Being at the college together

646 85 2
                                    

[Anggi]
Gue sakit. Bawa gue ke rumah sakit.

*****

Haechan melihat perempuan yang berbaring lemas di ranjang rumah sakit. Dengan mata tertutup, Anggi terlihat sangat tenang. Ya, sebelumnya Anggi berteriak kesakitan. Ia memukul dada nya berkali-kali.

Hal itu membuat Haechan teringat dimana kejadian Mark mengenal Anggi dan Anggi yang merasakan sakit yang sangat dalam.

Flashback on

"Doyoung, ini buat kamu." Anggi memberikan kotak berwarna pink dengan pita yang menghias di atasnya. "Selamat hari valentine!"

Doyoung menatap tajam benda itu dan memutar bola matanya. "Lo ngabisin duit cuma buat kaya gini doang?" tanyanya sarkas.

Anggi mengangguk polos dan tersenyum lebar. "Ini ada coklat, aku juga kasih kamu parfum-"

ucapan nya terpotong ketika Doyoung mengambil paksa kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah. Dihadapan Anggi.

Anggi terkejut setengah mati. Orang-orang yang berlalu lalang sontak memperhatikan dua sejoli yang sepertinya akan mengundang banyak gumaman.

"Gue udah bilang, Anggi. Gue gak suka sama lo. Harus pakai cara apa sih biar lo berhenti?" Wajah kesal Doyoung membuat Anggi sedikit takut.

Anggi mendekatkan tubuhnya dan mencoba meraih tangan Doyoung. Tapi, Doyoung berusaha untuk menepisnya. Ia menepis kasar sampai Anggi merasakan ngilu ditangan nya.

"Doyoung-"

"Apa?! Lo berharap gue suka sama lo? Gak! Gue ngasih tau ke lo dari sekarang, gue gak suka sama lo. Daripada lo nyakitin diri sendiri, mending dari sekarang lo mundur."

Anggi menggeleng. "Aku pernah denger kamu sayang sama aku."

"Halu?" ucap nada tinggi Doyoung.

Anggi terlihat mundur dari tubuh Doyoung. Tiba-tiba dada nya terasa sakit dan kepalanya pening. Ia berusaha menahan semua itu dan menatap Doyoung untuk minta pertolong.

Tapi mungkin, sia-sia.

"Doy-"

"Lo mau tau? Lo itu kaya anak kecil, lo terlalu lama di manja sama kedua orang tua." jelas Doyoung.

"Dan satu lagi, gue gak akan pernah suka sama lo. Lo harus taro kata itu tepat di kepala lo Anggi!" tanpa menginginkan jawaban Anggi, Doyoung pergi melesat dan sengaja menabrak pundak Anggi.

Anggi hampir terjatuh tapi untung nya tertahan oleh tembok. Ia memegang dadanya, sangat sakit. Melihat banyak orang yang hanya memperhatikan nya, Anggi berusaha untuk lari dari tempat ini.

Berusaha meredakan sakit ini.

*****

"Mark, lo liat Anggi gak?"

Mark mengangkat sebelah alisnya. "Anggi yang mana?"

Haechan berdecak. "Sahabat gue. Bukan salah satu cewek yang follow instagram lo."

Mark tertawa kecil. "Berarti gue gak kenal."

Haechan berusaha mencari Anggi kemanapun, ia mengelilingi kampus dan ruang kesehatan, bahkan Mark membantunya mencari di kamar mandi atau taman. Tidak ada hasilnya.

Kemudian, Haechan baru menyadari suatu hal. Ia mengajak Mark untuk ikut dengan nya karena yakin Anggi ada di tempat itu.

Semakin lama, langkah kaki Haechan dan Mark cepat seperti orang yang berlari. Mereka mendengar ada erangan orang kesakitan serta tangisan dari ruang tersebut. Haechan hapal kalau itu suara Anggi.

Pandangan nya terpaku ketika melihat sahabatnya yang memekul keras dadanya dan mengeluarkan cairan darah dari mulutnya. Kepalanya bersender di dinding dan berusaha bernafas.

Haechan telat.

"ANGGI!" Tindakan Anggi seperti ingin melakukan percobaan bunuh diri.

Tangan Haechan menarik tangan Anggi untuk ia genggam. Mark berusaha untuk menelpon ambulan karena darah yang Anggi keluarkan sangat banyak.

"Lepas!" keluh Anggi.

"Berhenti ngelukain diri sendiri, Anggi!" Bentakan Haechan membuat Anggi terbatuk dan kembali mengeluarkan darah segar.

Sebelum Anggi melakukan hal yang sama seperti tadi, Haechan buru-buru memeluknya.

"Jangan, Anggi. Gue mohon. Jangan ngelakuin hal itu. Apapun yang lagi lo rasain, tolong jangan sendiri. Ajak gue."

*****

"Sahabat lo cantik, dia sakit apa?" tanya Mark.

"Fibrosis paru. Tau?" jawab Haechan pelan sambil menunggu dokter keluar.

Mark mengangguk. "Gue pacarin boleh?"

Ucapan Mark membuat Haechan menatap tajam. "Gak."

"Ayolah? Gue bakal putusin semua cewek gue dan fokus ke Anggi kalau lo ngizinin." permohonan Mark yang terlihat membanggakan ketampanan dirinya.

Haechan menghela nafas. "Terserah, kalau bisa berarti lo keren."

Dan jawaban Haechan membuat Mark tersenyum lebar. Sepertinya ada yang harus ia perjuangkan.

Flashback off

Haechan menghela nafas. Mengingat hal itu membuat ia begitu kesal jika berhadapan dengan Doyoung. Tapi karena Anggi, Haechan menepis rasa kesal itu.

Jika kebahagiaan Anggi ada pada Doyoung, maka Haechan bisa apa selain mendukung?

7 days -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang