🌼🌼🌼🌼

Dilain ruangan, tepatnya di dalam kamar Lea. Ada Anita dan Sarah yang menemani remaja perempuan sedang menangis sembari menutup diri menggunakan selimut tebal.

"Kenapa sayang? Ayo cerita sama bunda." Lembut Sarah setelah keadaan lebih kondusif.

Sarah sesekali mengelus surai hitam panjang anaknya yang lurus alami. Dirinya memberi kekuatan dengan mengelus punggung dan menggenggam tangan Lea.

"Kalau Lea diam saja, bunda jadi sedih sayang." Sarah yang tak kuasa pun menangis.

Lea tak tega melihat sang bunda menangis. Dirinya juga tak tega melihat tante Anita yang baik lemah lembut walaupun anaknya brengsek.

"Bunda tidak marah sayang. Apapun yang terjadi bunda ada di pihak Lea." Ucap Sarah.

"Bun-da.." sesegukan Lea.

Dua orang paruh baya masih setia menunggu cerita Lea.

"Lea gak tahu Bun. Tengah malam, Lea haus terus mau pergi ke kamar bunda." Akhirnya Lea buka suara.

"Lalu?" Tanya Sarah lembut sembari menghapus air matanya.

"Lea nggak sengaja ketemu Langit di depan pintu kamarnya sebelum Lea ke kamar bunda. Dia seperti kepanasan dan butuh pertolongan. Akhirnya Lea menyapa Langit." Lea menghapus air matanya.

"Tapi Langit langsung mencium Lea. Lea sudah memberontak tapi.. ." Tangis Lea pun pecah.

Sarah dan Anita tak kuat menahan tangis setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lea. Bagaimana nasib gadis cantik ini? Masa depannya telah hancur.

Anita memeluk Lea sambil berkata. "Atas nama Langit, tante minta maaf. Minta maaf sebesar-besarnya sama kamu sayang. Maafkan anak tante."

🌼🌼🌼🌼

Keheningan dalam kamar Lionel terasa mencekam, terlebih dua pria paruh baya sedang berfikir dan menahan amarah mereka.

"Jelaskan apa yang terjadi!" Tegas Lionel.

Langit akhirnya menceritakan semua yang terjadi padanya kemarin malam dengan jujur kecuali pergulatan cinta panas dirinya dengan Lea.

"Om nggak percaya!" Tatapan tajam bak pedang menghunus pada Langit oleh Nugraha.

"Saya tahu, om dan papi pasti tidak percaya apa yang Langit katakan. Saya janji akan berikan bukti bahwa saya tidak bersalah." Tenang Langit.

"Saya tidak mabuk. Saya diberi obat perangsang. Itu tebakan saya." Jelasnya.

"Buktikan! Omongan tanpa bukti itu hanya biakan saja." Tekan Nugraha dengan nada sedikit membentak.

Lionel setuju dengan Nugraha bahwa bicara tanpa bukti adalah hal yang menjijikan. Itu sama saja merendahkan dirimu sendiri.

"Saya sangat tidak terima atas apa yang menimpa anak saya." Lanjut Nugraha.

"Saya tau om. Saya minta maaf. Saya teledor hingga buat Lea menjadi sasarannya. Saya minta maaf." Wajah dan tatapan langit sangat sendu nan bersalah.

Tanpa banyak bicara, Langit menelpon Arjuna mengambil rekaman CCTV bar kemarin malam. Dirinya juga menyuruh Angga, Dito dan Bima datang ke kamar hotel papinya sekarang.

Tiga puluh menit kemudian inti Alaska datang. Langit menunjukan rekaman CCTV pada papinya dan om Nugraha.

Keempat sahabatnya hanya menjadi pengamat situasi apa yang terjadi pada ketua Alaska ini. Tampilannya acak-acakan lebih terlihat menyesal dan sedih pada sorot matanya.

Langit Dan Lea (TERBIT) Where stories live. Discover now