He said goodbye to his best friend

680 83 2
                                    

Lelaki itu melangkah masuk ke dalam kamar sahabatnya, membawa kotak pink yang cukup besar. Sebelum masuk, ia menahan diri di hadapan pintu dengan perasaan yang teraduk. Ia menghela nafas kemudian membuka knop pintu dengan senyuman manisnya.

Pintu terbuka, yang Doyoung lihat pertama kali adalah Johnny yang bermain handphone nya dan Yuta yang bermain PSP nya. Doyoung tersenyum tipis melihat kebiasaan kedua sahabatnya itu.

Tanpa menyapa, Doyoung duduk di pinggiran kasur seperti biasa. Bibirnya tetap terangkat dan memandang kedua teman nya penuh kasih. Doyoung berusaha kuat hari ini.

Johnny melirik Doyoung yang aura nya terlihat berbeda hari ini. "Lo ngapa, Doy?"

Doyoung menggeleng pelan. "Kalau gue ada salah, gue minta maaf ya, sebesar-sebesar nya." ucapnya.

Yuta menoleh dan meletakan PSP nya karena dari suara Doyoung, ia bisa mengetahui kalau sahabatnya sedang tidak baik-baik saja. "Lo lagi ada masalah?"

"Iya, masalah gue itu kalian."

Johnny dan Yuta saling pandang beberapa menit. Kemudian mereka duduk berdekatan dengan Doyoung. Johnny yang disebelah Doyoung dan Yuta yang menarim kursi belajarnya untuk berhadapan dengan Doyoung.

"Lo mau cerita?" tanya Johnny.

"Gue minta maaf." ucap Doyoung, ia menunduk karena tidak berani menatap sahabatnya. "Mungkin beberapa kali gue bikin lo berdua kesel. Maaf karena ucapan gue, lo berdua mungkin ngerasa sakit hati atau-"

"Ngga, Doy. Semua yang lo omongin, pasti ada benernya buat kita. Kita udah kenal lo gak seminggu, sebulan atau setahun. Gue ngerti maksud lo." ucap Johnny terdengar serius.

Doyoung tersenyum. "Kalau gitu, gue minta maaf."

"Maaf apa lagi?"

"Gue nyerah." jawabnya dengan pandangan lurud. "Kayaknya, gue harus minta penjelasan ke orang tua gue kenapa dia harus numpahin beban ke gue sendirian."

Johnny terdiam, berusaha untuk mengerti maksud dari ucapan Doyoung. Yuta sendiri sudah menatap Doyoung sedari tadi, matanya berusaha untuk mencari tau maksud dari ucapan Doyoung.

"Doy-" Yuta membulat mata nya lebar. "Lo gak ngelukain diri lo sendiri kan?" tanyanya.

Doyoung terkekeh pelan. "Gue lebih suka mati tanpa ngerasain sakitnya." ucapnya asal.

"Doyoung, ngomongnya."

"Serius. Gue nyerah, gue capek nunggu d panggil-"

"Doy, kita bisa bantu lo kok apapun itu. Lo cerita aja masalah nya apa. Jujur, ngebantu ngurus kerjaan lo lebih enak dibanding ngebantu ngurus pemakaman lo." ucap Johnny dengan tegas dan menatap Doyoung teduh. Yuta memasang wajah khawatir, ia tidak tau apa yang harus ia lalukan.

"Lo mau tau sesuatu?"

Penawaran Doyoung di angguki kedua teman nya. Dengan sabar Doyoung menceritakan masalah orang tua nya dengan orang tua Anggu. Baru kali ini Doyoung lebih terbuka, segala nya ia ceritakan tanpa terkecuali termasuk cinta nya dengan Anggi yang membuat kedua teman nya terkejut dan merasa bersalah.

Lalu, Doyoung juga mengatakan penawaran nya untuk Nyonya El. Ia ingin membantu Anggi dengan alasan ingin meminta penjelasan ke kedua orang tua nya, kekehan Doyoung membuat Yuta dan Johnny kalau ini adalah alasan semata. Yuta dan Johnny yang mendengar semua itu benar-benar tau kalau Doyoung membantu Anggi hidup lebih lama karena penyesalan Doyoung kemarin-kemarin.

Yuta mengepalkan tangan nya. Sebab, ia merasa ucapan-ucapan nya ke Doyoung tentang Anggi terbalas. Ya, Doyoung kena karma dan takut akan kehilangan Anggi. Yuta mengacak rambutnya kesal dan membuat Doyoung Johnny menatapnya heran.

"Gue minta maaf, Doyoung!" ucap Yuta dengan wajah yang memerah. "Ucapan gue yang nyumpahin lo nyesel sama Anggi. Ucapan gue tentang Anggi di depan lo, gue minta maaf." lanjutnya dengan keras. Yuta menunduk di hadapan Doyoung dan mengepal erat tangan nya.

"Gue juga, Doy." Doyoung langsung menoleh ke Johnny. "Mungkin gue belum jadi temen yang selalu ada buat lo. Gue bener-bener ngerasa-"

"Sumpah, lo berdua kenapa minta maaf sih?" Doyoung tertawa kecil tetapi kemudian ia terdiam melihat kedua teman nya yang memandang nya lesu. Ia tersenyum tipis dan memberi satu jitakan ke kedua teman nya.

Johnny dan Yuta mengeluh, mereka berusaha untuk memberi Doyoung jitakan juga, tetapi Doyoung keburu menghindar dan tertawa keras.

"Sialan lo, Doy." ucap Yuta yang mengusap kepala nya.

"Biar otak lo jalan." ujar Doyoung.

Johnny kembali menghela nafas. "Doy," panggilnya. "Jangan punya yang lo ya, kita cariin yang lain." tawar Johnny dan Doyoung menggeleng pelan. Ia menolak tawarsn sahabatnya.

"Lo tau?" tanya Doyoung yang menatap dalam kedua teman nya. "Ketemu lo berdua itu udah kaya keajaiban. Kayanya, kalau gue gak ketemu lo berdua, mungkin gue gak bakal ada disini sekarang." ucap Doyoung di lanjuti kekehan nya.

Johnny dan Yuta menatap Doyoung dengan tatapan sedih. Doyoung terlihat sangat senang dan bercahaya. Senyuman nya tidak meluntur dan berusaha memancarkan kebahagiaan untuk Johnny dan Yuta. Namun nihil, tidak ada seorang sahabat yang rela melihat sahabatnya pergi.

Doyoung menghembuskan nafas. Ia terlalu bingung untuk menjelaskan hal ini kepada kedua teman nya. Doyoung juga tidak ingin meninggalkan kedua teman nya.

"Gue yakin, nanti kita bakal ketemu lagi." ucap Doyoung. "Kalau ada kehidupan selanjutnya, gue pastiin kalian tetep jadi temen gue. Atau di surga nanti, gue bakal nunggu kalian." lanjutnya.

Johnny memalingkan wajahnya. Mata nya terlihat berkaca-kaca, ia tidak mampu mendengar Doyoung mengucapkan kata selamat tinggal-nya.

"Lo berdua harus jadi orang yang baik, orang yang berguna, orang yang jujur, orang yang bisa bikin orang lain bahagia." Doyoung mengusap matanya. "Duh kelilipan."

"Bodoh, disini gak ada debu." ucap Yuta dengan kekehan nya, tidak sadar kalau air mata nya sudah menetes tanpa ia sembunyikan.

Johnny ikut terkekeh dan mulai kembali menatap Doyoung. Ia membiarkan kedua teman nya juga melihat pipi nya yang mulai membasah. Tanpa ia usap sedikitpun.

"Gue- gak tau kenapa. Tapi jujur, gue sayang banget sama kalian." ucap Doyoung, ia menunduk membiarkan air mata nya menetes langsung ke bawah.

"Tai lo, Doy."

"Gue yakin lo berdua bakal sukses, mungkin gak dalam waktu dekat, tapi gue yakin lo berdua bakal bahagia suatu saat nanti." ucap Doyoung dengan penuh keyakinan nya.

"Gue gak bakal lupain lo, Doy."

Doyoung tersenyum mendengar hal itu. Tangan nya meraih kotak pink yang ia bawa dan mengusap lembut kotak tersebut. Dengan ragu, ia memberikan kotak itu ke Yuta dan Johnny. "Buat Anggi, kalau dia bangun."

Yuta berdecak. "Kali ini gue sebel sama Anggi, kenapa dia yang dapat hadiah sementara gue ngga?" tanyanya.

Doyoung menggeleng melihat tingkah teman nya. "Kasih tau kalau gue juga sayang dia." Johnny menerima dan mengangguk.

Doyoung menghela nafas sebelum ia berdiri. Jadwal hari ini adalah tes kesehatan, memastikan dirinya pantas memyerahkan seluruh organ nya ke orang yang membutuhkan. Ya, walaupun niat sebenarnya hanya untuk Anggi, tapi ia aka sangat bahagia jika orang lain menerina nya.

"Yuta," panggil Doyoung ketika Yuta berdiri. "Lo dengan rambut gondrong lo itu ganteng. Tapi bakal lebih ganteng kalau rambut lo lebih rapih."

"Gue bakal cukur rambut demi lo." ucap Yuta.

"Johnny," Johnny menoleh. "Jangan sering nyia-nyiain pekerjaan ya." Johnny mengangguk.

"Kalau gitu, gue pamit ya? Makasih buat semuanya."

7 days -DoyoungWhere stories live. Discover now