tanda cinta dari gue ke lo."

"Salah satu alasan wanita nolak cowo itu karena laki-lakinya terlalu cepat mengungkapkan apa yang dia rasa, wajar si kalau takut ketikung atau takut ngerasa ngegantungin cewek, tapi make sense-nya wanita akan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang disukai laki-laki itu padahal baru kenal dan belum lihat sisi gelap dari kami, bagaiaman jika nanti ketika tahu sisi gelap itu kalian kabur?" tanya Anya.

"Penganggum rahasia itu nggak cuma di dunia haluan, tapi real life Anya. Mereka bakalan cari tahu semua tentang cewek yang disukainya termasuk sisi gelanyanya juga, udah itu baru mengungkapnya, apa itu terbilang cukup cepet ya? memang ada yang seperti lo bilang, tapi inget itu nggak semua." Balas Galang.

"Jadi Galang itu-"

"Sana lagi yuk, gue haus!" seka Galang sambil berdiri.

Belum selesai Anya berbicara sudah dipotong. "Aishhh."

"Sini gue bantu," kata Galang sambil memberikan tangannya pada Anya.

Anya menerima tarikan tangan Galang tapi ia tiba-tiba ia hilang keseimbangan dan akhirnya menambrak dada bidang milik Galang. Mereka akhirnya bertatapan.

Bruk....

Tanpa sadar Kale menggebrak meja Mang Dadung karena kesal melihat kedua orang di seberang sana begitu dekat.

Anya dan Galang kembali ke warung Mang Dadung dan langsung tertugun saat melihat ada Kale yang sedang memasang wajah dingin menahan kesal. Ini kali pertama Galang bisa melihat Kale sedekat ini, biasanya Galang melihat Kale dari jauh, benar kata Sifa Kale adalah saingan yang sulit dikalahkan bila dalam segi wajah.

Kale menatap Galang sangat tidak bersahabat, sedangkan Galang biasa saja. "Galang ini Kale yang aku maksud," ucap Anya berniat mencairkan suasana.

"Lo ngomongin gue?!" bentak Kale membuat mata Anya tertutup.

"Ngomongin hal baiknya." Tandas Galang. "Gue Galang," ucap Galang memperkenalkan diri dengan menyodorkan tangannya.

Bukan menerima tangan Galang Kale malah memperhatikan Anya, Anya menurunkan tangan Galang. "Duduk dulu yuk." Ajak Anya pada kedua laki-laki itu.

Anya di tengah Galang di kiri dan Kale di sebelah kanan. Hawanya terasa sangat panas terkhusus untuk Kale.

Mang Dadung kembali memberikan es Doger secara cuma-cuma untuk mencairkan suasana.

KALE [END]Where stories live. Discover now