🐣Kemarahan🐣

30.7K 2.3K 179
                                    

Sinar cahaya matahari yang menerobos masuk kedalam celah hordeng yang memang sedikit tersingkap membuat pasien yang kini tengah berusaha membuka mata terganggu. Perlahan ia bisa membuka kedua matanya dan langsung disuguhi oleh tembok putih, alena juga disambut harum obat-obatan khas rumah sakit.

Kedua tangannya bertumpu untuk menahan tubuhnya agar tidak oleng kala dirinya berusaha untuk duduk, kepalanya teramat pusing ditambah perutnya yang melilit seperti ingin mengeluarkan seluruh isi didalamnya. Matanya berkeliaran mencari seseorang yang dapat membantunya untuk sampai kekamar mandi.

Tak ada satu orang pun yang berada didalam kamar rawatnya, tidak lagi bisa menahan rasa mual yang terus menerus menyerangnya alena berusaha untuk turun dari ranjang rumah sakit. Berjalan dengan tertatih untuk sampai dikamar mandi yang berada dikamar inapnya.

Dua langkah lagi ia sampai dipintu kamar mandi tapi sepertinya tubuh serta energinya tak mendukung keinginanya, alena memuntahkan cairan yang berisi ludah kelantai, tubuhnya meluruh tak kuat menahan beban badannya. Ia terus saja berusaha untuk mengeluarkan isi perutnya agar tak lagi merasa mual.

Bukan kah ia baru saja sadar, dan semalaman penuh dirinya pingsan tapi kenapa perutnya terus saja melilit dan seakan-akan memerintahkan dirinya untuk mengeluarkan isi yang berada dilambungnya. Pekikan terkejut dari arah pintu yang baru saja dibuka membuat alena mendongakan kepalanya, menatap siapa kah yang masuk kedalam ruang inapnya.

"Anya... Hiks... Hiks.. Mmm-muuu-mual" adunya dengan sebulir air mata menetes membasahi pipi tirusnya.

Anya segera memeluk tubuh alena yang kini tak berdaya, ia mengusap pelan punggung alena guna memberikan kekuatan untuk perempuan dipelukannya ini.

"Mual nyaaaa'..." rengeknya persis seperti anak kecil yang memaksa ingin makan permen.

"Huek... Huek.." lagi alena memuntahkan cairan yang terkandung ludanya ketangan anya.

"Tangan lo kotor" ujar alena menatap sahabatnya bersalah karna sudah mengotori tangan anya.

Kepala anya menggeleng lalu tangan yang terkena muntahan alena ia bersihkan dengan tisu. "Gapapa, sekarang lo bangun gue bantuin" alena menggeleng tubuhnya lemah dan tak kuat untuk sekedar bangun.

Paham dengan situasi alena yang tidak memungkinkan untuk berdiri sendiri walaupun sudah dibantu oleh anya, tubuh perempuan itu tak kuat untuk menahan bobotnya sendiri.

"Lo tunggu sini gue panggilin azam dulu" ucap anya dan diangguki lemah oleh alena.

Energinya benar-benar terkuras habis dan rasanya ia ingin tidur saja dan tak bangun-bangun lagi. Mati dongs, setelah anya memanggil azam, laki-laki dengan pakaian santainya itu berjalan menghampiri alena. Menyelipkan lengan kanannya disela-sela kaki alena sedangkan tangan kirinya menyelip disela-sela lehernya.

Tanpa sepatah kata apapun azam membawa alena kembali keranjang rumah sakit bahkan pria itu membenarkan letak selimut yang berada dibawah kaki alena.

"Gimana? Masih mual?" tanya azam dan alena mengangguk lemah. Rasa mualnya tak kunjung mereda walaupun sudah ia keluarkan dan hanya berisi ludah.

Azam menarik tangan kanan alena lalu menyelipkan obat kedalam tangan tersebut, alena menatap bingung dengan tingkah azam. "Buat apa?" tanya alena sambil memperhatikan obat yang diberikan azam.

"Minum, biar mualnya berkurang"

"Emang ini obat apa?" tanya alena, ia tak akan begitu saja meminum obat yang asal-usulnya saja dirinya tak tau.

Selama ini azam salah menilai gadis bar-bar didepannya, ia kira gadis itu hanya terlihat seram jika miliknya diganggu tapi mengapa sekarang terlihat sangat menyebalkan.

Bad girl and baby twinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang