Ungkap Rasa

471 37 0
                                        


"Dari pada ngliatin hp itu mending ngliat yang punya hp"

Tubuh Cika mendadak kaku. Suara itu? Suara seseorang yang tiap detik melintas di otaknya. Suara yang satu tahun lebih tak didengarnya. Apa sebesar inikah rindunya hingga dirinya berhalu terlalu tinggi? Berharap sang pemilik suara itu benar-benar hadir di tempat ini?

"Yakin nih ngga mau ngliat, ganteng loh orangnya"

Suara yang masih sama. Dengan penuh keyakinan Cika mendongakkan kepalanya. Boleh nggak jantungnya berhenti saat ini juga? Suara itu benar-benar berasal dari orang itu. Orang yang dengan teganya meninggalkan Cika saat sayang-sayangnya. Orang dengan tatapan mata yang tajam namun meneduhkan. Orang yang berhasil memporak-porandakan hati Cika. Siapa lagi kalau bukan Daveed Marga Saputra. Pria tampan berjuta pesona berjuta cara tuk membuat senyum Cika terbit diwajah cantiknya.

Cika menepuk pipinya dengan keras. Sakit, bukan mimpikah? Masih dalam lamunannya tubuh Cika terhempas ke dada pria itu.

"Jangan banyak mikir, nanti keburu gue pergi lagi" ucap Dave lembut tepat di telinga Cika.

Terkejut? Senang? Atau sedih? Ah Cika rasanya campur aduk. Tak sanggup memang tapi Cika harus melepaskan pelukan itu.

Dave yang mengetahui respon Cika hanya dapat menaikkan sebelah alisnya.

"Jangan datang jika akhirnya lo akan pergi lagi" ucap Cika seraya menahan sesak di dadanya.

Dave terdiam menunggu kelanjutan ucapan Cika.

"Jangan pernah deketin gue kalo ada cewek lain di hati lo. Gue sadar diri kok, gue ngga pantes buat lo, lo terlalu sempurna."

Cika terdiam.

"Maksud kamu?" Dave tak mengerti ucapan Cika kali ini. Hanya Cika yang ada di hatinya, hanya Cika yang dia mau, jika pun Cika memiliki kekurangan maka Dave bersedia menutupinya.

"Jangan pura-pura ngga tau. Lo ngga perlu bohong. Gue tau kok lo ada hubungan sama model Amerika. Terus ngapain lo dateng ke sini?" Cika tak sanggup membendung tangisnya. Bodo amat dandanannya rusak.

Bukannya menjawab atau memberi alasan Dave malah tertawa.

"Lucu banget sih kalo lagi cemburu, kan tambah cinta" ucap Dave masih dengan kekehannya.

Dave mendekat ke arah Cika, Cika mundur. Hingga akhirnya Dave tak tahan dengan kelakuan Cika. Dave menarik tangan Cika dan mengunci tubuh Cika dipelukannya. Ponsel Dave beserta suratnya telah jatuh menemui lantai. Cika berusaha memberontak namun Dave semakin mengeratkan pelukannya.

"Dengerin gue" ucap Dave

Cika masih memberontak.

"Dengerin gue Cika Karmelia" Akhirnya Cika berhenti memberontak mendengar suara Dave yang meninggi. Dave melepaskan pelukannya dan mengangkat dagu Cika dengan tangannya agar Cika dapat melihat keseriusan di wajahnya.

"Malam ini, detik ini, atas nama kejujuran aku mengungkapkan rasa yang selama ini aku pendam. I Love You Cika Karmelia" Ucap Dave seraya menatap manik mata Cika.

Cika terdiam. Dirinya mencari kebohongan di wajah Dave namun nihil. Hanya ada kejujuran di matanya.

Dave menatap Cika lekat.

Cika menggeleng.

"Lo ngga boleh nyakitin cewek, cukup gue aja" ucap Cika lirih.

"Emma? Dia itu sepupu gue. Foto yang di ig? Itu tuh cuman akal-akalan dia yang ngga mau dideketin cowok-cowok disana. Awalnya gue nolak tapi dia selalu maksa gue. Percaya?" jelas Dave masih menatap Cika.

Cika tak menjawab.

"Kenapa gue pergi ke Amerika? Karena Riri sakit dan harus dipindahkan ke sana. Kenapa gue ngga hubungin lo? gue yakin lo tau kalo gue bukan tipe orang yang suka menghafal."

Cika masih terdiam, menganalis ucapan Dave. Barang kali hanya akal-akalan Dave.

Dave menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Gue sayang sama lo, bahkan gue cinta sama lo, apa perlu gue nikahin lo saat ini juga?" Dave mengacak rambutnya prustasi karena tak mendapat jawaban dari Cika.

Cika terkejut akan kalimat terakhir Dave. Jika Cika mengiyakan, apa Dave benar-benar akan melakukannya?

"Gue harus gimana lagi? Gue ninggalin acara keluarga yang sedang dilakukan di Amerika cuman demi dateng ke acara ini, melihat lo dengan cantiknya menggunakan kebaya dan gue sangat yakin gue akan disambut dengan senyuman lo tapi nyatanya?" Kepercayaan diri Dave mulai hilang. Rasanya percuma dia mengungkapkan rasanya. Harusnya dia tetap menutup mulutnya.

Cika kembali meneteskan air mata. Munafik jika Cika tak mengharapkan momen Dave mengungkapkan rasanya. Dan saat momen itu tiba, kenapa Cika sangat susah untuk sekedar menjawab YA?

"Jaga diri lo baik-baik, gue pergi" Dave membalikkan tubuhnya

Baru saja satu langkah, gadis yang sangat dicintianya itu dengan berani memeluknya dari belakang. Air matanya kembali runtuh.

"Jangan pergi" ucap Cika memohon

Dave berbalik dan segera balas memeluk Cika.

"Jadi Gimana?" ucap Dave yang masih memeluk Cika.

"Gimana apanya?"

"Bersediakah kau menemani masa depanku wahai Cika Karmelia?" ucap Dave

Cika mengangguk dipelukan Dave.

"Beneran?" Dave menatap Cika.

Cika mengangguk, "Saya bersedia menemanimu Daveed Marga Saputra"

Mereka berdua saling melempar senyum termanis.

"CIKA" seru seseorang dari pintu aula.

Diam Tak Bisu (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant